"Ini apa?"
Violet bertanya dengan kesadaran yang masih mengawang, karena ia baru bangun tidur, di saat Darren menyodorkannya dua lembar kertas dengan ukuran cukup lebar. Violet sepertinya mengenali benda apa itu, tapi otaknya belum cukup bangun untuk mengetahuinya.
"Tiket ke Hawai, untuk bulan madu kita." Darren menampilkan deretan giginya yang rapi.
"Hee? Bulan madu? Kenapa sekarang?" balas Violet bingung sembari mengucek matanya.
"Hmm, kita sudah menundanya terlalu lama. Lagi pula belakangan aku merasa terlalu banyak bekerja. Jadi ... kuputuskan untuk menghabiskan lebih banyak waktu denganmu," jelas Darren.
Waktu berjalan dengan begitu cepat belakangan. Mungkin sudah lebih dari sebulan sejak kejadian Marvin dan Violet berciuman.
Darren mampu mengatasi skandal itu dengan baik dan mengatakan bahwa semuanya hanya kesalahpahaman--entah bagaimana lelaki itu membereskannya sampai orang-orang bisa percaya dengan omong kosong yang Darren sampaikan, tapi harus Violet akui, Darren sangat hebat dalam menyelesaikan masalah.
Tuan dan Nyonya Barson juga sempat mengamuk, tetapi karena Violet sudah berusaha menceritakan semuanya ke Darren, maka lelaki itu mampu melindungi Violet.
Darren bahkan berjanji untuk menjauhkan Violet dari orang tuanya yang gila--setelah ia mengetahui tentang cerita hidup Violet yang menyedihkan. Mendengar lelaki yang ia cintai berkata seperti itu, Violet merasa hatinya menghangat. Terlebih, selama sebulan ini Marvin menghilang dan benar-benar pergi tanpa jejak.
Kepergian lelaki itu membuat Violet perlahan melupakan kehadirannya--karena Marvin tidak bisa Violet hubungi sama sekali, Angela bahkan tidak mendapat kabar dari kakaknya, Marvin seolah hilang ditelan bumi.
Selain itu, Darren juga tidak pernah lagi berhubungan dengan Gladys. Entah apa yang terjadi pada hubungan mereka, tapi Violet bersyukur karena ia tidak perlu menangis lagi karena wanita itu sekarang.
Segalanya kembali ke posisi awal. Di mana Violet hanya memiliki Darren, lelaki yang sekarang mulai memperlakukan Violet bak istrinya--seseorang yang ia cintai. Kehidupan pernikahan mereka berbahagia dan niat Violet untuk berpaling pada lelaki lain mulai memudar.
"Kapan kita berangkat?" balas Violet kemudian, ketika kesadarannya perlahan kembali sepenuhnya.
"Besok." Darren menyengir tanpa rasa bersalah. "Besok kita berangkat."
**
Violet berjalan dengan tergesa. Karena kabar yang baru Darren sampaikan--mengenai bulan madu mereka--maka Violet mau tak mau harus memajukan pertemuan dengan temannya untuk mengerjakan tugas kelompok.
Angela seharusnya bersama dengan Violet sekarang--satu kelompok berisi tiga orang--, tapi hari ini perempuan itu berkata bahwa ia tidak bisa masuk kuliah karena sakit perut. Jadilah Violet harus mengerjakan tugas dengan salah satu teman sekelas mereka yang terkenal kutu buku bernama Jennifer.
Pertemuan mereka diadakan di perpustakaan. Ya, ciri khas anak kutu buku. Sebenarnya perpus bukanlah tempat yang buruk, karena itu, Violet tidak keberatan untuk bekerja di sana. Selain karena sepi, suasana yang tenang di sana membuat Violet menjadi fokus.
Langit sudah menggelap ketika Violet sampai di koridor belakang kampus yang jalannya lebih dekat menuju perpustakaan. Ia sebenarnya hanya punya kelas pagi hari ini, tapi karena Jennifer punya kelas lain yang harus ia hadiri, maka pertemuan mereka diundur sampai sore.
Suasana kampus sudah sepi karena rata-rata mahasiswa sudah pulang. Hujan deras sedang mengguyur kota New York. Musim dingin telah tiba, jadi udara benar-benar terasa menusuk kulit. Darren sudah memperingati Violet untuk memakai pakaian tebal, karena lelaki itu takut Violet terkena flu. Terkadang, Darren bisa jadi sangat cerewet, tapi karena itulah, hati Violet sering menghangat. Karena tingkah manisnya.
Perempuan berbola mata abu itu merogoh kantongnya dan mengetik pesan ke Jennifer, hendak mengabari kalau dia sudah sampai di kampus dan akan segera ke perpus, sampai seseorang tiba-tiba saja menarik tangan Violet yang membuat ponsel perempuan itu terjatuh--sesaat setelah ia menekan tombol 'kirim'.
"J-joseph?!" Mata Violet membelalak ketika menemukan lelaki yang selalu mengikutinya ke kampus. Orang yang Violet tolak cintanya, Joseph, sedang mencengkeram tangan Violet dengan keras.
Belakangan, dia memang tidak pernah menampakkan diri lagi--yang kemudian membuat Violet berpikir bahwa dia mungkin saja sudah menyerah. Akan tetapi, sekarang ... kenapa dia bisa berada di sini?
"M-mau apa kau?" sambung Violet dengan suara bergetar. Tiba-tiba saja ia takut, terlebih karena cengkeraman Joseph di tangan Violet sangat kencang. Seolah lelaki itu tidak akan mau melepaskan ia pergi.
"Ikut aku." Joseph berusaha menarik tangan Violet. Namun, Violet memberontak. Perempuan itu berusaha melepaskan cengkeraman Joseph, tapi ia tidak berhasil karena tenaga mereka tidak sepadan.
"Tidak mau! Apa yang mau kau lakukan?!" Violet menyentak dan memekik, tapi karena guyuran hujan yang keras dan suasana yang sepi, jadi tidak ada yang mendengarnya. Sial!
"Aku harus berbicara denganmu, ikut aku, Violet." Joseph bersikeras. Ia menarik tangan Violet tanpa perasaan, membuat Violet merasa perih. Violet menggelengkan kepala dan melirik ke arah ponselnya yang tergeletak di koridor. Perempuan itu berjalan dengan langkah yang terseret.
Sepanjang perjalanan yang entah ke mana, mereka sama sekali tidak bertemu dengan orang lain. Violet sudah berusaha memberontak, mengigit, atau bahkan memukul Joseph, tapi lelaki itu seolah tak terpengaruh.
Violet menangis. Ia tidak paham kenapa hal-hal buruk terus terjadi padanya. Ia tidak paham kenapa ia harus mengalami semua ini. Entah kenapa, firasatnya buruk tentang Joseph. Mengingat selama ini Violet selalu menghindari pria ini.
Joseph membawa Violet ke toilet yang sudah tak lagi dipakai di ujung kampus. Gelap, sepi, seram. Itu kesan yang Violet dapati ketika mereka sampai di sini. Perempuan itu merasa firasatnya perlahan menjadi nyata. Joseph berniat jahat padanya, itulah kenapa lelaki itu menyeret Violet ke sini. Dan memikirkan ada hal buruk yang akan terjadi padanya di saat ia akan berbulan madu besok, membuat Violet serasa ingin menangis kencang-kencang.
"Aduh!" Violet meringis ketika tubuhnya dihempas ke dinding, membuat punggungnya menabrak tembok kotor itu dengan cukup keras.
"Sakit?" Joseph menatap Violet dengan tatapan sinis kala mendapati perempuan itu mengaduh. "Itu sakit? Lantas menurutmu, bagaimana perasaanku setelah kau menghindari dan mengabaikanku selama ini?"
"Joseph kau salah paham ...." Violet berkata dengan nada lirih. Tatapan mata Joseph mengerikan, terlebih suasana menjadi terasa lebih mencekam karena hujan di luar. "Aku sudah menolakmu, tapi kau tidak mau mendengarku. Kubilang aku sudah menikah, tapi kau tidak peduli. Aku sudah berusaha menghindar, tapi kau tidak menyerah. Jadi ... menurutmu aku bisa apa lagi?"
"Jadi menurutmu ini salahku?" Joseph menatap marah ke arah Violet dan perlahan melangkah mendekat. "Kalau kau memang tidak menyukaiku, lantas kenapa kau tersenyum padaku?"
"Apa?" Violet beringsut mundur. Dia benar-benar ketakutan sampai tubuhnya bergetar. Ia juga tidak bisa berpikir dengan jernih. Satu-satunya hal yang ada di otak Violet adalah; lari dari tempat ini.
"Katakan!" Joseph mengikis jarak di antara mereka dengan cepat sampai Violet tidak bisa lagi mundur ke belakang karena tubuhnya sudah berada di bagian paling ujung dari toilet. Sifat Joseph sangat berubah. Padahal, dia adalah satu dari sekian lelaki baik yang sopan dan terlihat menawan di mata Violet, jadi ... apa semua itu sebenarnya hanya topeng?
Karena sekarang lelaki itu tidak lebih baik dari seorang monster di mata Violet.
"Aku ... aku tidak tahu kapan aku tersenyum padamu. Aku ... aku tidak mencintaimu. Aku sudah punya suami jadi kumohon ... lepaskan aku. Kumohon ...," ucap Violet dengan nada bergetar. Sebentar lagi, dia mungkin akan menangis.
"Lepas? Lepas katamu?" Joseph menyeringai dan kembali mendorong tubuh Violet, hingga tubuh perempuan itu menabrak dinding. Lelaki tersebut perlahan membuka kancing kemejanya dan tersenyum. "Tidak. Kau tidak akan pernah kulepas, Sayang. Karena mulai dari hari ini sampai seterusnya, aku akan membuatmu menjadi milikku. Hanya milikku."
**
lg beneran g mood nls tp kucoba dan dapet satu chap, maap kl ga memuaskan. btw idup violet ko ngenes amat ya :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr. BASTARD! [TAMAT]
RomanceFOLLOW PENULIS DULU DEMI KENYAMANAN BERSAMA! Blurb di dalam. mulai : 25 Desember 2019 selesai : 3 Mei 2020