19. Sikap manis seorang Kai

10.9K 1.5K 82
                                    

Happy ValDay💞💞💞 Ayo ributkan dengan banyak comment!!

Setelah aksi ributnya Sehun dan Suho. Sehun dan Irene mengurungkan niat untuk ke perpustakaan. Awalnya, Irene mengajak pria itu ke UKS untuk mengobati luka pada bagian wajahnya, akan tetapi pria iti
menolak secara mentah-mentah.

Sepertinya mood pria itu sedang dalam mode tak baik. Bahkan sejak tadi diperjalan menuju kelas, tak sekalipun Sehun menghiraukan setiap pertanyaan yang Irene ajukan padanya. Dan parahnya lagi, tingkat aura dingin Sehun menjadi lebih meningkat.

Ketika Sehun dan Irene memasuki ruang kelas, ketika itu pula mereka yang sejak tadi berada dikelas mendadak diam, suasana yang tadinya sempat bising seketika menjadi sunyi.

Mereka sadar, bahwasannya ada yang tak beres diantara keduanya. Ntah apalah itu, tak ada yang tahu, selain mereka berdua dan Tuhan tentunya.

"Rene, napa dia?"

Kai menyusul Irene yang hendak duduk dikursi miliknya.

Sebagai seorang sahabat tentunya Kai sadar kalau sudah terjadi sesuatu pada sahabatnya itu. Maka dari itu, dirinya menanyakan pada Irene, karena sejak tadi Sehun hanya bersama gadis tersebut.

"Habis ketemu musuh"

Kai mengernyit menandakan dirinya kurang paham maksud gadis cantik tersebut.

"Musuh? Siapa?"

"Anak jurusan sebelah lah, siapa lagi kalau bukan mereka?" Ucap Irene sambil mengeluarkan ponsel di saku seragamnya.

Kai mengangguk, kini dirinya mulai mengerti, "Si Suho?"

Irene mengangguk malas, terlalu asyik dengan ponselnya.

Setelah mendapat keterangan dari Irene, Kai lantas menyusul sahabatnya--Sehun. Didekati pria itu yang sedang duduk sambil membaca sebuah buku ntah berjudul apa, dan tak lupa dengan earphone yang menyumpal ditelinganya.

"Hun"

Sehun tak merespon.

Kai tau, pria tersebut tak sedang mendengarkan musik sekalipun, bahkan Kai tau, Sehun juga tidak sedang benar-benar membaca bukunya. Pria itu hanya sedang menyamarkan dirinya agar terlihat sedang baik-baik saja.

Dilepas earphone yang terpasang pada telinga Sehun yang otomatis mengalihkan atensi pemilik.

Sehun menatap Kai dengan datar.

"Jangan ganggu gue" ucap Sehun dengan tegas.

Bukannya terintimidasi, Kai malah semakin bersemangat, bersemangat untuk memulihkan mood sahabatnya yang sedang berada dihadapannya kini.

"Lupain, yang dia omongin ke lo, lupain itu"

Alis Sehun terangkat, merasa tak paham akan maksud Kai.

"Maksud lo apaan?"

"Gue tau lo tadi ketemu si biang kerok kan? Dan gue tau pasti dia ngungkin kejadian itu lagi kan? Maka dari itu gue suruh lo untuk lupain, lupain semua yang dia omongin tadi ke lo, intinya segalanya tentang kejadian setahun lalu, lupain itu."

Tak merespon apapun, Sehun dengam cepat merebut earphone yang sejak tadi berpindah tangan darinya.

Kai yang tak menginginkan itu, segera merebut balik benda mungil itu, ditarik dengan kasar benda tersebut dan segera memasukinya ke saku celana miliknya.

"Lo apa-apaan sih?"

"Mood lo lagi jelek, gue sebagai sahabat yang baik harus bisa ngembaliin mood jelek lo kembali menjadi baik seperti tadi sebelum lo ketemu tuh kadal"

Senyum Sehun sedikit terkembang, penuturan Kai mampu menghangatkan sedikit hatinya yang hampir beku tadi.

"PD banget lo ngerasa gue nganggep lo sahabat gue"

"Emangnya kagak?"

Sehun menggeleng, "Kagak"

Seketika Kai merubah raut wajahnya memelas yang dibuat-buat, seakan-akan dirinya telah menjadi korban yang tersakiti.

Ditoyor kepala pria itu oleh Sehun, "Jangan nambah populasi orang gila, Chanyeol sama Bambam udah lebih dari cukup"

Kai tertawa, "Segila itukah mereka dianggapan lo?" Tanyanya masih dalam keadaan tertawa.

Sehun mengangguk, "Bahkan lebih dari yang lo bayangin"

"Jahat lo, untung dua orang itu lagi diluar kelas, kalau kagak habis lo"

Sehun terkekeh, "Maka dari itu gue berani ngomongin mereka disini, mumpung mereka gak ada kan?"

Kai menganggukan kepalanya, "Berterimakasih lah pada pak Bejo, karena beliau, lo bisa seenaknya ngomongin tuh orang"

"Pak Bejo? emang ada hubungannya?"

"Adalah, tuh Pak tua manggil duo sengklek buat keruangannya, lo tau kenapa?"

Sehun menggeleng.

"Setelah lo pergi tadi sama Irene, Chanyeol ngadain party gak jelas sama Bambam tentunya, katanya dia perayaan beberapa menit bebas tanpa ketua dan ibu ketua"

"Ya terus?"

"Lo kebayang pastikan party yang dimaksud mereka kayak gimana? sama kayak sebelumnya, mereka nyalain lagu makai sound dengan volume menggelegar, dan parahnya penggaris pak Bejo yang ketinggalan malah mereka jadiin properti party, itu penggaris dipake yang aneh-aneh sampai patah, lo kan tau penggaris itu benda keramat milik Pak Bejo. Nah, kenapa pak Bejo bisa langsung tau, ya karena dikelas kita kan ada yang mulutnya seluas samudra? Siapa lagi kalau gak Rose sama Joy?."

Sehun tertawa pelan, "Tinggal nunggu apa yang bakal mereka dapetin"

"Menurut gue sih mereka bakal diapa-apain disana, Hun lo laper gak? Ngantin kuy"

Sehun mengangguk, dengan segera beranjak dari duduknya, "Ayo, gue traktir lo makan"

Mendengar kata 'traktir', semangat Kai semakin membara, sekaya apapun dia, tapi kalau sudah menyangkut kata 'traktir' walaupun gak seberapa tetap menjadi hal yang disukai pria itu.

"Gilaa, rejeki anak sholeh ya gini, minum juga kan?" Tanya Kai sambil menjabat bahu pria yang sedikit dibawahnya.

"Makan doang"

"Minum juga kalik, Hun"

"Enggak, makan doang"

"Gak tau terimakasih lo, lo pikir dong, siapa yang udah bikin mood lo ini berubah menjadi sedia kala hah?"

Sehun mendengus, "Iya, sekalian minum, puas lo?"

"Nah gitu, baru cakep"

IPA vs IPS

IPA vs IPS [BlackVelvet]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang