Selamat membaca!
maaf kemarin nggak update :(
rasanya nggak mau asal tulis
bab ini kita kenalan dulu ya sama Guntur dan Fiza, hehehe
ada tokoh baru juga ... perempuan!
~. - .~
Tubuh Hanum mendadak diam bagai patung, mendengar pernyataan dari Fiza bagai petir di siang bolong, kedua matanya bahkan sampai terbelalak sempurna.Jadi apakah selama ini Wildan hanya beralasan kalau ada tugas yang tidak bisa ia tinggalkan agar leluasa pergi tanpa merasa terkekang atas Hanum?
Kalau itu benar mungkin Ia akan sangat kecewa pada Wildan, laki-laki yang sudah ia jatuhkan kepercayaan selama hampir 3 tahun itu ternyata sudah pandai berbohong, mengabaikan janji untuk bersikap jujur pada apapun yang sedang mereka hadapi.
Dadanya terasa sesak, seperti ditusuk ribuan jarum tanpa henti, mengoyak hatinya sampai hancur tak berbentuk.
Sakit.
Bahkan rasanya jauh lebih mengenaskan dibanding ketika ia sakit dalam artian yang sebenarnya.
Lagi-lagi Hanum ingin melahirkan rasa sedihnya dengan menangis, mengeluarkan air bening di kedua matanya sampai terisak, biarkan saja kalau orang-orang akan menganggapnya aneh.
Panggil saja Hanum cengeng, setidaknya ia bisa meluapkan segala emosi dalam diri sampai ia merasa lega dan lebih baik untuk kembali melanjutkan hidup.
Tapi untuk saat ini Hanum berusaha membendung tetesan air yang sudah memenuhi kelopak matanya, ia tidak ingin semua menjadi semakin rumit, bisa-bisa Guntur dan Fiza menjadi khawatir karenanya.
Hanum hanya bisa mengucapkan kalimat Istigfar dalam hati, berharap bisa mendapat ketenangan hati dari Sang Maha Kuasa, serta memanjatkan doa agar diberi kekuatan untuk menghadapi sejuta masalah yang mungkin sekarang sedang menunggunya di depan sana.
Batinnya berseru kalau ia harus kuat. Hanm bukan perempuan lemah yang mudah untuk berserah diri.
Walau begitu Hanum juga tidak bisa berbohong kalau rasa kecewa itu masih hadir di relung hatinya, ia tidak menyangka kalau Wildan bisa sampai seperti ini.
Apa yang laki-laki itu lakukan di luar sama sampai tak membiarkan Hanum tahu?
Sekelabat prasangka buruk datang, namun Hanum segera menepis segala keraguan tentang Wildan. Yang ia butuhkan sekarang adalah penjelasan langsung dari Wildan, lalu mengeluarkan segudang pertanyaan yang sejak tadi memenuhi benaknya.
Sejenak Hanum berpikir, otak dalam kepalanya sibuk bekerja, mempertimbangkan sesuatu. Semua yag terjadi di muka bumi ini pasti memiliki alasan dan tujuannya masing-masing.
Lantas apa yang menjadi asas Wildan sampai rela berdusta supaya bisa pergi meninggalkannya? Satu persoalan itu terus berputar di kepalanya.
Tidak mungkin Wildan melakukan itu tanpa sebab yang vital, Hanum tahu suaminya bukan orang yang suka membuang waktu hanya untuk sesuatu yang tidak membawa manfaat.
Lalu sepenting inikah alasan itu hingga ia melupakan Hanum? Istri sahnya baik dimata Tuhan maupun negara.
Tiba-tiba nama Maya terlintas diingatannya, apakah semua ini memiliki keterkaitan dengan Maya? Perempuan asing yang kemarin menghubungi Wildan melalui panggilan telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (terbit)
SpiritualApa yang akan kau rasakan begitu mengetahui suami yang kau cintai sepenuh hati ternyata memiliki perempuan lain di luar sana? Sakit? Tentu! Itu yang Hanum rasakan begitu mengetahui jika Wildan, suaminya yang sedang bertugas di luar kota didapati mem...