09. Hal Tidak Baik [M]

4.5K 325 47
                                        

Ini berbeda. Dengan ciuman tak terencana waktu itu, ini sungguh berbeda; Jongin melakukannya dengan begitu lembut. Dia menyesap perlahan lantas melumat daging bibirku, membuat terlena oleh kenikmatan. Lidahnya yang bermain di dalam mulutku, membuatku melayang begitu jauh.

Sentuhannya pun begitu, ini sungguh berbeda dari sentuhan-sentuhan yang selama ini ia lakukan padaku. Tangannya begitu hangat menceruk leher, tangan lain yang sudah berhasil melucuti kemeja kerjaku, kini mulai menggerayangi seluruh lekuk tubuhku.

Mataku membeliak di tengah kecupannya. Tangan itu mulai nakal dan begitu berani menyusup di balik celanaku.

"J—Jongin, jang—" Aku berusaha memberontak. Namun, Kim Jongin lebih perkasa, ia lebih kuat menekan tubuhku hingga semakin terjepit. Ciuman lembut jadi beralih haluan menjadi begitu ganas.

Aku terus saja memberontak. Langkah kami sudah salah, jika ini semakin menjadi-jadi, maka kami akan sepenuhnya terpuruk. Aku harus menghentikannya.

Dengan segenap tenaga, kemudian aku berhasil mendorong kasar; memberi jarak sepanjang lengan tanganku dan menahan tubuh kekarnya agar tak kembali mendekat.

"J—Jangan. Sudah cukup," lirihku. Kepala menunduk, menyimpan wajah memerah yang hampir saja tergulung hasrat oleh ulah sentuhan demi sentuhan Kim Jongin.

Tak bisa. Meskipun aku goyah, meskipun aku menginginkan, aku tak bisa melakukannya bersama Jongin.

"Jangan berucap kata jangan. Kumohon ...."

Mata membeliak di dalam tundukan kepala. Suara rendah Kim Jongin terdengar pilu. Aku bahkan tak dapat menolak dahinya yang kemudian bersandar di pundakku.

"Jangan menolakku. Beri aku kesempatan satu kali saja, Soo." Dia terisak.

"Aku bahkan tak tahu apakah aku bisa seintim ini denganmu di kemudian hari, di lain waktu. Jadi, izinkan aku seolah ini akan menjadi yang pertama dan terakhir kalinya."

Suara sendu itu bukan hanya terdengar pilu, tapi pula begitu menyakitkan, baik di telinga pula di hatiku. Bahkan jika mengingat bagaimana penyakit langka yang dibeberkan Dokter Jung padaku. Aku tidak seharusnya menjadi egois.

"Jongin ...."

Suara desisku terdengar sengau, tetapi berhasil membuat Jongin mengangkat kepalanya dan kami saling bersitatap; begitu lekat hingga pantulan wajah memerahku tersorot di balik mata elang yang begitu tajam dan tegas.

Bohong jika tak ingin. Hasratku pun sama, aku ingin bersatu padu dengan Jongin. Bagaimana pun, perasaan hati yang goyah menginginkan ia untukku.

Tak perlu basa-basi untuk kemudian membuat kami menjadi gila. Aku bahkan bersumpah akan memanjatkan doa dan minta ampun segala dosa kepada Tuhan akan seluruh hal tak baik yang akan kulakukan bersama Jongin, setelah ini.

Tanganku yang memulai; melingkari lehernya sejurus bibir kami yang kembali bertemu. Jarak kami habis terkikis begitu lengan besarnya itu merengkuh pinggulku, menarik semakin dalam tubuhku dan menyatu di dadanya.

Aku sudah tidak waras. Sejenak kulupakan segalanya, kulupakan Park Chanyeol yang selalu setia dengan sumpah cintanya. Sekali saja, aku hanya ingin mengabulkan permintaan Jongin, meskipun ini yang pertama dan terakhir kalinya.

Bibir kami masih saling bertautan, masih saling beradu sejurus tubuh mungilku yang terangkat di pelukan Jongin. Lumatan demi lumatan bahkan tak berhenti manakala Jongin membawa tubuhku dan terempas di atas ranjangnya. Mataku semakin terpejam, meresapi bagaimana dahsyatnya bibir Jongin yang memanjai bibirku dan membiarkan tubuh Jongin yang terus merangkak di atas tubuhku.

First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang