X

354 60 5
                                    

Yoongi

Sebuah umpatan saja sepertinya kurang untuk merutuki nasip sialku hari ini. Aku sudah melepaskan dua peluru namun tak satupun mengenai sasarannya.

Untuk yang pertama mungkin aku menyengaja itu demi melihatnya semakin ketakutan. Namun ketika aku benar-benar akan menembaknya suara sirene sialan justru menggacaukan fokusku dan membuat peluru itu harus terbuang sia-sia.

Suara itu kian mendekat, memaksaku untuk berlari menuju celah gang demi menghindar dari kemungkinan tertangkap oleh manusia-manuisa brengsek itu dan memberi kesempatan pada mangsaku untuk tetap mengirup oksigen di bumi.

Gadis sialan itu seharusnya tidak berteman dengan polisi.

Tubuhku yang kurus kering ini dengan mudah melewati celah-celah gedung yang nyaris tidak dapat di lewati jika memiliki badan sedikit lebih gemuk.

Aku ingat di tempo hari ketika gadis itu mengolok-olok tubuhku, menyebutku model minuman pelangsing WRP dengan wajah super menyebalkan andalannya. Lihatlah apa yang dia hina ini telah memberi kesempatan lain untuk mencabut nyawanya.

Setelah yakin jika kawanan polisi tadi tak mungkin mengejarku hingga ke titik ini, aku berhenti melangkah. Melepaskan pakaian serba hitam yang melekat pada tubuhku demi menghindari kecuriagaan.

Tapi tentu saja aku tidak telanjang. Ku sisakan celana hitam dan kemeja putih yang segaja telah ku kenakan sebelum memakai pakaian kebanggan pembunuh sepertiku.

Pakaian itu cukup berjasa bagiku untuk menyamarkan diri supaya tak dikenali. Aku sering menyebutnya almamater kebanggaan.

Namun sepertinya aku harus membuang... tidak maksutnya meletakan baju alamamateku itu di tempat in dan akan ku pungut kembali esok hari. Setelah memastikan tak ada satu orangpun yang menaruh kecurigaan padaku.

Pada akhirnya aku keluar dari celah gang itu dengan pakaian yang berbeda. Beruntungnya aku cukup mengerti denah gang ini sehingga tidak terasa seperti labirin.

Kini aku bisa berjalan santai menuju kediamanku dan mulai menyusun strategi baru untuk membunuh gadis itu sekali lagi.

Namun saat aku baru akan mengambil langkah, mataku menangkap presensi orang yang baru saja ku pikirkan sedang memandangku dengan mata berkaca-kaca tak jauh dari tempatku sekarang.

Apa lagi ini?

Dia ingin mati sekarang? Tidak tertarik dengan kesempatan yang ku berikan padanya?

"YOONGI-AH !!"

Telingaku mendengar jelas bagaimana dia menyerukan namaku sambil berlari menuju padaku dengan tangisnya.

Dia lantas menabrakkan tubuhnya padaku... tidak! Bukan seperti itu cara mengungkapkannya...

...tapi,

Bagaimana ya cara menjelaskannya. Tapi... gadis itu memelukku!

Sekali lagi!

Memelukku dengan bodohnya!

Seolah kehadiranku di sini adalah hal paling dinanti olehnya. Seolah aku begitu berarti untuknya. Seolah aku ini orang...

Sudahlah Yoongi.

Maaf gadis bodoh! Tapi aku adalah orang yang sama, yang hampir menembak kepalamu, yang menyianyiakan dua pelurunya namun gagal tertanam di kepalamu. Seharusnya kau tak perlu mengeratkan pelukanmu dan membuatku ingin menertawakan dirimu yang kelewat bodoh ini.

"Se..seorang seseorang ingin membunuhku! Aku.. ak..u takut, selamatkan aku."

Ryuka si gadis tolol ini menangis di dadaku. Seolah begitu yakin jika diriku bisa menyelamatkannya.

THE SWEET AGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang