Malam itu Aaron tampil dalam acara 'Bincang Bintang' sebagai bintang tamu utama. Pemuda itu tampak tampan dengan gaya santainya. Dengan mengenakan sweater rajut dipadukan dengan celana bahan warna hitam, serta sneakers yang melengkapi penampilannya makam itu. Ia merupakan idola baru di bidang seni lukis.
Karyanya yang menarik perhatian publik adalah sebuah lukisan bertajub 'Surga untuk Kita'. Lukisan dengan latar di pantai, dengan potret sebuah keluarga yang tengah menikmati sunset. Namun, salah satu karakter dalam lukisan itu digambarkan seperti bayangan.
Acara dibuka dengan menampilkan profil Aaron di layar utama, dilanjutkan dengan menghadirkan pemuda itu di studio utama. Semua penonton bertepuk tangan meriah ketika ia memasuki studio.
"Aaron Quentin Hammizan, selamat datang di Bincang Bintang," ucap Dimas selaku pembawa acara.
Aaron tersenyum, tak lupa ia menjabat tangan sang pembawa acara sebelum duduk. Setelah berbasa-basi sebentar, acara inti pun dimulai.
"Karena Aaron sudah ada di panggung ini, silakan dijelaskan tentang makna lukisan 'Surga untuk Kita'."
"Surga saya adalah rumah dan keluarga. Itu alasan kenapa karakter utama di dalamnya potret sebuah keluarga yang utuh. Kalau latar senja di tepi pantai itu, bercerita bahwa di dunia ini tak ada yang abadi. Seperti senja, hadir membawa pesona keindahan, serta kesempurnaan sebelum ditelan kegelapan malam. Hidup itu bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi adakalanya kesedihan juga menghampiri. Namun, senja akan selalu kembali memberi warna pada waktunya. Hidup juga tak melulu tentang penderitaan, selagi kita mampu bersabar dan ikhlas atas segala kehendak-Nya. Kebahagiaan itu akan menyapa kembali pada waktunya." Aaron tersenyum ke arah kamera.
Semua penonton bertepuk tangan riuh, setelah mendengar pernyataan Aaron. Kagum dengan pemikirannya pemuda itu.
"Luar biasa! Oh, iya. Tentang salah satu karakter yang digambarkan seolah bayangan itu maknanya bagimana?" tanya Dimas.
"Sosok transparan itu adalah almarhum saudara kembar saya–Aaric. Dia meninggal tujuh tahun lalu dalam kecelakaan karena berusaha melindungi saya. Dia adalah kakak terbaik yang pernah saya miliki. Jika Kak Aaric melihatku dari atas sana, aku mau bilang terima kasih karena memberiku harapan untuk tetap hidup." Aaron mengusap wajahnya dengan sapu tangan milik Aaric.
Semua penonton ikut terbawa suasana, bahkan ada yang ikut meneteskan air mata mendengar kisah Aaron. Tak terkecuali, Flora yang duduk di bangku penonton.
"Dalam sekali ya, makna dari lukisan kamu," ujar Dimas yang juga terbawa suasana haru.
"Kalau boleh tahu, kamu mulai mencintai seni lukis ini dari umur berapa?" tanya Dimas.
"Sebenarnya dari kecil saya sangat suka menggambar. Namun, ayah saya melarang saya untuk menggambar tanpa sebab," jawab Aaron.
"Lho, lantas bagaimana caramu bisa melukis lagi? Apa ayahmu sudah mengijinkan kamu untuk menekuni hobimu?" Dimas semakin penasaran.
"Ayah dan Bunda sudah lama berpisah, dan saya tinggal bersama Bunda. Sampai saat ini saya belum pernah bertemu ayah lagi."
Terlihat dari bangku penonton, Flora berusaha mati-matian agar tak menangis. Namun, jelas terlihat air mata itu sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Seandainya ayahmu saat ini tengah menonton acara ini, apa yang akan kamu katakan padanya?" ujar Dimas mempersilahkan Aaron untuk mengatakan sesuatu ke depan kamera.
"Ayah, aku rindu ayah. Aku baik-baik aja, semoga ayah juga. Lihat! Aku juga bisa sukses dengan karya lukisku. Semoga ayah bangga sama seperti Bunda yang juga bangga kepadaku. Aku ingin bertemu dengan ayah," ucap Aaron dengan air mata yang sudah terjun bebas di pipinya.
Tidak hanya Flora yang terbawa suasana haru, bahkan penonton dan juga kru-kru yang ada di studio pun ikut sedih mendengarnya.
***
Benar kata Dimas–si pembawa acara– Irsyad memang sedang menonton. Lelaki itu mendengar semua yang di katakan Aaron, sampai ia tak bisa berkata apa pun. Hanya tangis pilu yang mewakilinya. Ia juga sangat-sangat merindukan mereka, tapi Irsyad tidak tahu di mana mereka tinggal.
Saking bersedihnya melihat acara itu, ia sampai ia tak bisa berpikir. Aaron sedang Live, dan stasiun televisi itu jelas ada di Jakarta yang kebetulan dekat dengan apartemennya. Lalu tunggu apa lagi?
Irsyad mengambil jaket, dan jaket milik Claudia. Tak mungkin juga dia meninggalkan Claudia sendirian di sini.
Ia langsung bergegas menuju stasiun televisi di mana putranya berada, bersama Claudia yang duduk di belakang memakai Car seat, Claudia tampak tenang dengan tangan menggenggam boneka kelinci kecil.
Tak lama Irsyad sampai di stasiun televisi tempat di mana Aaron berada. Di pintu keluar, Irsyad melihat Flora dan Aaron yang hendak pergi. Tanpa menunggu lama lagi, Irsyad berjalan ke arah mereka.
"Flora, Aaron!" Merasa namanya di panggil mereka pun menoleh bersamaan. Tampak terlihat raut terkejut dari Aaron dan Flora. Aaron yang belum siap bertemu dengan Irsyad malah beringsut ke belakang tubuh Flora. Pemuda itu terlihat ketakutan, hingga Flora harus menenangkan putranya itu dengan cara menggenggam erat tangannya.
Flora menatap Irsyad dan Claudia bergantian.
"Ada apa lagi, Mas? Sudah cukup kamu menyakiti kami, jangan lagi kamu datang menemui kami, kami sudah bahagia," ucap Flora sinis.
Irsyad tak dapat lagi menahan tangisnya, ia sungguh merindukan mereka. Kini, ketika ia sudah bertemu dengan anak dan mantan istrinya, ia justru mendapatkan perlakuan yang mungkin sering ia lakukan kepada mereka. Jadi, seperti ini rasanya mendapat penolakan.
"Flora, aku minta maaf untuk semuanya. Selama ini aku mencari keberadaan kalian, tetapi tidak menemukan. Namun, hari ini aku bahagia karena bisa bertemu kalian lagi. Aku merindukan kalian," tutur Irsyad serak.
Flora tersenyum sinis mendengar kata 'rindu' dari bibir mantan suaminya.
"Kamu pikir kata maaf bisa menyelesaikan semuanya ... sama sekali tidak. Aku sudah bahagia bersama putraku, jadi kumohon jangan usik kehidupan kami lagi! Nikmati saja waktumu bersama wanita penggoda itu!" cerca Flora.
Sekilas Flora melihat ke belakang, menatap wajah putranya yang sudah pucat dan terlihat sangat ketakutan. Karena tak mau terjadi sesuatu dengan putranya, Flora membawa Aaron ke dalam mobil tanpa berpamitan kepada mantan suaminya. Sebelum menutup pintu mobil, Flora menatap Irsyad dengan tatapan yang sulit diartikan. Jujur, Flora terkejut setelah beberapa tahun tak melihat Irsyad, kini ia kembali di pertemukan. Ada rasa benci, tapi juga rindu yang mendalam ketika melihat Irsyad. Ingin rasanya ia memeluk mantan suaminya. Namun, yang bisa ia lakukan hanyalah memakinya, mengutarakan isi hati yang selama ini ia tahan.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Vulnere ✔
Teen FictionTerlahir serupa, tidak membuat Aaric dan Aaroon memiliki kemampuan dan sifat yang sama. Aaric dengan segala kesempurnaanya, dan Aaroon dengan segala keterbatasannya. Sang kakak yang penuh pujian, dan Aaroon yang penuh dengan cibiran dan hinanaan, ba...
