IV

529 112 17
                                    


Selanjutnya aku melanjutkan langkah, keluar dari halaman rumah milik Yoongi. Oh! Nama itu bagus rupanya, tidak cocok untuk perawakannya yang tak jauh beda dari drakula.

Aku sampai pada jalan sepetak yang hanya dapat di lintasi satu mobil, aku tau perkiraan itu karna mobil kepolisian yang di kendarai Taehyung entah sejak kapan mulai mendekat lalu berhenti beberapa meter di depanku.

Taehyung lantas keluar dari sana, senyumnya yang hangat lantas di tampilkan begitu netranya mendapati atensiku. Sialan! Aku bilang apa, dia lebih cocok menjadi idol atau kalau tidak ya aktor.

Sampailah dia di hadapanku, tangannya mengangkat kantung kresek yang penuh dengan berbagai makanan sambil tersenyum dengan hangat lagi-lagi.

"Aku sudah beli makanan! Ayo kerumahmu! kenapa malah kembali lagi ke jalan?" Serunya penuh semangat.

Mendengar pertanyaan itu aku menyengir, "Sebenarnya rumahku yang itu," jawabku sambil ku tunjuk objek yang ku maksut.

Matanya lantas mengikuti kemana telunjukku mengarah. "Jangan bilang kau salah alamat dan bertengkar dengan tetangga barumu," ejeknya menertawakanku. Baru saja dia meramal apa yang terjadi barusan.

Tak di pungkiri dia memang suka sekali menertawakan kebodohanku. Tidak masalah! Akan ku tunjukan kepintaranku lain waktu.

....

Jam sepuluh malam. Sangat tidak terasa jam di dinding sudah berputar menunjuk angka sepuluh. Beres-beres rumah baru memang sangat ampuh membakar kalori, beruntunglah opsir bernama Lee Taehyung tak keberatan membantuku cukup banyak. Yah! Dia memang benar-benar akan menginap di sini.

Aku menyibak tirai gorden yang menutupi jendela kamarku,niat awalnya hanya membiarkan angin malam masuk tapi pemandangan rumah Yoongi yang desainnya entah bagaiman bisa semirip itu dengan rumahku membuatku mengamati lebih jauh. Lampu-lampunya masih menyala, mungkin penghuninya belum tertidur.

Sekali lagi aku mengedarkan pandang pada rumah tetangga galak itu. Di detik selanjutnya jantungku seolah hampir lolos dari tempatnya saat ku dapati perawakan Yoongi sedang berdiri menghadap jendela yang kebetulan juga berhadapan dengan jendela kamarku.

Kami terlibat dalam adegan adu pandang dari jarak yang cukup jauh. Namun bisa ku pastikan pandangannya pasti sedang menyorot tajam ke arahku seakan besiap mengeluarkan leser yang dapat membakarku lewat matanya.

Aku meneguk saliva, mendadak muncul fantasi gila yang isinya adalah Yoongi itu sebenarnya drakula, dia ingin menyesap darahku atau malah kemungkinan yang lebih buruk dia pria cabul yang sedang mencoba mengintipku diam-diam.

Ku alihkan pandanganku, pura-pura tidak perduli pada atensinya dan berharap laki-laki itu segera enyah dari sana setelah aku kembali menatap jendela. Namun setelah ku pandang kembali jendela itu, pemandangan masih sama. Ya tuhan! Dia masih tak bergerak dari posisinya.

Sumpah aku bergidik ngeri, jangan-jangan fantasiku benar, atau malah ada kemungkinan yang lebih buruk. Pembunuh berantai misalnya. Buru-buru ku tutup korden itu, lalu melesat dari kamar tidurku menuju ruang tamu dimana seharusnya aku dapat menemukan Taehyung.

Rumahku cukup kecil, hanya memiliki satu kamar tidur dan tak mungkin aku berbagi dengan Taehyung, sehingga laki-laki itu harus mengalah dan tidur di ruang tamu.

THE SWEET AGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang