IX

334 63 5
                                    

Dihari yang sebenarnya agak tidak cerah ini aku telah kembali ke duniaku yang seharusnya. Dunia perkuliahan. Seharian ini hanya mendengarkan dosen berceloteh menjelaskan materi, mendengarkan curhatan Chasi dan menyaksikan aksi Jungkook yang tak mau berhenti menggoda Chasi selalu kekasihnya. Mungkin hanya itu keseharianku di kampus, namun itu bukan hal yang membosankan. Yah! Itu lebih baik dari pada terus memikirkan ancaman pembunuhan yang baru-baru ini aku dapatkan.

"Bagaimana tetanggamu itu Ryu?" Tanya Jungkook mengawali pembicaraan, dengan tangannya mengaduk-aduk sup yang mereka pesan di kantin.

Aku menoleh, "dia ya tetap seperti itu! Brengsek dan menyebalkan, tidak bisa diajak kompromi," terangku apa adanya.

Tentu saja pria itu memandangku penuh belas kasihan atau malah mengejekku karna tugas yang belum juga mendapat titik terang untuk terselesikan.

"Aigoo! Kasihan sekali! Semangat ya membujuknya"

Aku merotasikan bola mata lantaran jengkel dengan si bontot ini. "Kenapa Chasi harus membantumu, kenapa dia tidak membantuku saja?"

Entah lucunya apa, dia terkekeh. Agaknya semakin tekun mengejekku. "Karna dia kekasihku Ryu hahaha..."

"... makanya pacari saja tetanggamu itu."

Ngawur! memacarinya? Yang benar saja. Dia akan membekukanku dengan kekuatan es maha dasyat jika itu terjadi.

"Tidak sudi! Yang benar saja? Mana sudi aku berkencan dengan balok es hahahaha." Aku akhirnya menertawakan kalimat yang keluar dari mulutku sendiri.

Berandai-andai sesuatu yang semoga saja tidak akan pernah terjadi. Akan lebih baik jika aku dan si brengsek itu tetap saling melontarkan umpatan dari pada melontarkan kata-kata romantis yang menggelikan.

"Benarkah? Aku malah meramalkan kalian akan berkencan."

Kali ini kalimat Jungkook membuat mulutku semakin lepas kendali lalu melontarkan tawa terbahak-bahak menertawakan omong kosongnya.

"Omong kosong," cecarku sambil melanjutkan tawa.

"Lihat saja ya!" Ia mulai memperingatiku dengan ramalan bodohnya tadi.

Sudahlah aku tak ingin lagi menggubris ramalan anehnya. Maka setelah aku menyelesaikan tawa, aku menyedot minuman untuk membasahi tenggorokanku yang kering lantaran terlalu semangat menertawai Jungkook.

"Uhuk.."

Aku tersentak saat tiba-tiba mendengar orang tersedak makanan. Kepalaku lantas menengadah mengamati Jungkook yang terlihat sedang menutup mulutnya sambil memandang ponsel di genggamannya.

"Ah sialan! Ada kelas tambahan nanti, kita pulang malam Ryu."

Entah kenapa aku tercekat. Senyuman dari sisa tawaku tadi luntur tiba-tiba mendengar kabar terbaru dari si bontot Jungkook. Kelas tambahan memang mimpi buruk bagi semua mahasiswa lebih-lebih harus pulang malam. Itu juga bukan hal baik untukku,

lantaran ancaman pembunuhan yang membuat nyawaku harus terancam untuk beberapa kondisi. Seperti pulang malam dan melewati tempat sepi, bagaimana jika aku benar-benar bertemu dengannya lagi? Dengan peluru di senapannya yang terisi penuh.

......

Sesuai kabar yang diberikan Jungkook tadi siang. Aku benar-benar mengikuti kelas tambahan yang baru usai jam sepuluh malam.

Sialan! Kenapa tadi aku tidak kabur saja.

Kini aku berjalan tergopoh-goboh menuju halte dekat kampus. Entahlah apa yang akan terjadi padaku, tapi pikiraku ini entah kenapa terus saja memikirkan hal-hal buruk yang dapat kapan saja terjadi padaku.

THE SWEET AGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang