VI

479 94 35
                                    

Ji Ryuka

Hari pertama menginjakkan kaki Kyungpook national university. Tak banyak yang ku dapatkan selain keterangan tentang seluk-belum gedung universitas ini melalui masa orientasi.

Bicara tentang teman baru, hanya ada satu sampai lima orang yang mau berkenalan denganku. Selebihnya hanya sekedar melempar senyum saat tak sengaja bertatap muka. Maklum, aku ini bukan seorang idol yang langsung di kerubuti banyak orang ketika dilihat oleh masa.

Perpustakaan kampus, sebagai tempat yang kuanggap paling strategis untuk aku melamun sambil sesekali mendesis pelan saat mengingat mahluk menjengkelkan yang tinggal di depan rumahku. Entahlah kenapa aku harus memikirkannya.

Tapi aku sepakat. Dia musuhku.

Kesialan apa yang menimpaku? Kenapa aku harus memiliki tetangga macam itu.

Sudahlah Ryuka! Aku mencoba menenangkan batin. Membuat diri ini berhenti terbengong-bengong dan menatap ke sekeliling.

Banyak para kutu buku disini. Salah satunya Chasi. Gadis dengan nama lengkap Han Chasi itu duduk di sampingku dan sejak tadi hanya sibuk dengan buku kimianya.

Pertama kali berkenalan dengan Chasi aku hampir dibuat percaya dengan nama dan wajahnya yang memang nyaris mirip seperti orang Korea kebanyakan, tapi siapa sangka Chasi itu blasteran Korea Tiongkok. Bahkan Chasi memiliki dua nama. Chasi dan Cho Xiao dan jika dilihat-lihat dari sudut pandangku Chasi adalah seorang ber-IQ tinggi.

"Kenapa kau suka sekali buku kimia Cha?" Bibirku gatal dan langsung bertanya menghentikan aktivitas membacanya. Semoga itu tidak mengganggu.

Dia bilang dia mengambil jurusan sastra. Namun sulit di percaya kenapa pecinta sastra gemar membaca buku kimia yang jelas-jelas bisa membuat pikiran tertekan dengan segala tekanan-tekanan yang harus dihitung bersama kecapatan, waktu dan gaya. Itu bisa menjadi serumit hidupku saat ini.

"Hanya sedang gabut! Dan mencoba menambah wawasan saja," jawabnya dangan mata yang kembali terfokus pada buku kimia itu.

Aku terkagum, aku yakin dia memang seseorang yang pintar.

Mataku kemudian kembali menatap kedepan melanjutkan aktifitas tidak melakukan apa-apa alias melamun. Merenung dan merenung. Merutuki kehidupan yang tidak jelas ini. Menjadi saksi kunci suatu pembunuhan.

Namun acara melamun ini harus bubar mana kala tiga tumpuk buku mendarat dimejaku dan Chasi. Aku yang terperanjat kaget otomatis menengadah melihat sang pelaku.

"Halo nona-nona." Seorang pria dengan segala ketampanannya menyapa aku juga Chasi. Gaya bicaranya tadi mirip seperti Sqwidward jika kau pernah menontonnya.

Dia lantas mengambil salah satu bangku. Duduk dihadapan Chasi sambil tersenyum cengar-cengir tidak jelas.

Aku masih melongo dengan lelaki ini. Bertanya-tanya siapa dia dan motif apa yang membawanya kesini. Namun agaknya berbeda dengan Chasi yang justu berusaha menutupi wajahnya dengan buku yang tadi ia baca. Chasi terlihat panik.

"Ryu... Ayo pergi." Chasi berbica padaku dengan nada amat pelan dari balik buku yang masih menutupi wajahnya.

Namun belum sempat aku iyakan ajakannya tangan lelaki itu terlebih dulu mengambil buku diwajah Chasi sehingga mau tak mau mereka harus bertatap mata.

"Jangan bersembunyi dariku! Kau sudah janji akan menciumku bukan?" Aku terteguh dengan yang di ucapkan lelaki itu barusan. Pria kurang ajar mana yang mau minta jatah di perpustakaan yang tengah ramai dengan pengunjungnya.

"YA! JANGAN MACAM-MACAM!" Chasi bertriak emosi membuat mata seluruh pengunjung perpustakaan tertuju langsung pada kami. Aku hanya terdiam menyaksikan berharap orang-orang tak menganggap aku ikut serta dalam kegaduhan ini.

THE SWEET AGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang