16. Menolong

51 10 11
                                    


Sebelum baca klik bintang dulu yuk^_^
🌟🌟

Happy Reading🌻
^
^
^
^
^
^
^

Semua orang yang ada di kantin kini melihat ke arah sumber suara, termasuk Dhisty yang sedang mengantri untuk membeli pesanannya dan kedua sahabatnya. Sorot matanya berubah menjadi tajam tatkala mengetahui siapa yang membentak seorang cewek di tempat keramaian seperti ini.

"Gue nggak mau tau pokoknya lo harus ganti rok gue!"  Cewek berkacamata itu hanya menunduk.

"Lo denger nggak apa kata temen gue?!"

"Tap-tapi kak,"

"NGGAK USAH BANYAK ALESAN!" cercanya.

"Nama lo siapa dan kelas berapa?"  tanya seseorang  pada cewek berkacamata yang tiba-tiba datang menghampiri mereka. Cewek itu tampak ragu untuk menjawab.

"S-sari kak, kelas 10 Ipa," jawabnya.

"Lo nggak perlu ganti rok dia, lo nggak sengaja dan udah minta maaf." Dhisty tersenyum tipis ke arah Sari yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Heh, lo apa-apaan! Nggak usah ikut campur!!" Ivy mendorong bahu Dhisty dengan telunjuknya.

"Cukup gue yang terakhir kali lo labrak waktu itu, jangan cari mangsa baru untuk lo bentak di depan umum kayak gini!"  sindir Dhisty dengan penuh penekanan di setiap kata-kata nya. Ia sudah tidak tahan ingin mengeluarkan kata-kata itu.

Ivy dan kedua temannya menatap Dhisty tidak percaya, begitu pun dengan Maurel dan Nishwa yang tercengan dengan perkataan sahabat mereka itu. Pasalnya Dhisty belum pernah berbicara seperti itu pada Ivy.

"Gue anter ke kelas." Dhisty langsung menarik tangan Sari keluar dari kantin, menghiraukan Ivy yang melayangkan tatapan tajam ke arahnya. Ivy tidak terima diabaikan begitu saja, dengan cepat ia menyusul Dhisty tetapi langkahnya terhenti ketika melihat Arvan cs memasuki kantin.

"Hai Arvan, kita ketemu lagi,"  sapa Ivy dengan nada sok imut. Arvan yang sedikit terkejut dengan kehadiran kakak kelasnya satu ini hanya menatap sekilas lalu melanjutkan kembali langkahnya mencari tempat kosong.

'Kamvret nih cowok," gumam Ivy dalam hati.

"Del, Raf, cabut!" Adel dan Rafni yang merupakan temannya Ivy hanya mengangguk menurut.

"Bro, kita duduk bareng mereka aja,"  ajak Gilang yang dibalas deheman dari Arvan dan Bagas.

"Bilang aja lo mau deketin Nishwa, Lang," sela Rifath memutar bola matanya malas.

"Hehehe tau aja lo bambang."

Mereka akhirnya berjalan ke tempat Maurel dan Nishwa.

"Hai cantik," goda Rifath sambil memukul meja.

"Anjir kaget gue!" ucap Nishwa mengelus dadanya. Rifath hanya nyengir nyengir tak berdosa.

"Boleh kami gabung?" tanya Gilang yang hendak duduk di samping Nishwa.

"Duduk aja," titah Maurel.

"Eh tadi gue liat Dhisty keluar kantin sama cewek kayaknya kelas 10 deh. Tuh bocah kenapa?"

"Ceritanya panjang,"  jawab Maurel.

"Intinya Dhisty nolongin tuh cewek," sambung Nishwa.

Arvan dan Bagas tidak ikut nimbrung dalam percakapan, mereka lebih memilih diam dan mendengarkan saja. Di antara mereka berempat, Arvan dan Bagas lah yang sifatnya dingin, datar, bodo amatan. Sedangkan Gilang dan Rifath sebaliknya.

Senja Terakhir (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang