Kota Yang Hilang

40 11 0
                                    

Udara pagi menggelitik bagian kaki yang tidak tertutup oleh selimut. Sinar mentari pagi menyembur dari jendela kamarku yang terbuka.

Tut… tut… tut…

Terdengar suara alarm jam digitalku. Tanganku seketika meraihnya. Pukul 08.30, astaga aku terlambat lagi. Kemudian, aku segera mengambil handuk dan meunu kamar mandi.

Setelah selesai dan sudah rapi, aku segera menyiapkan sarapan. Tapi kali ini, sarapan akan aku bawa ke kampus. Karena, waktu sudah menunjukan pukul delapan lewat empat puluh lima menit.

Selama perjalanan menuju kampus, aku selalu memandangi jam tanganku. Jam tangan yang terlihat biasa, tetapi sesungguhnya ini adalah mesin waktu milikku. Dibagian samping jam terdapat terdapat beberapa tombol seperti layaknya jam biasa. Tapi sesungguhnya, salah satu dari tombol itu adalah tombol yang dimana bisa melemparku ke masa depan ataupun kemasa lalu. Tentu saja setelah jamitu di atur ke masa yang aku ingin kan.

Mesin waktu tidak bisa digunakan oleh sembarang orang. Karena data-data diri kita sudah berada dalam sistem mesin waktu itu.

Aku semakin tergesa-gesa ketika melihat jam sudah menunjukan pukul sembilan kurang lima menit. Astaga baru kali ini aku tergesa-gesa berangkat ke kampus.

Aku sampai di kelas pada jam sembilan. Beruntungnya belum ada dosen yang masuk. Jika ada maka tamatlah riwayatku. Karena jika kita terlambat, maka kita tidak diperkenankan untuk masuk.
Kelasku pagi ini adalah tehnik. Seperti biasa dosen membahas hal-hal mengenai mesin. Kali ini suasananya berbeda. Tidak ada lagi teman yang mendampingiku. Emilio telah pergi. Entah sedang apa ia sekarang di masa lalu.

Kelaspun selesai empat puluh menit kemudian. Waktu makan siang pun tiba. Aku segera membuka bekal makanku. Menghabiskannya dalam waktu sekejap. Aku bingung akan melakukan apa setelah selesai jam pelajaran. Mungkin aku akan langsung pulang ke apartemen dan belajar.

                                ***

Waktu pembelajaran telah usai, aku memutuskan untuk segera pulang ke apartemenku. Saat di perjalanan, pikiranku berubah. Aku ingin mengelana waktu lagi. Karena tdiak akan membuang waktu lama.

Kemudian aku segera menuju salah satu gang yang tidak ada siapa-siapa disana.

Aku segera mengatur jam ku untuk pergi ke masa yang aku inginkan. Tapi pada saat itu, di ujung gang ada tiga anjing yang berotot. Tiba-tiba, mereka mengejarku. Tentu saja aku berbalik dan bersiap untuk kabur. Sialnya, aku berbalik terlalu kencang sehingga jam tangan ku terbentur ke dinding di gang itu.

Aku terus berlari, tetapi ketiga anjing itu terlalu cepat sekali. Mungkin ini adalah hari sialku. Ketika aku berlari, kakiku terbentur batu yang tertanam dengan mantap di tanah. Sehingga, sedetik kemudian aku terjatuh.

Sekarang anjing-anjing yang berada di belakangku hanya berjarak tiga meter saja dariku. Mungkin aku akan mati disini, karena anjing-anjing itu terlihat kelaparan dan mereka sudah siap melahapku.

Sungguh kematian yang sangat tidak keren jika dimakan oleh anjing. Tapi sedetik kemudian, tubuhku terhisap masuk kedalam jam tangan yang aku pakai. Seketika aku sudah berada dalam dimensi ruang dan waktu. Dan kini aku sudah berada di padang rumput yang hijau.

Sepertinya jam mesin waktu ku rusak ketika terbentur dinding gang dengan sangat keras. Sehingga kini aku terlempar ke masa antah berantah.

Ku coba lihat jam ku untuk memastikan aku berada di tahun berapa, tapi tidak memunculkan informasi apapun.

“HEBAT RUSAK.” Teriakku kesal.
Sekarang, jam tangan ku hanyalah jam tangan biasa yang memunculkan waktu saja. Aku tidak tahu dimana sekarang. Entah di masa depan atau di masa lalu.

Time TravellersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang