Selamat membaca!
Maaf baru update sekarang, badan dalam kondisi yang sedang tidak bersahabat.
Jangan lupa jaga kesehatan kalian semua! Itu yang paling penting!
~-~
"Kita makan-makan dulu ya sebelum pulang?" ajak Fiza setelah menggunakan sabuk pengaman.
Guntur yang baru saja menutup pintu lantas menoleh, laki-laki itu dibuat terkejut dengan pertanyaan yang Fiza keluarkan. Hari sudah mulai gelap tanda waktu Maghrib akan segera tiba, bahkan jalanan sudah terlihat ramai oleh para pengemudi yang ingin kembali pulang setelah selesai bekerja, tapi teman karib Wildan itu malah mengajaknya singgah untuk mengisi perut.
"Hanum mau langsung pulang," jawab Guntur menolaknya dengan halus.
Fiza menatapnya heran. "Kenapa?"
"Dia mau salat Maghrib di rumah,"
"Kan setelah makan kita bisa mampir ke Masjid buat salat," sanggah Fiza.
"Aku juga belum masak, di rumah nggak ada makanan, kalau Wildan pulang dia akan makan apa?" sambung Hanum menyela pembicaraan mereka.
Fiza diam sejenak, laki-laki itu sibuk memikirkan alasan apa lagi yang bisa ia gunakan agar rencananya berjalan lancar, "Kita bisa pesan makanan lebih untuk Wildan, nanti aku yang bilang buat dibungkus pulang."
Hanum tidak menjawab.
"Salat berjamaah itu pahalanya lebih banyak loh, Num." Jelas Fiza terdengar percaya diri, berlagak seperti manusia paling dalam memahami agama.
Hanum belum memberi respons, perempuan itu hanya termenung sambil memikirkan keputusan yang akan ia ambil.
Perlahan Hanum mengalihkan arah matanya ke sebuah jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, mereka masih memiliki waktu kurang lebih selama 40 menit untuk melakukan aktivitas lain sebelum menghadap Allah dalam ibadah salat Maghrib.
"Lagian aku juga belum kenalan sama bidadari yang sekarang duduk di belakang," melalui cermin kecil yang ada di depan, Fiza memandang Meisya sambil tersenyum, sedangkan yang mendapat tatapan penuh cinta itu justru memutar kedua bola matanya jengah sebelum membuang muka, "liatnya jadi mau langsung dikhitbah." Kata Fiza tanpa pikir panjang.
Guntur mendorong pundak Fiza kasar. "Sembarangan aja kamu!"
"Kenapa? Cemburu?" tuding Fiza menantang.
"Cemburu? Untuk apa? Dia bukan siapa-siapaku." Jawaban Guntur sukses membuat Fiza kalah telak, laki-laki itu mendengus kesal.
Dari ekor matanya, Hanum dapat melihat jelas ada raut wajah yang menunjukkan rasa kekecewaan pada Meisya saat mendengar balasan dari Guntur.
"Bagaimana, Num? Belum puas rasanya kalau ketemu sama ... siapa namanya? Meisya, kan?" Perkataan Fiza membuat Hanum tersadar.
"Iya,"
"Iya apa? Aku lapar, Num!" Sebenarnya sebelum bertemu dengan Hanum dan Guntur, Fiza sedang berjalan untuk mencari rumah makan yang enak, mencari panganan yang bisa membuatnya kenyang, namun tidak ada yang menarik perhatiannya untuk melangkah masuk, alhasil cukup jauh laki-laki itu berjalan sampai mendapati Hanum dan Guntur berduaan di tepi jalan. Bahkan Fiza sempat memiliki prasangka buruk saat indera penglihatnya menangkap Hanum dan Guntur.
Untuk beberapa detik Hanum tampak bimbang, namun sesaat kemudian Fiza bersorak girang begitu mendapat persetujuan berupa anggukan kepala pelan. Perempuan itu hanya bisa mengalah kalau harus berhadapan dengan Fiza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (terbit)
SpiritualApa yang akan kau rasakan begitu mengetahui suami yang kau cintai sepenuh hati ternyata memiliki perempuan lain di luar sana? Sakit? Tentu! Itu yang Hanum rasakan begitu mengetahui jika Wildan, suaminya yang sedang bertugas di luar kota didapati mem...