Tanganku masih bergetar akibat bola energy tadi. Perjalananku ke tempat dimana Kristal itu berada membutuhkan waktu sekita dua jam, itu yang dikatakanLetta.
Kami sudah berjalan sekitar tiga puluh menit dan sudan mencapai kaki gunung. Dari luar, gunung ini terlihat biasa saja. Tapi, ketika berada dalamnya suasana sangatlah berbeda. Udaranya terasa berat. Selain itu, disini cukup gelap.
Cahaya matahari tidak bisa menembus kedalam sini. Karena terhalang oleh pohon-pohon yang menjulan tinggi. Hanya sekit cahaya yang terlihat.
Suasana begitu mencekam. Suara-suara hewan nyaring terdengar. Kicauan burung, serang-serangga, bahkan suara burung hantu yang sudah kalian tahu bagaimana suaranya.
Bukannya burung hantu tidak aktif di siang hari? Di Atlantis berbeda. Burung hantu aktif di malam hari maupun di siang hari. Karena keadaan disini cukup gelap seperti sore hari saja.
Aku merasa sedang diikuti, atau lebih tepanya sedang di perhatkan. Ketika melihat kebelakang, tidak ada apa-apa. Mungkin hanya perasaanku saja.
“Hei apakah gunung ini punya nama?” Tanyaku kepada Letta sambil meneruskan perjalanan.
“Punya, para penduduk memanggilnya dengan sebutan gunung ‘Kesengsaraan’.” Jawab Letta.
“Nama yang cocok dengan keadaannya. Hutannya begitu menyeramkan, meskipun begi—“
“Berhenti!!” Letta memotong pembicaraanku dan mendadak menghentikan langkah kakinya.
“Suttt, diam. Jangan berbicara.”
Kami berhenti tak bergerak sedikitpun. Terdengar suara gemersik mendekat. Tapi tidak tahu dari mana asal suaranya.“AWAS!!” Teriak Letta sambil mendorongku cukup kencang hingga membuatku terjatuh.
Ditempatku berdiri tadi, terlihat sesuatu yang besar dan bergelombang menancap ke tanah. Kemudian terangkat keatas. Awalnya aku mengira ujungnya akan runcing seperti pensil. Tapi ternyata ujungnya seperti kail pancing, namun lebih besar.
“KA-KALAJENGKING!!”
“KALAJENGKING RAKSASA!!” Teriakku seketika.
Ekor kalajengking itu mencuat kedepan. Memilih-milih siapa yang akan diserang. Aku segera mengeluarkan pedangku dan perisai di tangan kiriku. Begitu juga dengan Letta.
Sebelumnya, aku tidak pernah berhadapan dengan kalajengking. Apalagi dengan ukuran yang sebesar ini. Tanganku bergetar, keringat mulai membasasi pakaianku.
Kalajengking itu menyerang dengan ekornya kea rah Letta. Namun dia dengan cepat menahan serangn itu dengan perisai. Kemudian mundur kebelakang dan berlari kearahku.
“Aku tidak menyangka kita bisa bertemu dengan hewan besar scepat ini.”
“Apa?” Aku tidak paham dengan apa yang Letta katakan.
“Maksudku, aku tahu kita akan bertemu dengan beberapa monster. Tapi bahkan kita belum memasuki wilayah Anromeda.”
“Jadi maksudmu hutan ini di penuhi oleh berbagai macam monster seperti ini?”
“Tentu saja, maka dari itu para penduduk menyebutnya dengan sebutan gunung kesengsaraan. Selain para monster penjaga Kristal, hutan ini juga dipenuhi oleh monster. Sehingga jarang sekali orang yang selamat sebelum mencapai tempat Kristal itu berada.” Letta menjelaskan dengan sangat tenang.
“Mati aku. Kukira musuh kita hanya monstr penjaga saja. Kamu tidak memberitahuku tentang masalah ini sebelumnya.” Suaraku bergetar karena ketakutan.
Hewan besar itu menyerang lagi dengan ekornya. Kemudian perlahan kami berdua mundur.
“Aku punya ide. Aku akan mengalihkan perhatiannya, kemudian kau pergi kebelakang hewan ini dan tebas ekornya. Karena itulah sumber kelemahannya.” Ujar letta, kemudian ia segera pergi kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Travellers
Science FictionIni merupakan kisah empat orang sahabat, teman satu kampung, teman satu sekolah, bahkan teman bermain setiap harinya. Mereka semua terinspirasi oleh kisah seorang ilmuan yang membuat mesin waktu. Kemudian melakukan perjalanan ke masa lalu hingga ke...