05. Rindu

114 46 21
                                    

Happy reading❤❤❤
^
^
^
^
^
^
^

Seluruh siswa telah keluar dari dari kelas karena bel pulang sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Dhisty, Maurel dan Nishwa masih berada di dalam kelas bersiap untuk pulang.

"Nunggu di halte?"

"Iya dong."

Mereka bertiga berjalan menuju halte di depan sekolah, halte SMA Mentari.

Dhisty merogoh tas nya mencari benda pipih miliknya. Ia tampak hendak menghubungi seseorang.

"Kak jemput, gue udah pulang," ucapnya pada seseorang di seberang sana.

"Oke." Terdengar balasan singkat dari Dhira.
Dhisty memutuskan sambungan telponnya.

Tin Tin...

"Gue duluan ya guys, Pak Jhon udah dateng." Terlihat sopir pribadi Maurel sudah berada di depan halte tempat mereka menunggu jemputan.

"Okey, hati-hati."  Dhisty  melambaikan tangannya pada Maurel yang diikuti oleh Nishwa.
Tiba-tiba ponsel Nishwa berbunyi, ia segera mengangkatnya karena tertera nama 'Mama' di sana.

"Wa,maaf ya mama nggak bisa jemput kamu soalnya ada masalah kecil di toko. Kamu bisa pulang bareng Maurel atau Dhisty dulu nggak atau Mama pesenin ojol?"

"Iya Ma, nggak apa-apa. Wawa pulang barengDhisty aja, kebetulan dia masih nunggu di halte bareng aku."

"Oke, kalau gitu nanti Mama jemput kamu di rumah Dhisty agak sore ya."

"Siap, Ma."

"Ada apa, Wa?" tanya Dhisty dengan raut wajah bingung.

"Mama gue nggak bisa jemput sekarang karena ada masalah kecil di toko. Gue pulang bareng lo boleh kan, Dhis? Nanti Mama jemput gue di rumah lo."

"Boleh banget dong! Bentar lagi kak Dhira dateng kok."

"Sip deh."

                
                        ~🌻~

Jam kini sudah menunjukkan pukul 17.30 sore. Nishwa sudah dijemput oleh Mamanya beberapa menit yang lalu. Dhisty yang sedari tadi sudah selesai mandi dan bersih-bersih segera menuju pintu utama untuk keluar rumah, menuju kursi panjang berwarna putih yang terletak di teras rumahnya. Ia duduk mendongakkan kepalanya ke atas menatap langit yang sudah berwarna jingga. Senja sore ini terlihat sangat indah. Membuat insan terpesona melihatnya.

Diary berwarna hitam putih yang bermotifkan kaktus di bagian cover sudah berada di genggamannya. Ia mulai membuka perlahan dan membaca tulisan yang ada di dalamnya dari awal sampai akhir. Tulisan yang membuatnya rindu akan sosok tersebut.
Tanpa sadar air mata jatuh di pipi mulusnya itu, membasahi secarik kertas yang ada di genggamannya sekarang.

"Lan, hiks...hiks... gue kangen," lirihnya sembari menunduk.

Dengan cepat ia menghapus air matanya kasar agar tidak ada yang melihat dirinya menangis. Setelah itu ia masuk ke dalam rumah karena sebentar lagi adzan Maghrib

                        ~🌻~

Malam ini Dhisty sedang menonton TV di ruang keluarga sambil memakan cemilan yang ada di atas meja dekat sofa minimalisnya.

"Huh...bosen banget.
Nggak ada film yang interesting apa?" Dhisty mengusap wajahnya gusar.

Tok tok tok...

Mendengar suara ketukan, Dhisty segera berlari menuju pintu utama. Terlihat lah di sana seorang pria dengan kemeja khasnya.

"Cepetan masuk, Yah. Bunda sama kak Dhira udah nungguin dari tadi tuh di meja makan." Tanpa menunggu jawaban dari Rizal, gadis itu langsung menarik lengan Ayahnya untuk masuk ke dalam rumah.

"Eitts, tunggu dulu dong. Ayah mau mandi dulu abis itu baru makan bareng."

"Oke, jangan lama-lama Yah. Entar Bunda ngambek lagi." Dhisty terkekeh begitu pun Rizal yang juga ikut terkekeh mendengarnya.

                        ~🌻~

Setelah selesai makan malam bersama, Dhisty membersihkan peralatan makan dan begitupun Dhira yang membersihkan meja makan serta merapikan kursi seperti semula.
Setelah itu ia menaiki anak tangga menuju kamar nya yang berada di atas. Cewek itu kembali mengambil diary nya yang tergeletak di atas meja belajar.
Ia berjalan menuju balkon kamar, menatap langit malam yang berbintang. Dhisty mulai membaca kembali tulisan yang ada di dalam diary nya itu.
Tulisan yang selalu mengingatkannya pada orang itu.

Dhis,lo jangan terlalu sering natap senja, jangan terlalu jatuh cinta dengan suasana senja hari, lo juga jangan terlalu suka sama langit jingga yang buat lo nggak tau bahwa langit malam juga indah, apa lagi ditemani sama  bulan dan hamparan bintang.

Ia teringat bagaimana orang itu menuliskan kata-kata tersebut di diary nya. Tiba tiba sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman kecil.

Perlahan ia menengadah, menatap langit malam yang dipenuhi dengan taburan bintang.

"Lo bener Lan, langit malam itu juga indah ternyata."





                         ~🌻~










Up lagi malam ini....
Terima kasih buat yg sudah baca cerita ini❤❤❤

Jangan lupa vote nya 😊😊
Klik bintang doank kok
👇👇

Senja Terakhir (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang