230 vote and 20 comment for next.
**
Plak!!!!
Thomas menampar pipi anaknya dengan sekuat tenaga hingga Marvin terhuyung ke belakang dan nyaris terjatuh, kalau saja ia tidak berpegangan pada sofa.
"KAU PIKIR APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN, HAH?! MENCIUM ISTRI ORANG LAIN DI PESTA BESAR DI MANA ADA BANYAK KOLEGA KITA DI SANA? KAU MAU MEMPERMALUKAN KELUARGA INI?! OTAKMU ITU DI MANA?! DASAR ANAK BODOH!!!!"
Suara itu terdengar keras dan melengking. Marvin tahu, Thomas sudah pasti akan marah besar padanya karena ia tertangkap basah tengah mencium istri orang lain di pesta besar. Ia pun sudah menyiapkan diri untuk itu.
"Aku minta maaf." Marvin berkata dengan nada datar sembari menunduk. Sudut bibirnya terasa perih, sepertinya robek--lagi. Padahal luka lebam di wajahnya masih terasa sakit karena pukulan Darren kemarin, tapi hari ini dia sudah ditampar lagi di tempat yang terluka. "Tapi, aku tak menyesal untuk itu, Pa."
Bahu Thomas semakin naik turun ketika mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut Marvin. Dengan emosi yang menguasai, lelaki paruh baya itu maju dan menarik kerah Marvin yang sudah rapi. Kemarin Thomas memang tidak bisa hadir ke pesta Malferent karena ada hal penting yang harus ia selesaikan, sampai ia mendengar kabar bahwa Marvin dihajar habis-habisan oleh Darren berkat kebodohannya.
Karena itu, pagi ini Thomas memanggil Marvin ke ruangannya untuk ditegur. Namun, perkataan lelaki itu membuat ia naik darah.
"TIDAK MENYESAL KATAMU?!" Thomas berteriak tepat di depan wajah Marvin. "MAU SAMPAI KAPAN KAU BEGINI? BERMAIN-MAIN DENGAN WANITA DAN TIDAK FOKUS PADA KERJAANMU, HAH? KAU PIKIR KAU PANTAS MEWARISI FREW GROUP? TIDAK! KAU TIDAK PANTAS! KAU BAHKAN TIDAK BISA MENANDINGI DARREN! MENYEDIHKAN! SEHARUSNYA KAU TIDAK LAHIR SEBAGAI KETURUNANKU KALAU KAU TIDAK BISA APA-APA! DASAR ANAK TAK BERGUNA!"
"BERHENTI MEMBANDINGKANKU!" seru Marvin tak kalah kencang dengan mata yang memerah, ia menepis tangan Thomas di kerah bajunya hingga cengkeraman tersebut terlepas. Rahang lelaki itu mengeras. Ini bukan kali pertama dia dianggap bodoh. Ini bukan kali pertama papanya meremehkan Marvin. Selama ini, ia berusaha menahan diri. Darren adalah sahabatnya. Orang yang sudah menjadi teman Marvin untuk jangka waktu lama dan hubungan mereka baik, tapi, perlahan ada sesuatu yang mengusik Marvin setiap kali Thomas membandingkan ia dan Darren.
Marvin tahu, Darren tidak salah di sini. Lelaki itu hanya terlalu sempurna. Sejak sekolah, dia sudah bisa segalanya. Dia meraih setiap hal yang Marvin inginkan. Namun, Marvin tidak pernah merasa iri. Dia merasa Darren pantas mendapatkan itu dari hasil usahanya. Akan tetapi, karena perbedaan yang signifikan antara prestasi ia dan Darren itulah, Thomas mulai membandingkan Marvin dengan sahabatnya sendiri.
Thomas menyesal karena tidak bisa memiliki seorang anak seperti Darren. Yang kharismatik, cerdas, dan bisa bekerja keras. Ia menyesal karena anaknya adalah Marvin; yang bodoh, tak bisa apa-apa dan hanya pandai bermain perempuan.
Karena perbandingan yang terus menerus itu, perlahan Marvin merasa dirinya memiliki sedikit perasaan yang berbeda pada Darren. Ya, ada rasa iri yang mulai muncul sejak saat itu. Marvin merasa ia mulai menginginkan hal yang tidak seharusnya ia inginkan--bila itu milik Darren, meski ia sudah berusaha menekan perasaan ini, tapi tetap saja ia tidak bisa melawan dirinya sendiri. Salah satu dari hal ini adalah ... Violet.
Sebenarnya, Violet memang membuat Marvin terpesona di kala awal. Perempuan itu cantik sekali, bahkan auranya membuat Marvin terpikat. Akan tetapi, Marvin tak senekat itu untuk mendekati istri sahabatnya sendiri. Namun, ketika Darren membahas Violet, entah bagaimana Marvin bisa melihat kilatan berbeda di mata lelaki itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr. BASTARD! [TAMAT]
Roman d'amourFOLLOW PENULIS DULU DEMI KENYAMANAN BERSAMA! Blurb di dalam. mulai : 25 Desember 2019 selesai : 3 Mei 2020