EPILOGUE

2.4K 358 113
                                    

Sebenarnya, Han Jisung juga tidak yakin dengan keputusan yang ia pilih. Apakah sebaiknya ia mengikuti kata hatinya. Atau mengabaikannya, seperti yang selalu ia lakukan sebelumnya.

Dengan membawa sebuah map berwarna cokelat di dekapannya, Han Jisung membiarkan kaki jenjangnya untuk terus berjalan.

Mengantarkannya pada sebuah tempat yang belakangan ini cukup banyak mengajarkannya tentang kebersamaan.

Meskipun tidak seratus persen namun sejujurnya, Han Jisung merasa nyaman dengan nuansa yang tercipta antar anggota tim di tempat tersebut.

Setidaknya selama kurang lebih tujuh puluh lima hari, Han Jisung tidak merasa kesepian.

Anggap saja kali ini Han Jisung sudah gila. Karena saat ini, tanpa ditemani dengan siapaun, akhirnya Han Jisung kembali menginjakkan kakinya di Departemen Divisi Khusus.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Han Jisung kembali menghela nafasnya pelan. Sebenarnya, ia juga tidak mengerti kenapa ia merasa gugup saat ini.

Padahal dulu awal kali ia datang kemari, ia sama sekali tidak merasa gugup.

Bahkan ia merasa kesal karena ulah Sang Kakek Tua yang berhasil memaksanya untuk menjadi bagian dari Tim Divisi Khusus.

Mungkin sudah lebih dari ribuan kali otak Han Jisung memberikan perintah agar ia berhenti melangkah dan segera putar balik untuk pulang.

Namun sayangnya, saat ini langkah kakinya lebih mendominasi dari sang otak.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Setelah belasan kali hanya menghela nafas di depan pintu kantor utama Tim Divisi Khusus yang tertutup rapat, akhirnya Han Jisung memutuskan untuk mencoba masuk ke dalam.

Mungkin menerima tawaran mereka untuk kembali menjadi bagian dari Tim Divisis Khusus adalah keputusan yang lebih baik.

Lagipula semua kesalahpahaman sudah terselesaikan dengan baik. Jadi, tidak perlu ada yang Han Jisung khawatirkan lagi.

RUNNIG AWAY PART 1 : STAY OR LEAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang