03. Rumit

2.3K 363 20
                                    

Barangkali Jongin memiliki solusi yang cerdas dengan apa yang sudah terjadi antara kami.

Sejak kejadian di depan pintu gerbangnya beberapa waktu lalu, Jongin berusaha dengan sigap menanggapi agar kami tidak terlihat semakin canggung. Dia mati-matian memperbaiki keadaan.

Misalnya, dengan mengingatkanku untuk melupakan semua yang terjadi, dia tetap menyapa di pagi hari, tetap memberikan tumpangan ke tempat kerja, dan tetap memberi Meokmul camilan kesukaan.

Aku pun tak mau dramatis, sehingga aku pun berusaha mengimbangi Jongin menghadapi keadaan canggung kami.

Kendati begitu, aku bukanlah seorang yang munafik. Kadang-kadang ciuman itu terngiang lagi di pikiranku, bahkan saat Chanyeol mengecup hangat bibirku.

Ah, barangkali yang seperti ini aku sudah bisa dikatakan sebagai penjahat hati, yang mana bisa memikirkan ciuman lelaki lain ketika lelakiku memberikan ciuman mesra.

Barangkali tidak untuk Jongin, tetapi untukku semua berimplikasi. Jongin tidak lagi seperti Kim Jongin yang kukenal biasanya. Kala ia menatap, aku berdebar; kala ia tersenyum, aku memerah; kala ia memamerkan tubuh atletisnya, aku memanas. Jongin tidak hanya membuat perasaanku goyah, dia juga membuat hidupku tak karuan.

Lantas, semua akan semakin luluh lantak kala Jongin dan Chanyeol secara bersamaan berada di hadapanku. Seperti saat ini.

"Ibu dan ayah Jongin barangkali tidak akan pulang dalam waktu dekat ini. Usaha di Jeolla berkembang dengan pesat. Jadi, selama ayah dan ibunya masih di Jeolla, Jongin akan terus menyantap makanannya di rumah kita." Ibu menjelaskan.

Biasanya aku tak peduli dengan hal seperti ini, bahkan jika Jongin membuat keputusan untuk tinggal di rumahku, aku tak acuh sama sekali.

Itu ketika belum terjadi apa-apa dengan kami. Tapi, kini keadaan kami sudah berbeda maka segalanya pun menjadi berbeda. Padahal, aku sedang berusaha keras mengimbangi. Jika begini, semua akan menjadi semakin sulit.

"Nak Chanyeol, makan yang banyak." Suara Ibu mengagetkanku, lantas melirik Ibu yang tersenyum dan menyodorkan beberapa menu makanan pada kekasihku.

Aku pun segera mengalihkan pandangan. Jika terus berlama-lama menatap Jongin, barangkali akan memancing kecurigaan. Aku bahkan tak mau jika hubungan Jongin dan Chanyeol menjadi tak baik-baik saja.

"Tetapi, kenapa Chanyeol ssi datang pagi-pagi?" Aku bertanya pada kekasihku. Biasanya Chanyeol akan datang di sore hari sepulang kerjanya. Jika ia kedapatan lembur, dia bahkan tidak mengunjungi.

"Ingin mengantar kekasihku pergi kerja. Lagi pula aku tak enak dengan Jongin jika tiap hari mengantar." Chanyeol tersenyum. "Bukankah Jongin juga harus mengurusi kekasihnya, tidak kau saja, Kyung."

Omong-omong tentang kekasih Jongin. Aku hampir lupa dengan Dokter Jung kemarin. Beruntung kami sudah selesai dengan ciuman bibir itu. Jika Dokter Jung datang di saat yang tak tepat, mungkin ini akan menjadi semakin rumit.

"Aigoo. Ibu lupa gochujang-nya." Ibu merutuki keteledorannya, padahal menu ibu pagi ini akan lebih nikmat jika dibarengi dengan cabai fermentasi itu.

"Ibu akan mengambilnya di tempat penyimpanan." Ibu beranjak dari tempat duduknya.

"Aku akan menemani Ibu." Chanyeol pun ikut bersama, meninggalkan aku dan Jongin sendiri saja di ruang makan.

Cukup lama kami terdiam setelah Ibu dan Chanyeol menghilang di balik pintu rumah kami. Hanya terdengar denting sumpit dan mangkuk Jongin yang mulai mencicipi masakan Ibu.

Namun, sedetik kemudian Jongin membuka mulutnya dan berucap, "aku dan Soojung benar-benar sudah mengakhirinya." Jongin melirik sembari menelan sesumpit nasi ke mulutnya. "Jadi, bukan masalah jika ia melihat kita atau tidak hari itu. Kau tak perlu mengkhawatirkannya. Bukankah sudah kukatakan berkali-kali, kita lupakan saja," ucap Jongin dengan santai.

First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang