Dengan deru nafas yang mulai terdengar tidak beraturan dan bulir-bulir keringat yang sedari tadi sudah mengalir disekujur tubuhnya, Hyunjin tetap memaksakan dirinya untuk terus melangkah naik.Ia juga sudah melepas jas yang sebelumnya ia gunakan ketika ia baru saja sampai pada lantai lima menara. Tidak bisa ia bayangkan, bagaimana jadinya ia jika tetap mengenakan jas tersebut sampai ke lantai tiga puluh tiga.
Meskipun beberapa kali ia harus beristirahat karena kakinya yang mulai terasa kram, Hyunjin tetap memaksakan dirinya untuk tetap melangkah, menaiki anak tannga itu satu persatu.
Sejujurnya Hyunjin merasa sangat kesal karena menara setinggi ini tidak dilengkapi dengan eskalator atau sebuah lift.
Bahkan sampai detik ini Hyunjin masih tidak percaya jika ada saja orang yang mau menghabiskan waktu istirahatnya untuk menaiki anak tangga satu-persatu seperti ini.
Hanya sekedar untuk sampai pada lantai teratas menara. Seperti tidak ada tempat atau pekerjaan lain yang lebih bermanfaat saja.
Namun anehnya, untuk kali ini Hyunjin rela melewatkan jam istirahatnya hanya untuk sampai pada lantai teratas menara.
Padahal ia bukanlah pecinta senja. Ia tidak seambisius itu untuk melihat matahari terbenam. Apalagi sampai membuat dirinya lelah seperti ini.
Ia akan lebih memilih untuk mengendarai mobil mahalnya dan pergi ke tempat-tempat mewah, daripada menyusahkan diri dengan menaiki anak tangga hanya untuk menikamati yang namanya senja.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“Hufftt... “
Hyunjin segera menghela nafas panjang dan mengatur deru nafasnya ketika ia telah sampai pada lantai tiga puluh tiga.
Dan sekarang ia hanya perlu memutar kenop pintu yang ada di hadapannya, dan setelahnya ia akan dapat bertemu dengan seseorang yang menjadi alasan Hyunjin berada pada tempat seperti ini.
Seseorang yang berhasil membuat seorang Hyunjin rela menaiki tangga sebuah menara setinggi dua ratus tiga meter.
Dan siapa lagi orangnya jika bukan Han jisung.
Ketika anggota tim divisi khusus lainnya lebih memilih untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran mereka dengan sang kasur tercinta, akibat hampir seharian ini menghabiskan waktu di rumah duka.
Han Jisung malah lebih memilih untuk pergi melelahkan dirinya sendiri. Padahal kondisinya juga belum sepenuhnya pulih.
“Ya! Apa yang sedang aku pikirkan?”
“Bagaimana bisa aku berniat untuk bertemu dengannya?”
“Apakah aku sudah gila?!”
“Oh Tidak! Tidak! Otakku pasti sedang bermasalah saat ini karena terlalu banyak mendengar suara tangisan di rumah duka”
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNNIG AWAY PART 1 : STAY OR LEAVE
FanfictionHan Jisung, hanyalah seorang pencuri jalanan yang tiba-tiba saja masuk ke dalam lingkaran kehidupan agen khusus milik pemerintah. Melarikan diri, sembunyi atau bertahan. Han Jisung x 3racha x Stray kids