XIV

312 41 16
                                    

SHIN YOON-GI

Hidup ini semakin tidak ku mengerti kemana arahnya. Hari-hari yang nyatanya sudah buruk semakin diperburuk dengan pikiran bodohku.

Ini bahkan semakin membuatku menyesal pernah terlahir sebagai manusia bukan sebagai batu yang terdiam tampa memiliki sebuah perasaan.

Julukan sad boy rasanya pantas ku dapatkan kendati pernah menyandang sebagai bad boy kelas kakap. Ya! Aku tidak lupa jika pernah menjadi seorang pembunuh bayaran dan telah mengakhiri sendiri pekerjaan itu karna dia.

Dan malangnya, kini aku tidak yakin dia masih mau menatapku barang sedetik saja. Sungguh mengenaskan.

Aku baru saja keluar dari taksi setelah pergi ke restoran HoSeok yang kemudian berakhir sia-sia lantaran si kuda itu entah pergi kemana. Padahal sebelum itu aku ber niatan menceritakan semua yang ku alami dan meminta solusi darinya. Kendati solusinya jarang bisa di termima nalar.

Kakiku berjalan lunglai memasuki gang, dengan kepalaku yang memikirkan apa yang terjadi tadi pagi, aku benci melihat gadis itu mengalihkan pandangannya dariku, seharusnya dia tersenyum saat mata kami bertemu lagi pula aku bukan lagi seorang pembunuh bayaran yang ingin membunuhnya.

Aku juga benci memandang laki-laki yang menggandeng tangannya. Sulit untuk aku akui sebenarnya aku cemburu.

Di tengah perjalananku yang membosankan ini, kakiku menginjak sesuatu yang hampir membuatku kehilangan keseimbangan. Sebuah kaleng soda.

"Persetan, " umpatku tak tanggung-tanggung. Setelah itu menendang benda itu hingga terpental jauh.

Entah kenapa aku memandang kemana kaleng itu berhenti, dan ternyata kaleng itu berhenti setelah bertemu pucuk sepatu seseorang. Tentu saja ku pandangi pemilik sepatu itu dari bawah hingga ke atas.

Dua pria berdiri di tempat tak jauh dari tanah ku berpijak, pakaian mereka bak pengawal presiden dan tatapan tajam di arahkan kepadaku. Mataku mengernyit berusaha mengenali mereka dari postur tubuh.

"Shin Yoongi, lama tidak melihatmu. " Salah seorang dari mereka mulai berbicara padaku.

Aku tidak tau bagaimana orang itu bisa menyebut namaku, dari mana mereka berasal dan siapa mereka masih menjadi pertanyaan di kepalaku sekarang.

"Ku dengar kau sedang jatuh cinta dengan targetmu sendiri. " Satu orang lagi berkata dengan nada mengejek.

Tak butuh banyak pikir lagi, aku segera mengetahui siapa dua orang ini. Ku keluarkan tawa sinis menanggapi kalimatnya. "Apakah Im Myungsik masih tak rela melepasku? " tanyaku meremehkan.

Dua orang itu saling menatap kemudian tertawa.

"Oh oh kau sangat percaya diri rupanya? Sebenarnya kalau kau ingin tau, banyak pembunuh bayaran yang lebih hebat darimu hanya saja kami di perintahkan untuk melenyapkanmu sebelum mulut munafikmu membawa dampak yang buruk pada kami. "

Ku lontarkan tawa yang setara dengan tawanya barusan. "Aku bisa menghancurkan kalian bahkan tampa bantuan polisi sekalipun, " ucapku dengan menyeringai.

"Benarkah? Kalau begitu haruskah kami melenyapkan Ji Ryuka terlebih dahulu?"

Rahang ku mengeras saat mereka menyebut nama gadis itu. Kedua tanganku mengepal kuat siap melancarkan serangan pada mereka jika sekali lagi menyebut dirinya yang seharusnya tidak di sangkut pautkan dalam urusanku dengan para bajingan ini.

"Kalian tidak akan bisa menyentuhnya selama aku masih bernafas! " tegas ku.

"Lihatlah bagaimana orang munafik ini sangat mencintai gadis dengan nama Ji Ryuka itu! "

THE SWEET AGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang