Gugup itu yang aku rasakan sekarang. Aku duduk di pinggir ranjang sambil meremas gaun pengantin yang masih melekat di tubuh ku.
Suara keran air yang tadi menyala kini sudah mati, tak lama keluar seseorang yang hari ini resmi menjadi suami ku.
Aku menunduk tak melihat kearah nya.
"Kak Y/N" panggil nya
Selanjutnya aku merasakan dia duduk di sebelah ku.
"Kakak nggak mandi?" tanya nya
"Hm iya" aku berdiri dari duduk ku dan hendak berjalan menuju kamar mandi tapi dia menahan ku dengan menggenggam tanganku.
"Kak kalau kakak nggak nyaman--"
"Aku mandi dulu ya baru kita ngomong"
Jongho melepaskan tangan nya dari tangan ku dan mengangguk. Aku segera masuk ke kamar mandi dan menutup pintu lalu mengunci nya.
Aku berjalan menuju cermin, aku menangis. Menangisi diriku yang bodoh.
"Kamu bodoh Y/N" aku menampar pipi ku sendiri karena aku membenci diriku sendiri.
Sekitar 15 menit aku selesai mandi aku berganti baju memakai piyama tidur dan keluar dari kamar mandi.
Aku melihat Jongho yang duduk di tepi ranjang dengan menunduk sambil memainkan ujung baju nya.
Dia masih polos tapi dia berani bertanggung jawab atas kesalahan orang lain.
Aku berjalan mendekati nya dan duduk di sebelah nya.
"Jongho" panggil ku
Dia mengalihkan pandangannya dan menatap ku.
"Kenapa kamu ngelakuin ini?"
"Karena aku sayang sama kakak"
"Kamu sayang sama aku karena kamu udah nganggep aku kayak kakak kamu kan?"
Jongho diam. Aku tahu dia pasti terpaksa melakukan ini.
"Jongho--"
"Kak aku janji sama kakak bakal jadi suami dan ayah yang baik buat baby"
"Padahal ini bukan salah kamu" cicit ku
Iya, ini bukan salah nya. Ini kesalahan yang di buat oleh kakak nya yang kabur ketika mengetahui kalau aku sedang mengandung anak nya.
Jongho bilang dia mendengar percakapan ku dengan kakak nya saat itu. Dan besoknya aku terkejut mendengar San yang pergi ke luar negeri dan Jongho yang bicara pada orang tua kami kalau aku sedang hamil anak nya.
Ayah ku yang mendengar itu langsung memberikan hadiah kepada Jongho berupa pukulan di wajah nya. Beruntung aku langsung menarik nya menjauh dari ayah.
"Kak udah malem, mending kakak tidur" mendengar kata tidur aku sedikit menegang.
"Maksud aku kakak tidur di ranjang, aku tidur di sofa. Kakak tenang aja aku gak bakal ngapa-ngapain kakak. Aku bakal lindungin kakak"
Selanjutnya Jongho berdiri dan berjalan menuju sofa yang ada di kamar ini dan membaringkan tubuhnya membelakangi ku.
Aku tidak tega. Aku masih melihat tubuh Jongho yang meringkuk di sofa, hati ku terus mengatakan untuk mengijinkan Jongho tidur di ranjang bersama ku tapi pikiran ku menolak karena aku masih takut.
Setelah bergelut dengan hati dan pikiran yang tidak sejalan akhirnya aku memutuskan untuk menyuruh Jongho tidur di ranjang karena tidak tega.
Aku berdiri dan berjalan perlahan menghampiri nya.