04. Cinta Sesungguhnya

2.1K 345 31
                                    


Aku mengingat, Jongin pernah berkata, ketika dia sudah menemukan cinta sesungguhnya, maka ia tak akan melepaskan cinta itu. Sudah kukatakan, Jongin menyukai hal dramatis. Jadi, anggapan yang seperti ini sudah terlalu bosan kudengar.

Lagi-lagi, awalnya kuanggap Jongin sudah menemukan cinta sesungguhnya lewat kehadiran Jung Soojung. Buktinya dia dan Dokter Jung bisa menjalin hubungan hingga tiga tahun lamanya. Jongin adalah tipikal lelaki yang mudah bosan. Bukan sekali dua kali dia gemar bergonta-ganti gadis sejak masa pubertasnya datang. Jongin biasanya hanya bisa mempertahankan kisah cintanya satu atau dua bulan saja. Itulah mengapa anggapan Dokter Jung adalah cinta Jongin yang sesungguhnya, terlintas di benakku. Dokter Jung bertahan cukup lama untuk tipikal lelaki nakal semacam Kim Jongin.

Namun semuanya menjadi goyah kala hal ini terjadi antara kami. Aku tak tahu apa yang dipikirkan Dokter Jung tentang diriku jika ia benar memergoki kami hari itu. Pikiranku sudah penuh dengan Park Chanyeol yang berasumsi Jongin menyukaiku, sehingga perasaan sang Dokter kuabaikan.

Lagi pula sudah kukatakan, aku tak kenal banyak dengan Dokter Jung. Kami pun tak pernah bertemu secara personal karena kami selalu bertemu secara tiba-tiba. Jongin pun berkali-kali menolak kala aku menuntut untuk dipertemukan dengan gadisnya.

Jadi, dari pada Dokter Jung, kali ini aku lebih peduli dengan perasaan Park Chanyeol, kekasihku. Percakapan kami benar-benar terhenti di tempat mencuci piring pagi tadi. Chanyeol membiarkanku terus terdiam sepanjang perjalanan kami menuju tempatku bekerja. Barangkali dia pikir akan lebih menyulitkan jika ia terus memaksaku untuk bicara setelah segala hal rumit yang terjadi.

"Pemberhentian Pyeongchang dong." Lamunanku buyar oleh suara supir bus yang kutumpangi.

Aku mendesah kala melirik keluar jendela bus yang kutumpangi. Perkiraan Yura ssi, si penyiar berita cuaca, melesat lagi. Padahal sudah berkali-kali kutitipkan pesanku melalui Ibu untuk meneliti perkiraan cuaca yang tepat. Aku tidak membenci hujan, hanya saja jika keadaan hati sangat resah, aku akan menyalahkan hujan yang datang di saat tak tepat. Apalagi jika aku melupakan payung kesayangan di rumah seperti hari ini, aku akan semakin memusuhi hujan yang turun tiba-tiba.

Akan tetapi, kala menuruni bus yang kutumpangi, keadaan hati yang sangat kesal tadi berubah menjadi getaran mengkhawatirkan. Jongin dengan baju kasual cokelat bak warna kulit beruang berpadu celana kulot bercorak itu memegang payung hijau di tangannya. Dia menunggui di pemberhentian bus tempat tinggal kami.

Padahal ini bukan sekali dua kali Jongin menjemput ketika hujan. Biasanya Ibu yang menyuruh tiap kali aku melupakan payung kesayanganku di rumah. Barangkali karena semua sudah berbeda sejak beberapa hari yang lalu, sehingga Jongin yang biasanya terlihat lain di mataku.

Sepertinya aku benar-benar harus mengutuk diri sendiri dengan sebutan lelaki jalang. Seharusnya hati ini tak boleh bergetar untuk orang lain di saat kekasih tercinta terlihat khawatir sejak tadi pagi.

"Kenapa lama sekali?!" Kim Jongin mulai mengomel.

Jika hari biasanya, maka aku akan membalas dengan omelan dan alasan-alasan klise yang sembarangan saja muncul di otakku.

"Maaf." Barangkali karena keadaan kami sudah berbeda, hanya sepatah ucapan itu yang kuberikan sebagai jawaban.

Lantas kami berjalan bersama, berbagi payung hijau di malam yang hujan.

Biasanya, untuk membunuh rasa kesal karena hujan di sepanjang jalan, aku akan rewel menceritakan beberapa pekerjaan kantor yang membuatku menjadi sangat lelah. Kadang kala Jongin tertawa, menertawakan bagaimana aku yang mengomeli pekerjaanku sendiri.

Malam ini berbeda. Aku tak bicara sepatah kata pun, malah sibuk berkompromi dengan detak jantung agar mereka berhenti jumpalitan.

Dulu juga pernah seperti ini, aku kadang tersipu-sipu kala Jongin memegang erat tanganku sepanjang perjalanan pulang dari sekolah. Sebenarnya dibarengi dengan ocehan dari bibirnya, tapi tetap saja, hangat tangan yang memenuhi rongga jari-jariku terasa sangat begitu manis.

First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang