Selamat Membaca!
Langit sudah gelap begitu Hanum menginjakkan kedua kaki di atas halaman rumahnya yang hijau, setelah memberi satu lembar uang berwarna biru tua pada supir taksi yang telah membawanya kesini, perempuan berkulit kuning langsat itu berjalan dengan langkah pelan memasuki pekarangan rumahnya yang sederhana, hanya terlihat beberapa pot bunga yang hadir untuk memberi kesan asri di sana.
Begitu sudah berada di dalam, Hanum segera merogoh ponsel dari tas ke genggamannya, ingin mengirimkan pesan pada Wildan bahwa ia telah sampai ke istana kecil mereka berdua dengan selamat.
Sesaat Hanum terlihat sedang melamun sambil menempelkan benda itu ke depan dadanya, berharap usahanya kali ini membuahkan hasil.
Namun sesaat kemudian perempuan itu bergerak cepat, baru teringat jika waktu Isya tak lama lagi akan tiba, buru-buru Hanum meletakkan ponsel dan tas kerjanya ke atas meja, lalu mengambil langkah ke dalam kamar untuk mengambil setelan pakaian santai yang akan ia gunakan untuk semalam sebelum keluar dan meneruskan langkah ke kamar mandi, membersihkan diri yang sudah terasa lengket setelah seharian penuh beraktivitas.
Khawatir terlambat melaksanakan salat Maghribnya, setelah memastikan dirinya bersih dari hadas kecil, Hanum mengayunkan kedua kakinya bergantian ke arah keran yang tak jauh dari kamar mandi, membasuh beberapa bagian tubuh dari wajah hingga kedua kaki dengan berwudu.
Ketika sudah di kamar, Hanum meraih sebuah mukena dari atas lemari yang kerap ia kenakan ketika salat.
Untuk beberapa detik Hanum nampak temenung, tubuh perempuan itu diam bagai patung, tatapan matanya kosong tanpa arti.
Hal-hal indah yang pernah ia lalui bersama Wildan tiba-tiba saja kembali berputar di kepala.
'Ya Allah, apa salah jika seorang istri merindukan sikap suaminya yang dulu?'
Hanum rindu Wildan yang dulu, seorang Wildan yang rajin untuk melaksakan salat Maghrib berjamaah dengannya, bahkan tidak sekali laki-laki itu rela membawa pekerjaannya ke rumah hanya demi bisa pulang lebih cepat, bertemu dengan istri yang sangat ia cintai itu adalah keinginan terbesarnya begitu pekerjaannya telah selesai.
Hanya hal kecil memang, tetapi berhasil membuat hatinya terenyuh.
Sambil melafazkan kalimat Istighfar Hanum menyentuh dadanya yang terasa sesak.
Perempuan itu hanya bisa berharap suaminya baik-baik saja di sana, jauh dari segala perkara yang berjurus ke arah maksiat dan bekerja dengan penuh semangat tanpa melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Tidak ingin berlarut-larut, Hanum langsung mengaparkan sajadah ke atas lantai, melanjutkan niat utamanya untuk menghadap pada sang Maha Kuasa.
•••
Setelah mengucap salam di rakaat terakhir salat Maghribnya, Hanum tak langsung bangkit berdiri, untuk beberapa menit perempuan itu membaca dzikir dengan khuyuk sambil menggeser satu per satu biji tasbih yang ada di genggaman tangan kanannya.
Dengan pelan Hanum mengangkat kedua tangannya sejajar dengan dada, memanjatkan doa pada Allah SWT, memohon ampun dan perlindungan-Nya.
'Ya Allah, Ya Tuhanku, dengan menyebut nama-Mu, lindungilah aku dan suamiku dari segala sesuatu yang membahayakan. Engkau adalah dzat yang menguasai langit dan bumi. Dan sesungguhnya engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'
![](https://img.wattpad.com/cover/179673918-288-k398371.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (terbit)
SpiritualeApa yang akan kau rasakan begitu mengetahui suami yang kau cintai sepenuh hati ternyata memiliki perempuan lain di luar sana? Sakit? Tentu! Itu yang Hanum rasakan begitu mengetahui jika Wildan, suaminya yang sedang bertugas di luar kota didapati mem...