25. Rumah sakit

11.2K 1.5K 182
                                    

Mumpung libur dua minggu, free gak ada tugas jadi bakal sering update💞💞

Aroma obat-obatan mulai menyengat ketika mereka menginjakkan kaki masuk ke bangunan besar tersebut. Rumah sakit Siwonam, disinlah mereka saat ini berada. Sedikit jauh dari sekolah, butuh tiga puluh menit untuk mereka sampai disini.

Sehabis mendapatkan berita tersebut, mereka rombongan 11 MIPA 1 segera menuju rumah sakit yang diarahkan.

Dengan langkah yang panjang, mencari nomor kamar yang telah diberitahu.

156.

Dari jarak yang cukup jauh terlihat sosok gadis dengam rambut yang tergurai tengah meringkuk diatas lantai. Terdengar isakan kecil dari gadis tersebut. Dengan segera mereka menyusul gadis tersebut.

Drap

Wendy segera menghambur mendekap gadis itu.

"Re..ne" lirihnya.

Ya, gadis yang tengah meringkuk sambil menangis tersebut yakni--Irene.

Irene mendongak, menampakkan wajah bengkaknya, air mata mengalir cukup deras dipipinya, tak lupa lingkaran hitam yang begitu jelas terlihat.

"We-wen-papa gue wen" ucapnya begitu lirih bahkan orang yang mendengarnya dapat mengetahui seberapa hancurnya gadis tersebut.

Wendy ikut menangis, tak kuasa melihat keadaan sahabatnya yang sangat terpuruk tersebut.

Sehun dan yang lain ikut mensejajarkan diri dengan Irene dan Wendy. Terlihat gurat kesedihan disetiap wajah mereka.

"Yang tabah, Rene" ujar Sehun menenangkan, tak lupa dengan usapan tangan pada pundak gadis tersebut.

"Ap-apa salah gue? Tuhan jahat s-sama g-gue, kenapa dia ngerebut papa yang satu-satunya ada buat gue, kenapa?!!"

Tangisannya kini semakin menjadi-jadi,  membuat Wendy semakin mengeratkan dekapannya pada Irene.

"Gue gak punya siapa-siapa lagi Wen, papa, mama udah ninggalin gue, siapa lagi sekarang yang gue punya?!!" Teriak gadis itu sambil memukul-mukul dadanya keras.

"Rene, jangan gini rene, please" balas Wendy sambil berusaha untuk menghentikan tangan Irene yang terys menerus menyerang dirinya sendiri.

Yeri, Joy, Rose, Nayeon dan Tzuyu kini ikut menangis, merasakan kepedihan yabg dialami sahabatnya itu.

"Lo punya kita Ren, kita bakal slalu ada buat lo!" Ucap Yeri menyemangati.

Irene melepaskan dekapannya pada Wendy. Menatap satu persatu mereka yang datang.

"G-gue udah gak punya harapan lagi, hidup gue udah gak guna! Gue pengen mat-ti"

"RENE, LO APA-APAAN SIH!"

"Lo semua gak pernah tau rasanya ditinggal sendirian kayak gue!"

"Tapi lo gak harus putus asa Rene, masih banyak orang yang sayang sama lo!" balas Sehun dengan penuh emosi.

"Sayang? Iya sayang, tapi setelahnya meninggalkan kan?"

"Rene, please lo jangan gini"

Kembali wajahnya dialiri air mata, segera Irene mengusap pipinya.

"Lo gak pernah ngalamin itu semua, makannya dengan gampangnya lo bilang kayak gitu Hun, gue, gue ngerasain, gimana rasanya ditinggal kedua kalinya sama orang yang gue sayang banget"

Perkataan Irene tersebut mendiamkan seorang Sehun.

"Gue pernah ngerasain"

Irene terkekeh remeh, "Ngerasain? Gue gak yakin"

Sehun menatap iris mata Irene dengan tajam, "Gue pernah ngerasain rasanya ditinggal oleh orang yang sangat gue sayang, bahkan gue ngelihat secara langsung dimana saat dia ninggalin gue untuk selamanya"

Kini Irene yang terdiam.

"Rene, semua orang yang datang ke lo, gak selamanya akan stay, ada saat dimana dia harus meninggalkan lo dengan terpaksa, dan lo harus menerima itu sesulit apapun. Papa lo sayang lo, gue yakin itu, dan dia padti gak mau ngelihat putri satu-satunya sedih kayak gini"

Giliran Sehun yang mendekap gadis tersebut, dipeluk erat Irene, dan tak lupa tangannya yang mengusap-usap puncak kepala Irene. Irene yang berada dalam pelukannya menangis, mengeluarkan segala isi hatinya dengan tangisan.

"Gue gak kuat kayak gini, Hun" ucap gadis itu dalam pelukannya.

"Lo kuat Rene, gue yakin, lo bisa hadapin semua ini, lo Irene, dan Irene yang gue kenal merupakan sosok yang kuat dan tangguh, percaya sama g-"

"Irene, papa dimana?"

"Loh-loh, Jisoo?"

IPA vs IPS








IPA vs IPS [BlackVelvet]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang