#33

78.2K 3.6K 198
                                    

HAI!!!! MAAF BANGET BARU UPDATE LAGI, SEBULANAN KEMARIN AKU GAKTAU MAU NULIS APA WKKWKWKW BAHKAN HARI INI AKU HARUS BACA LAGI PART SEBELUMNYA KARENA AKU LUPA CERITAKU WKKWKWKWKWKWKKWK #JANGAN DITIRU

DOAIN SETELAH INI AKU BAKAL MENDAPAT IDE YANG LANCAR! DAN BTW CERITA INI UDAH BERADA DI PERTENGAHAN YANG MUNGKIN ENDINGNYA GAK BAKAL JAUH (TAPI GAK DEKET JUGA)

OKE ITU AJA SIH. SEMOGA FEEL PART INI DAPET, LEBIH COCOK DIBACA + LAGU SEDIH.

happy reading, ini panjang.





250 vote dan 20 komen for next


*


Violet hari ini pulang dari rumah sakit, sesungguhnya, dia sudah membaik sejak beberapa waktu yang lalu, tapi Darren tidak mengizinkannya untuk langsung pulang sampai ia benar-benar pulih. Keluarga Barson sama sekali tidak menanyakan kabarnya. Setelah mereka marah-marah karena Violet membuat keributan perihal ciuman dengan Marvin—yang untungnya Violet diselamatkan oleh Darren, kedua manusia itu tidak pernah menghubunginya.

Perempuan itu melirik jam dan menarik napas, Darren tak akan menjemputnya. Belakangan, lelaki itu sibuk di kantor. Dia bilang, ada proyek yang harus ia garap karena itu ia harus lembur. Violet agak kesepian. Hubungannya dan Darren tentu baik-baik saja. Belakangan mereka sangat harmonis, terlebih karena Darren bilang ia akan segera mengakhiri hubungan dengan Gladys—hanya saja, sampai sekarang belum ada kelanjutan lagi soal itu.

Suara ketukan pintu lembut membuat Violet menoleh. Ia kira, dokter yang datang untuk melakukan pemeriksaan terakhir sebelum ia kembali ke rumah, tetapi, perkiraan Violet nyatanya salah besar. Karena yang hadir di sana adalah sesosok manusia yang rasanya sudah lama sekali tak Violet lihat.

Penyelamatnya? Benar, lelaki itu di sana. Tampan dan menawan, meski dia tampak jauh lebih kurus dari yang terakhir Violet lihat. Perlahan, dia tersenyum ke arah Violet. Lengkungan manis yang membuat perempuan itu terhipnotis di tempat.

"Hai, apa kabar?" Marvin berkata pelan, tetapi masih terdengar di telinga Violet. Mendengar suara pria itu setelah sekian lama membuat jantung Violet berdesir. Astaga, dosakah bila ia masih menyimpan sedikit perasaan untuk lelaki ini, bahkan setelah Darren berubah menjadi suami yang baik?

"M-marvin?" Violet mengerjap kala Marvin sudah berdiri di depannya dengan begitu cepat. Perlahan, lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari belakang punggungnya. Sebuah bunga.

"Kau sudah sembuh, aku senang mendengarnya, karena itu aku membawa hadiah kecil." Lelaki itu masih tersenyum dan meletakkan sebuket mawar yang ia bawa ke dalam pelukan Violet yang posisinya memang sedang terduduk di atas ranjang. Lalu, setelahnya, dengan santai Marvin menarik kursi dan duduk di dekat Violet. "Jadi ... bagaimana kabarmu?"

Seolah masih terpana dengan kehadiran lelaki yang rasanya sudah lama sekalir menghilang dari hidupnya, Violet merasa lidahnya kelu. Ia menatap Marvin lurus, seakan ia tengah berhalusinasi.

"Hei, kau tak apa?" Marvin mengulurkan tangan, menyentuh pipi Violet dengan tangannya yang hangat. "Apa kau masih merasa sakit?"

Obsidian perempuan itu mengerjap dengan intensitas yang lebih cepat dari biasanya. Perlahan, dia menggeleng. "Aku ... tidak apa. Kau ... apa kabar?"

Marvin melepaskan pegangannya dari pipi Violet. "Aku? Baik-baik saja. Setelah menolongmu aku mengalami urusan yang panjang di kantor polisi, tapi Darren banyak membantuku. Padahal kukira dia akan mengamuk, tapi dia malah berterima kasih."

"Dia berterima kasih?" Violet terpana, perempuan itu meletakkan bunga yang Marvin kasih ke atas nakas sebelum ia kembali fokus pada percakapan.

Memang ia tahu bahwa Darren tidak marah soal kejadian hari itu, tapi dia juga tidak pernah menyangka kalau Darren akan berterima kasih pada Marvin.

Marrying Mr. BASTARD! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang