"Tinggalkan Wang Yibo atau kau akan mati!!"
Xiao Zhan masih terngiang-ngiang tulisan yang dia lihat di tembok rumahnya. Sepanjang malam pikirannya terusik. Dia yakin dia tidak sedang berhalusinasi. Siapa pelakunya dan darimana dia tahu tempat tinggal Xiao Zhan. Xiao Zhan tidak tahu jelas dengan kehidupan Wang Yibo sebelum mereka bertemu. Tapi dia tahu Wang Yibo adalah lelaki petualang. Apa mungkin ini ulah salah satu mantan kekasih yang tidak rela ditinggalkannya. Tapi selain Lulu, Xiao Zhan tidak pernah tahu atau pun bertemu dengan orang-orang yang pernah berhubungan dengan kekasihnya itu.
Sepasang tangan kekar melingkar lembut di pinggang Xiao Zhan, menariknya kembali dari lautan pikirannya.
"Sedang memikirkanku, ya?" Xiao Zhan yang sedang menata bunga di meja menoleh.
"Jangan terlalu percaya diri, Tuan Muda."
"Aku memang selalu percaya diri, dan aku yakin tebakanku pasti benar." Xiao Zhan menatapnya sejenak, Wang Yibo memang pria tampan dan berkharisma. Tidak heran jika dia mampu menaklukkan kekasih-kekasihnya dengan mudah. Dan dibandingkan dengan mereka, Xiao Zhan merasa dirinya bukanlah siapa-siapa. Tidak heran jika ada salah satu mantan kekasihnya yang tidak rela akan hal itu. Tapi bagaimana pun, Xiao Zhan mencintainya dan rasa cintanya sudah memasuki tahap tidak mampu kehilangannya. Dia tidak tahu apakah ancaman itu hanya gertakan atau memang peringatan keras agar dia menjauh, Xiao Zhan tidak peduli. Dia hanya tahu jika dia ingin ada di sisi Wang Yibo selama lelaki itu menginginkannya.
"Sayang, ada apa denganmu? Kau baik-baik saja?" suara Wang Yibo lagi-lagi menariknya kembali dari lamunannya, membuatnya tersenyum sekilas. Xiao Zhan meletakkan bunganya dan membalikkan badannya. Sekarang dia berdiri berhadapan dengan kekasihnya. Xiao Zhan melingkarkan tangannya di leher Wang Yibo. Senyum masih menghiasi wajah cantiknya. Lalu dengan inisiatif penuh, Xiao Zhan mencondongkan wajahnya ke arah pria tampannya dan mengunci bibir Wang Yibo dengan bibirnya.
Mata Wang Yibo sedikit bereaksi atas tindakan Xiao Zhan. Ini cukup mengejutkan bagi Wang Yibo karena sangat langka jika Xiao Zhan mengambil inisiatif terlebih dahulu. Kekasih cantiknya sangat pemalu. Dia tidak keberatan dengan si pemalu tetapi Xiao Zhan yang berani akan selalu membuatnya bersemangat. Bibir mereka menempel beberapa saat sebelum Wang Yibo menyunggingkan senyumnya dan menggerakkan bibirnya. Lidahnya meminta ijin untuk masuk dan dalam sekejap Wang Yibo sudah mengambil kendali untuk sebuah ciuman panas. Lidah mereka saling berpagut sebelum Xiao Zhan berusaha mendorong tubuh Wang Yibo.
"Ini masih pagi dan kau harus segera ke kantor." Xiao Zhan memberinya isyarat.
"Aku tidak peduli. Kau sudah berani membangunkan singa lapar, sekarang kau harus menanggung akibatnya." Wang Yibo berkata dengan nada rendah dan berat, nafsu sudah menyelimuti tubuhnya dan membuatnya menegang. Tanpa aba-aba, Wang Yibo langsung mencium Xiao Zhan sambil mendorong tubuh rampingnya ke atas meja.
"Ngh... " Xiao Zhan mendesah, dia sadar sudah melakukan kesalahan dengan menciumnya tadi, karena Wang Yibo tidak akan membiarkannya selesai sampai disitu. Rasa haus Wang Yibo akan dirinya seolah tidak berkesudahan. Bukan berarti Xiao Zhan tidak menikmatinya, tetapi terkadang ada rasa khawatir yang bersemayam di hatinya tentang sifat petualang Wang Yibo. Dia sempat berpikir bagaimana jika suatu hari nanti Wang Yibo merasa bosan dan meninggalkannya. Bagaimana jika Wang Yibo tidak menginginkan dirinya lagi. Walaupun Wang Yibo sudah melamarnya, itu tidak membuat perasaan ragu di hati Xiao Zhan menghilang sepenuhnya.
Pergumulan mereka semakin panas dan Wang Yibo sudah berada di dalam Xiao Zhan. Desahan demi desahan lolos dari mulut mereka mengimbangi permainan panas mereka. Untunglah toko Xiao Zhan masih belum buka dan rumahnya masih dalam keadaan sepi tanpa Huai Kuan dan Zhuo Cheng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Short StoryTerinspirasi oleh lagu "Love Me Like You DO" Ketika seorang lelaki petualang cinta bertemu penjual bunga misterius yang membuatnya mabuk kepyang. "Cinta adalah bunga yang harus kamu biarkan tumbuh." ~ Helen Keller Cover sampul novel credit to the r...