Alam Kuantum

47 14 0
                                    

Masih tak menyangka jika aku bisa membuat sebuah mesin waktu. Hal yang cukup mustahil menurut orang-orang. Tapi, aku bisa membuktikan bahwa mesin waktu bukan hanya cerita fiksi, melainkan nyata.

Musim dingin di New Jersey telah usai. Tanaman kembali subur. Daun-daun kembali tumbuh pada tangkai-tangkai pohon. Bunga-bunga cantik bermekaran.

Musim bunga telah datang. Siapa yang tidak tahu musim ini? Musim yang di tunggu-tunggu oleh semua orang. Bunga-bunga cantik tumbuh dengan sendirinya. Bervariasi.

Suhu hari ini sebesar 4°. Akhirnya aku bisa menghirup udara yang segar. Menghirup wangi nya bunga. Merasakan kehangatan setelah sekian lama.

Terik matahari menyinari seluruh kota Princeton. Membuat suasana semakin nyaman.

***

Tut... tut... tut...

Alarm jam digital ku menyala. Tanganku dengan sigap mengambil jam digital itu kemudian mematikannya. Perlahan ku buka mataku. Melihat pukul berapa sekarang.

Pukul 08.00, astaga jam segini aku baru bangun. Ini pertama kalinya dalam hidupku bangun terlambat. Kemudian, aku segera mengambil handuk dan menuju kamar mandi.

Aku terlambat. Mandi dengan tergesa-gesa. Tidak tahu, apakah bersih atau tidak, yang terpenting mandi.

Setelah selesai, aku segera menyiapkan sarapan pagi ku. Meskipun hanya susu dan sereal saja.

Ketika melihat hari, aku baru ingat kalau hari ini kampus libur. Astaga seceroboh inikah diriku. Begini jadinya jika bangun terlambat.

Hari ini, Emilio akan datang ke apartemen ku. Kami sudah ada janji untuk bermain-main dengan mesin yang telah kami buat. Mungkin kami akan berjalan-jalan ke suatu tempat di masa lalu. Atau ke masa depan dengan pemandangan yang modern.

Ting tong.. ting tong..

Bel berbunyi dua kali. Menandakan Emilio datang. Tanpa membuat Emilio menekan bel lagi, aku segera membukakan pintu.

"Selamat pagi, do." Emilio menyapa saat ku bukakan pintu.

"Hei, selamat pagi." Aku balas menyapa. Mempersilahkan masuk.

"Do, apa yang akan kita lakukan hari ini." Emilio bertanya dengan semangat. Kurasa dia sudah tidak sabar untuk melakukan perjalanan waktu.

"Kira-kira, tempat apa yang menyenangkan."

"Bagaimana jika kita pergi ke masa lalu? Merasakan indahnya perkotaan di masa lalu. Merasakan hidup pada zaman itu. Mungkin itu seru sekali do." Emilio kegirangan.

"Ide mu bagus juga. Tapi apakah kamu siap menanggung resikonya?"

"Resiko apa?" Tanya Emilio kebingungan.

"Bagaimana jika kita tidak bisa kembali? Atau bagaimana jika kita tersesat? Kau siap dengan semua itu?"

"Apapun resikonya aku siap, do. Yang terpenting aku bisa merasakan serunya perjalanan waktu." Emilio menjawab mantap.

Sepertinya Emilio memang sudah tidak sabar ingin melakukan perjalanan waktu. Dan diapun tidak takut terhadap tantangan dan rintangan yang akan menghadang kami nanti.

"Kamu persiapkan dulu mental mu."

"Aku sudah siap, do. Tidak perlu mempersiapkan mental lagi."

"Kamu persiapkan perbekalan untuk kita. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kepada kita nanti. Setidaknya jika ada perbekalan kita tidak akan kelaparan, bukan." Emilio mengangguk. Kemudian dia segera memasukkan makanan-makanan ringan dan p3k kedalam ransel.

Time TravellersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang