C-o-m-m-e-n-t!!!
"Ngapain?"
Jisoo menoleh, terlihat sosok pria jangkung berdiri agak jauh darinya.
"Mau nyari udara segar, lo sendiri ngapain disini? Ngikutin gue ye lo?"
Pria jangkung itu mendekat, ikut duduk disamping Jisoo.
"Niatnya mau beli minum tapi gak sengaja lihat lo mau ke rooftop, yaudah gue ikutin, takutnya lo ngelakuin aneh-aneh, bundir gitu misalnya"
Sehabis dari kamar rawat almarhum sang ayah, Jisoo memang sengaja ke rooftop untuk memulihkan pikirannya yabg kacau. Setidaknya saat ini pikirannya sedikit memulih walau hatinya masih terasa sakit.
Jisoo terkekeh kecil.
"Pemikiran gue gak sesempit itu kali, sampai harus bundir" ucapnya sambil melihat kearah gedung-gedung yang menjulang tinggi.
"Ya, gue kan gak tau" ucap pria itu sambil mengedikkan bahunya, dan mengalihkan pandangannya kearah depan.
"Lo gak kaget?"
Pria itu menoleh, nampak jelas alisnya yang saling menyatu menandakan dirinya tak paham.
"Kaget kenapa?"
"Kaget karena ternyata gue sama Irene saudaraan"
Pria itu menggeleng, "Gue udah ngira lo pasti ada hubungan sama Irene dari semenjak Irene ngajak lo ngobrol empat mata waktu itu"
Jisoo mengangguk-anggukan kepalanya paham.
"Sehun, lo mau dengerin cerita gue gak?"
Pria itu--Sehun menatap sebentar Jisoo yang pandangannya masih kearah gedung-gedung.
"Silahkan, gue bakal dengerin baik-baik"
"Gue sama Irene itu kembar tak seiras"
Sehun tak menjawab, membiarkan Jisoo untuk melanjutkan ceritanya.
"Dulu sebelum kejadian itu, gue sama dia deket banget layaknya seorang saudara, kita slalu nempel, apa-apa bareng, pokoknya gak boleh pisah"
Memori Jisoo seketika kembali ke masa lalu, sedikit cuplikan tentang dirinya bersama Irene yang sedang bermain bersama ditaman terlintas. Senyuman tulus tercetak diwajah Jisoo.
Sehun yang melihatnya tanpa sadar ikut tersenyum.
"Kita selalu main boneka bareng, dan lo tau, gue versi kecil gak mau main boneka kalau bukan punyanya Irene, aneh kan?"
Jisoo tertawa garing. Sehun tau tawa itu hanya untuk menutupi segala kesedihan gadis itu.
"Sebelum kejadian itu juga hubungan gue sama papa baik-baik aja, intinya keluarga gue yang dulu bahagia banget, selalu ngumpul tiap malem buat bercandaan, terus tiap minggu pasti rekreasi ke kebun binatanglah, ke wahana bermainlah"
Setelah mengatakan itu Jisoo terdiam sejenak.
"Tapi semuanya jadi hancur, udah beda, gak sama kayak dulu lagi setelah mama didiagnosa penyakit tumor. Mama jadi harus dirawat dirumah sakit setelah diagnosa itu"
Jisoo mencoba keras untuk menahan air matanya yang sudah membendung agar tak terjatuh.
"Papa berubah, Irene berubah setelah mama sakit. Papa yang dulunya selalu ada buat gue, mama, mendadak berubah, dia lebih milih lembur dikantor, dan gak pulang-pulang, bahkan sampai mama gak ada papa sama sekali gak pernah jengukin mama"
"Kalau lo gak kuat hentiin aja, gue gak maksa buat lo cerita semuanya" peringat Sehun.
Jisoo menggeleng, "Gue yang pengen ceritain ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
IPA vs IPS [BlackVelvet]
Fanfiction[Republish] [Slow Update] Udah hal yang wajar kalau anak jurusan IPA dan IPS disuatu sekolah saling bermusuhan. Mengikuti warisan para alumni sebelumnya, dua jurusan di SMA Angkasa Raya juga begitu. Kebencian timbul dimasing-masing orang tanpa didug...