Langit pagi ini tampak indah. Berwarna ungu kehitaman. Dengan awan-awan putih yang tampak bergerak lambat ke arah timur. Membuatnya semakin terlihat menawan.
Kicauan burung-burung dan ayam berkokok. Di barengi dengan hembusan angin yang masuk melalui lubang-lubang udara. Membuat suasana pagi ini begitu tenang. Nyaman.
Matahari belum muncul sepagi ini. Masih bersembunyi di balik pegunungan yang menjulang tinggi.
Sepagi ini mamak belum ada di dapur. Peralatan memasaknya terlihat masih rapih. Bersih. Dimana mamak? Apakah mamak belum bangun? Ah masa mamak sepagi ini belum bangun. Ucapku dalam hati. Biasanya mamak yang sudah bergelut dengan peralatan memasaknya.
Ayah juga belum bangun. Biasanya ayah selalu membangunkan ku dan mengajakku ke mesjid. Tapi kali ini tidak.
Tring tring tring..
Jam beker Burlian berbunyi dengan kuat. Tetapi tetap saja ia tidak bangun. Percuma saja Burlian memasang alarm jika ia tidak bangun. Dasar si anak pemalas.
"Mak, yah, kalian sudah bangun." Aku mengetuk pintu kamar mamak dan ayah. Tidak ada jawaban.
Trek..
Pintu kamar mamak dan ayah tidak terkunci. Saat aku masuk, tidak ada siapa-siapa di kamar. Oi, kemana mamak dan ayah?
"Assalamu'alaikum." Terdengar ada yang mengucap salam dan membuka pintu.
"Wa'alaikumsalam." Aku menjawab dan menghampiri asal suara itu. Oi, ternyata itu mamak dan ayah. Entah dari mana mereka sebenarnya.
"Mamak, ayah, kalian dari mana? Aku mencari dari tadi." Tanyaku saat mereka sudah duduk di depan televisi hitam putih milik kami.
"Mamak dan ayah habis membeli beras ke warung nek Sodah. Mamak takut jika harus keluar sendiri di pagi buta ini. Maka dari itu mamak mengajak ayah. Karena beras kita sudah habis. Kemarin mamak lupa menyuruh kau membelinya." Mamak menjelaskan kemudian segera pergi ke dapur untuk bergelut dengan peralatan masaknya.
"Do, cepat kau mandi dan bersiap-siap. Setelah itu kau bangunkan adik mu itu." Ayah memerintahkan ku. Aku mengangguk dan segera meninggalkan ayah.
Sebenarnya aku malas membangunkan Burlian. Tapi, karena ini perintah ayah. Mau tidak mau, suka tidak suka aku harus melakukannya.
Hanya membutuhkan waktu lima belas menit, aku sudah rapih. Selanjutnya, aku harus membangunkan Burlian.
"Burlian, Burlian, hei, ayo bangun. Cepat bangun, sudah hampir jam setengah enam." Aku memukul-mukul punggung Burlian dengan perlahan. Karena jika tidak pasti dia menangis kesakitan.
"Ehmm.. iyaa." Mata Burlian masih tertutup rapat. Kedua tangannya terangkat ke atas. Menguap.
"Ayo cepat bangun, nanti kau ketinggalan sarapan pagi."
"Iya, kak." Mata Burlian terbuka perlahan. Kemudian Duduk sebenyar di atas ranjang setelah itu segera ke kamar mandi.
Setelah itu, aku segera pergi ke dapur untuk membantu mamak. Eh, jika ada yang bisa ku bantu akan ku lakukan.
"Do, kau sudah membangunkan Burlian?" Tanya mamak saat aku baru saja sampai di dapur.
"Sudah, mak, dia sedang di kamar mandi." Jawabku.
"Oh, kau tolong bantu mamak ambilkan garam di lemari itu, do." Mamak menunjukkan lemari tempat menyimpan bahan-bahan masaknya. Tanpa berlama-lama, aku segera menghampiri lemari itu dan mencari garam.
Oi, tidak ada garam disana. Yang ada hanya bahan-bahan masakan lainnya. Tapi mungkin mamak meletakkannya di antara bahan-bahan yang lainnya. Tapi tetap saja tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Travellers
Science FictionIni merupakan kisah empat orang sahabat, teman satu kampung, teman satu sekolah, bahkan teman bermain setiap harinya. Mereka semua terinspirasi oleh kisah seorang ilmuan yang membuat mesin waktu. Kemudian melakukan perjalanan ke masa lalu hingga ke...