09. Pembicaraan dengannya

65 30 5
                                    


Sebelum baca, klik bintang dulu yuk ^_^
👇👇

Happy reading❤❤❤
^
^
^
^
^
^
^

Setelah puas mengobrol, Dhisty dkk akhirnya memutuskan untuk pulang. Begitu pun dengan Gilang, Rifath, Bagas, dan Arvan.

"Yuk pulang bareng" Gilang menarik tangan Nishwa menuju mobilnya di parkiran.

"Ihh gue pulang bareng Maurel." Nishwa menepis tangannya.

"Masih belum nyerah Lang?" tanya Bagas yang memainkan alisnya.
Rifath, Maurel dan Dhisty tertawa kencang.

"Buruan Rel, gue nggak betah lama-lama di sini." Nishwa menarik tangan Maurel menuju tempat mobilnya Maurel diparkir.

"Eeh... gue duluan ya Dhis, semuanya." Maurel pamit saat Nishwa menarik tangannya dan berlalu cepat dari sana.

"Yoi, hati-hati." Dhisty melambaikan tangannya.

"Gue duluan juga ya, bye." pamitnya pada ke empat cowok tersebut.

"Sip, hati-hati juga Dhis," ujar Gilang yang mendapat anggukan oleh Dhisty.

"Bye Dhisty. Jangan lupa istirahat ya abis ini." sambung Rifath yang dibalas senyuman tipis oleh gadis itu.
Dhisty melangkah menuju parkiran.

"Aduuhh... senyumanmu,"

"Berisik" cerca Bagas.
Rifath mengerucutkan bibirnya.

"Sumpah jibang gue." Bagas menoyor kepala Rifath pelan

"Hahaha.... udah yuk cabut."

Gilang, Bagas, dan juga Rifath berjalan ke arah parkiran mobil, sedangkan Arvan ke arah parkiran motor.
Sebenarnya Gilang sudah mengajak Arvan untuk pergi sama-sama menggunakan mobilnya, tetapi cowok itu menolak.
Ia lebih memilih membawa motor ninja merahnya.

Saat Arvan hendak mengeluarkan motornya dari parkiran, ia tak sengaja melihat Dhisty yang masih berdiri di samping motornya dengan raut wajah yang sedikit cemas dan gelisah.
"Itu kan cewek barusan" batin Arvan.

Perlahan ia berjalan ke arah Dhisty yang tak jauh darinya. Tampak olehnya raut kegelisahan pada gadis itu.

"Motor lo kenapa?" tanyanya datar.

Dhisty yang menyadari kehadiran Arvan sedikit terkejut dan dengan cepat ia mengubah ekspresinya menjadi normal kembali. Ia tidak menggubris pertanyaan cowok yang berada di sampingnya saat ini.
Matanya terus tertuju pada ban belakang motornya.
Arvan melihat mata Dhisty yang dari tadi mengarah pada ban belakang. Tanpa menunggu jawaban dari Dhisty, Arvan langsung berjongkok, meraba ban belakang motor milik Dhisty.
"Ini mah bocor" batinnya.

"Ban lo bocor." ucap Arvan setelah berdiri dari jongkoknya.

Dhisty mengangguk pelan. Tanpa menunggu aba-aba, Arvan mengeluarkan motor gadis itu dari parkiran dan mendorongnya ke luar area kafe.

"Woii, mau lo bawa ke mana motor gue?"

"Bengkel motor."

"Ih nggak perlu, ngerepotin."

"Lo jagain aja motor gue, nih titip sekalian." Arvan melempar kunci motornya ke arah Dhisty.

"Yang mana?"

"Ninja merah paling pojok."
Arvan melanjutkan aksinya mendorong motor Dhisty.

Dhisty terkesiap. Matanya mengerjap beberapa kali, tidak percaya dengan apa yang di lakukan cowok itu. Bibirnya tak mampu untuk mengeluarkan kata-kata lagi.

Senja Terakhir (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang