(10)

2.2K 407 51
                                    

Hari ini merupakan hari dimana genap satu bulannya Han Jisung menjadi anggota divisi khusus. Mematahkan stigma orang-orang yang menganggapnya pembuat masalah dan tidak akan bertahan kurang dari dua minggu.

Tapi yang membuat Han Jisung sangat bahagia pada hari ini adalah bukan karena ia dapat membuktikan kepada semua orang bahwa ia mampu bertahan. Melainkan karena suatu alasan yang cukup sederhana.

Gajian.

Iya, hari ini adalah hari pertama Han Jisung mendapatkan bayarannya. Karena ia telah berhasil bekerja dengan sangat baik bersama tim divisi khusus selama satu bulan ini.

Bahkan Chan dan Changbin di buat kebingungan karena tingkah Han Jisung yang tidak biasanya.

Han Jisung sudah bangun sebelum Chan membangunkannya. Tidak rewel dengan menu makanan di kantin.

Dan terlihat sangat bahagia, Han Jisung beberapa kali terlihat tersenyum serta menyapa para anggota senior dan beberapa petugas yang ia temui.

Luar biasa.

Penyebabnya hanya satu, yaitu karena uang. Satu-satunya yang bisa membuat Han Jisung tersenyum lebar adalah uang. Uang dan uang dan hanya uang.

Tapi sepertinya kebahagiaan Han Jisung hanya bertahan selama lima belas jam. Karena malamnya tiba-tiba saja seseorang merusak suasana hatinya.

Menyebalkan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

“Woojin bilang kondisimu tidak baik belakangan ini”

'PLETAK!

“Aw..”

Ringis Han Jisung sembari mengusap kepalanya yang berhasil mendapat satu jitakan.

Seharusnya ia benar-benar meninggalkan kepalanya di kamar sebelum bertemu dengan orang yang merusak suasana hatinya itu.

“YA! Woojin lebih tua darimu. Dasar anak nakal, tidak ada sopan-sopannya dengan yang lebih tua”

“Dan apa ini? Apakahkah baru saja anak nakal ini sedang mengkhawatirkan keadaanku?”

“Jangan berkhayal. Aku tahu kau yang menyuruh Woojin agar menelfonku dan menyuruhnya mengatakan hal itu”

'PLETAK!

“Aw...”

Satu jitakan lagi berhasil mendarat dengan mulus di kepala Han Jisung.

“Dasar kakek tua sialan”

“Aku mendengarnya, anak nakal”

Iya, yang merusak suasana hati Han Jisung adalah sang kakek tua.

Dengan menggunakan bantuan Woojin-seorang senior di kampusnya yang entah bagaimana bisa dekat dengannya, yang tiba-tiba saja menghubunginya dan memintanya untuk menemani pak dosen makan malam.

Tentu saja dengan tambahan cerita bahwa belakangan ini kondisi kesehatan pak dosen sedang menurun.

Dan dengan naluri seorang dokter, Han Jisung mengiyakan permintaan itu. Yang akibatnya, sekarang ia menyesalinya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

“Makanlah juga dagingnya, jangan hanya memberikannya untukku. Aku bukan seekor anjing”

“Aku bisa memanggang dagingnya sendiri”

Tiga tahun sang kakek tua atau sang dosen mengenal Han Jisung, perangainya sama sekali tidak berubah.

Tidak sopan, keras kepala dan sikap berandalannya. Andai Han Jisung lebih berani untuk membuka hatinya, mungkin semuanya akan sedikit berbeda.

“YA! Bahkan anak nakal ini tidak segan untuk minum alkohol didepanku”

Han Jisung hanya mengendikkan bahunya, tanda tak peduli.

“Ya.. Seharusnya.. kakek tua sepertimu menghabiskan waktu malam minggu seperti ini bersama keluarga"

"Makan malam bersama anak-anakmu atau cucumu. Mereka pasti merindukan omelan kakek tuanya"

"Bukan dengan orang sepertiku”

Ucap Han Jisung sembari meminum kembali segelas mimuman beralkohol yang ada di tangannya. Sama sekali tidak peduli jika ia belum memasuki usia legal untuk minum minuman seperti itu.

“Oleh karena itu aku meminta Woojin menghubungimu”

Sang dosen terlihat mengangkat tangan kanannya untuk memanggil sang pelayan. Guna meminta bill pembayaran mereka, sebelum anak nakal di hadapannya minum lebih banyak lagi.

“Ya! Berhentilah menganggapku cucumu.”

“Aku.."

"Hanya orang asing yang entah kenapa bisa mengenal kakek tua cerewat sepertimu”

Ucap Han Jisung lagi yang setelah itu terlihat mengambil uang dari sakunya.

Tidak akan ia biyarkan orang lain membayar makanannya. Bahkan ia juga tidak akan membayar makanan pak dosen. Meskipun ia baru saja gajian.

Terserah orang mau bilang dia pelit atau apa. Karena Han Jisung hanya tidak mau terikat apapun dengan orang lain.

Ia tidak mau masuk ke dalam lingkaran setan ‘balas budi’ yang memaksanya untuk terus menjalin hubungan dengan orang lain.

Salah satu sifat yang tidak pernah berubah dari Han Jisung.

Tapi meskipun begitu sang kakek tua tidak akan pergi. Ia akan tetap menunggu Han Jisung sampai anak itu berani untuk membuka pintu hatinya, meskipun itu hanya sedikit.

Karena Han Jisung terlalu berharga dan tidak akan ia biarkan anak itu menghilang lagi.

###

RUNNIG AWAY PART 1 : STAY OR LEAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang