40 - Ego?

1.1K 49 25
                                    

Embun pagi menyapa penglihatan Nadine, walau tidak suka suara petir yang dibawa hujan. Tapi Nadine menyukai embunnya.

Mereka cantik.

"Naddie, pastanya udah jadi nih." Panggil James dari arah dapur.

Nadine yang masih berada dikamar pun melangkahkan kakinya menuju James berada.

Nadine bilang pada James, bahwa dia mau pasta jadi James pun membuatkannya.

"Nih, tumben banget minta di masakin." kata James seraya menaruh panci berisi pasta ke hadapan Nadine.

Nadine lalu menyodorkan lengannya ke depan sambil memegang piring kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nadine lalu menyodorkan lengannya ke depan sambil memegang piring kecil.

James hanya tersenyum lalu menyendokkan pasta nya ke piring Nadine, dia lalu ikut duduk di samping Nadine.

"Emang gak boleh?" Tanya Nadine seraya memasukkan satu sendok penuh pasta ke dalam mulutnya.

"Boleh lah."

"Enak nggak?"

James bertanya saat pasta dimulutnya sudah habis, namun dia memiliki inisiatif  agar James tahubrasa pastanya.

Dia menarik dagu James tiba-tiba dan menyecap bibirnya, setelah itu Nadine menjauhkan wajahnya dari James.

"Enak nggak?"

Kini Nadine yang bertanya, sementara James hanya mematung beberapa detik hingga tersadar.

"Rasa bibir kamu; manis juga pedes." Kata James seraya menjilat bibirnya.

Nadine hanya tersenyum dan membiarkan James yang mengacak rambutnya.

"Oh iya, Naddie. Aku kayaknya mau—"

"Kuliah kan Kak." Potong Nadine cepat.

Nadine tidak menolehkan pandangannya ke arah James, tetap fokus pada pasta di piringnya.

"Enggak, huft, Naddie. Apa pembicaraan semalam masih berlanjut?" Kata James dengan ekspresi wajah yang berubah.

"Kakak sendiri masih tetap mau menghindar?"

James terdiam, memijit pelipisnya nyeri. "Kalian gak bisa seenaknya gini Nadz, kalian gak bisa maksa aku."

"Karena Kakak selalu menghindar, bisa gak sih Kakak serius, aku gak minta apa-apa. Aku cuma mau Kakak nurut apa kata Papa dan Mama."

"Dan harus ninggalin kamu sendiri disini, gitu?"

"Aku gak bisa Nadz, aku udah janji bakal terus jagain kamu."

Nadine menaruh sendoknya dan beralih mengusap bahu James.

"Cuma satu tahun Kak, selesaikan kuliahnya dalam waktu satu tahun, oke?"

"Nadz, please."

"Prioritas kamu sekarang adalah keluarga kamu, mereka lebih membutuhkan kamu James." Kata Nadine menekankan ucapannya.

James mendengus, dia membalas tatapan Nadine.

"Aku gak mau pergi ninggalin kamu, Nadz. Apa kamu gak ngerti?"

"Jangan egois James. Kak Nathan gak bisa berbuat apa-apa dan kamu adalah harapan mereka. Aku mohon turutin apa kata Papa sama Mama."

James hanya menggeleng, dia lalu menarik Nadine kedalam pelukannya, menyembunyikan kepalanya di tengkuk Nadine. Pelukannya sangat erat, James tidak mau pergi meninggalkan Nadine.

"Aku gak mau Nadine, aku gak mau pergi." Lirihnya.

"Kamu harus pergi, seperti yang aku bilang tadi. Selesaikan kuliahnya dalam waktu satu tahun, aku bakal nunggu Kakak."

"Kalau begitu kamu harus ikut sama aku."

Nadine sontak melepas pelukan James. "Aku juga harus kuliah Kak."

"Pindah aja, ikut aku ke sana." Kata James enteng.

"Ninggalin keluarga aku disini gitu, iya?"

"Toh mereka juga gak peduli kan sama kamu, jadi buat apa kamu mikirin mereka."

"Kak!" Bentak Nadine.

"Biar bagaimanapun mereka tetap keluarga aku!"

Nadine yang kesal langsung beranjak dari bangkunya dan masuk ke kamar. Tidak suka atas ucapan James barusan mengenai keluarga nya.

James yang sadar bahwa dia sudah keterlaluan pun menyusul Nadine, yang kini sedang menangis menghadap jendela.

"Naddie, i'm so sorry."

"Aku juga gak mau Kakak pergi, tapi mau gimana lagi. Lagian aku gapapa kok, walau harus LDR, seenggaknya kita masih bersama. Hiks." Ucap Nadine sambil terisak.

James memeluknya dari belakang, mencium bahu Nadine lembut. "Ok, aku turuti apa kata kamu. Kamu mau aku pergi ke London kan? Aku pergi Nadz," James berkata lirih. Sesak di dadanya sudah tak dapat dibendung, dia ikut menangis bersama Nadine.

"Aku ngelakuin ini demi kamu, bukan untuk keluarga aku. Aku sayang sama kamu Nadz, aku gak mau kehilangan kamu "

Nadine yang tak kuasa pun hanya bisa memeluk tubuh James erat, tidak ada kata-kata yang bisa mendeskripsikan kesedihannya.

"Aku juga sayang sama Kakak, tapi kita juga gak boleh egois. Masih ada keluarga kita, Kak. Hiks."

James hanya mengangguk saja dalam peluknya. "Aku janji bakal nuntasin kuliah secepatnya, dan kembali sama kamu." James menangkup wajah Nadine dengan kedua tangannya. "Kamu mau kan nunggu aku sebentar?"

Nadine mengangguk dan langsung menghambur ke pelukannya.

Terisak.

"Janji. Hiks. Hiks."

Tbc.

My Happy Ending - End 2019 | Proses Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang