Ide semalam memang Brilian. Membuatku tak sabar untuk memberitahukan kepada Emilio. Pagi ini, aku terus memikirkan langkah-langkah dalam membuat mesin waktu.
Jika di laboratorium tidak di perbolehkan, maka otomatis aku dan emilio harus mengumpulkan uang untuk membeli bahan-bahan. Tapi, itu pasti tidak mungkin. Karena Universitas akan mewadahi para mahasiswanya untuk membuat suatu karya atau rancangan ilmiah.
Suhu pagi ini cukup bersahabat yaitu -2°. Tidak terlalu dingin menurutku. Semalam pun salju tak turun. Tidak seperti malam-malam sebelumnya, salju turun deras hingga membuat jalanan tertutup. Dan suhu pagi menjadi ekstrim.
Ponsel ku berdering. Seketika tangan ku segera mengambilnya. Itu telepon dari Emilio.
"Hallo, Emi. Ada apa pagi-pagi begini menelepon?" Tanyaku ketika mengangkat telepon dari Emilio.
"Aku akan ke apartemen mu sekarang. Bolehkan? Kita berangkat bersama ke kampus."
"Boleh, kamu datang saja. Aku tunggu." Emilio segera menutup telepon. Tanpa berbicara apapun lagi.
Sebenarnya ada apa? Mungkin Emilio ingin membicarakan perihal mesin waktu. Atau mungkin dia masih penasaran akan hal itu.
Sangat kebetulan sekali dia akan datang. Jadi aku bisa membicarakan ideku semalam kepadanya. Dan aku tidak perlu membicarakan soal percobaan mesin waktu di kampus.
Aku menunggu Emilio sambil membaca-baca buku tentang pembuatan mesin. Dan seperti biasa tentang pengelana waktu.
Ting tong
Bel apartemen ku berbunyi. Pertanda bahwa ada orang yang datang. Kemudian aku segera melihat dari lubang kecil di pintu. Ternyata itu Emilio.
"Hai Ardo!" Emilio menyapa saat ku buka kan pintu.
"Hai, ayo masuk. Maaf sedikit berantakan." Aku mempersilahkan Emilio untuk masuk.
"Wah, koleksi buku-bukumu banyak sekali, do. Kamu sudah membaca semua buku ini? Astaga aku sangat tertarik sekali untuk membaca semuanya." Emilio melihat buku-buku koleksi ku di rak buku. Aku mengangguk.
Buku-buku itu aku bawa dari Indonesia. Karena aku sangat suka membaca buku, maka aku bawalah semua buku milik ku.
"Emi, ada yang aku ingin bicarakan denganmu." Aku memulai pembicaraan saat Emilio sudah duduk di samping rak buku-buku.
"Apa do?" Emilio penasaran.
"Semalam aku mendapatkan ide cukup bagus. Bagaimana jika kita melakukan percobaan pertama kita di laboratorium milik kampus. Disana sudah tersedia berbagai macam alat dan bahan, bukan. Nah lagi pula pihak kampus tidak melarangnya." Aku menjelaskan.
"Ide yang sangat bagus, do. Tapi bagaimana jika sampai orang tahu apa yang kita kerjakan?" Tanya Emilio menyelidik.
Benar juga apa yang di katakan oleh Emilio. Bagaimana jika orang-orang tahu apa yang kita kerjakan. Pasti akan sangat rumit masalahnya. Kemudian, aku kembali berpikir.
Seketika terlintas dalam benakku untuk membuat sebuah mesin waktu dengan ukuran yang tidak begitu besar. Dengan ukuran yang tidak begitu besar, orang-orang tidak akan mencurigai apa yang kita kerjakan. Dan dengan bentuk yang lebih familiar.
"Aku ada ide lain. Bagaimana jika kita membuat sebuah mesin dari dengan bentuk jam tangan. Itu tidak akan membuat semua orang penasaran, bukan. Lagi pula, orang pasti berpikir itu hanya sebuah jam. Bagaimana?"
"Astaga, baru kali ini aku menemukan orang sejenius dirimu. Kau jenius sekali, do. Ide mu sungguh luar biasa." Emilio memujiku.
"Dengan ukuran sebesar jam tangan, kita tidak perlu menghabiskan banyak bahan." Emilio mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Travellers
Science-FictionIni merupakan kisah empat orang sahabat, teman satu kampung, teman satu sekolah, bahkan teman bermain setiap harinya. Mereka semua terinspirasi oleh kisah seorang ilmuan yang membuat mesin waktu. Kemudian melakukan perjalanan ke masa lalu hingga ke...