"Hyunjin, tolong ambilkan air minum untuk mereka. Bibi gak bisa pergi ke dapur." Ucap bibi Han pada Hyunjin.
Anak laki-laki itu pun langsung mengangguk pelan dan kemudian berjalan menuju ke dapur untuk mengambil air minum.
Hyunjin seneng banget bisa ngeliat Noona-nya dari jarak sedekat itu. Memang cantik, gak ada yang bisa meragukan itu. Dan dia ingin menyajikan minuman dengan rasa yang terbaik menurutnya.
"Noona sedang hamil, dia harus diberikan asupan yang sehat." Gumam Hyunjin sembari menuangkan susu kedalam gelas.
"Seandainya saja Noona mengizinkan, aku pengen banget bisa jagain Noona dirumahnya, sama kayak aku jagain bibi Han disini."
"Tapi Noona sepertinya gak suka sama aku."
"Hwang Hyunjin?"
Hyunjin terkejut mendengar namanya disebut oleh seorang perempuan. Dia memutar tubuhnya dan melihat Noona yang selama ini dia sukai berdiri tepat didepan matanya. Tentu saja Hyunjin jadi gugup, dia belum siap untuk bertatap muka secara langsung berdua seperti ini.
"N-noona? Ada apa? Butuh sesuatu?" Ucap Hyunjin terbata-bata.
"Aku butuh penjelasan dari kamu."
"Penjelasan? Ah— apa yang harus aku jelaskan? Noona, apa maksud mu?"
"Jangan berlagak bodoh, Hwang Hyunjin. Aku tau kamu yang waktu itu di supermarket kan? Orang yang menguntit aku?"
"Noona, sudah kubilang aku bukan penguntit. Aku juga bukan orang jahat. Ya memang itu aku, dan Noona sudah tau sendiri siapa aku sekarang. Aku yang mengurus bibi Han disini."
Kamu melangkah lebih dekat kepada Hyunjin, hingga membuat anak laki-laki itu terlihat semakin gugup dan ketakutan.
"Kalau bukan penguntit, lalu kenapa kamu bisa tau alamat rumah aku juga? Kamu juga kan, yang kasih Hyuna sama Hyunsik eskrim rasa strawberry?" Ujar kamu.
"N-noona jangan salah paham, a-aku." Hyunjin menghela nafasnya dalam-dalam, mencoba mengatasi semua kegugupan dalam dirinya. "Iya Noona, aku memang kesana hari itu, itupun aku hanya memastikan benar apa enggak alamat yang aku temukan di kamar kak Jinan. Dan ternyata benar. Setelahnya aku gak pernah kesana lagi, karena kesehatan bibi akhir-akhir ini terus memburuk."
"Sebagai gantinya kamu kirim bunga setiap hari kerumah ku, begitu?"
"Bunga?" Hyunjin gak ngerti dengan bunga apa yang dimaksudkan disini. Dia sama sekali gak pernah kirim bunga atau apapun kerumah Noona-nya.
"Aku mendapat kiriman bunga setiap hari hampir satu Minggu lebih. Dan itu pasti dari kamu kan? Apa tujuan kamu sebenarnya? Itu udah bisa dibilang tindakan terorisme, loh."
"Noona apa yang anda maksud? Aku sama sekali gak pernah kirim bunga kerumah Noona. Uang yang bibi kasih bahkan gak pernah cukup buat memenuhi kebutuhan aku, kenapa aku harus membuangnya untuk membeli bunga?"
Sekarang malah kamu yang jadi kebingungan, kalau bukan Hyunjin yang kirim bunga, artinya ada orang lain yang ingin meneror kamu? Hal ini benar-benar gak bisa kamu pahami sama sekali.
Saat kamu terdiam, Hyunjin memperhatikan kamu lekat-lekat. Ada tatapan kekhawatiran dari Hyunjin untuk kamu.
"Noona, anda harus lebih berhati-hati. Ada seseorang yang mungkin saat ini sedang memperhatikan mu." Tukas Hyunjin.
"T-tapi siapa orang itu? Selama ini aku hanya berfokus sama kamu, aku bahkan gak bisa ngeliat siapa orang-orang yang berpotensi bisa mencelakakan aku dan keluargaku."
"Noona, biarkan aku menjaga mu."
"Apa?"
"Anda sedang dalam bahaya, aku ingin menjaga Noona. Memastikan Noona tetap baik-baik saja. Tolong, sekali ini saja, percaya padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Min's Family
Fanfictionanother book from dating with suga. Kisah rumah tangga Suga yang gak terlalu menarik akan tetap berlanjut dengan sekelumit kisah nyelenehnya.