#24

83.7K 4.2K 231
                                    

bagian ini mengandung adegan dewasa yang mungkin tidak pantas untuk dibaca oleh mereka yang di bawah umur. Sebelum melanjutkan, yang merasa usianya belum cukup, silakan MENYINGKIR!



200 VOTE AND 20 COMMENT FOR NEXT! 

part ini panjang


**


Ketika sudah sampai di lantai dansa, Violet menyadari bahwa perkataan Marvin adalah benar. Tidak ada orang yang menatapnya aneh karena berduaan dengan lelaki lain di sini. Semua orang larut dalam alunan musik lembut dan gerakan mereka. Sebenarnya, Violet menangkap sahabatnya Angela juga sedang berdansa dengan Seth, tapi mereka terlalu asik dengan dunia sendiri, jadi Violet tak ingin menganggu.

"Ready?"

Ucapan Marvin itu membuat fokus Violet kembali. Lelaki itu menyentuh pinggul Violet dan memangkas jarak di antara mereka, lalu Marvin mengarahkan tangan Violet untuk diletakkan di dekat bahunya. Tak sampai di sana, Marvin juga menyentuh tangan Violet yang satunya dan menautkan jari-jari mereka di udara.

Dengan jarak setipis ini, Violet benar-benar merasa dekat dengan Marvin. Netra abu lelaki itu menatapnya lembut, hangat, dan ... itu membuat Violet merasa tenang. Perlahan, tapi pasti, Marvin menuntun Violet untuk bergerak. Dengan kaku, Violet berusaha menyeimbangi langkah Marvin.

Beberapa kali, perempuan itu tak sengaja menginjak kaki Marvin karena gerakannya yang sangat tidak fleksibel. Namun, Marvin tak marah. Senyum lembut masih menghias wajahnya. Perlahan, dia membuat Violet berputar. Rasanya Violet sedang masuk ke dalam negeri dongeng dengan gerakan ini.

"Aku bisa membuktikan kalau aku serius." Marvin bergumam pelan. Sangat-sangat pelan hingga rasanya ia nyaris berbisik. Namun, karena jarak ia dan Violet yang sangat dekat, perempuan itu jadi masih bisa mendengar suaranya. "Tapi aku perlu izinmu. Aku tidak mau membuatmu marah."

"Izin untuk?" Violet berkata sambil bergerak perlahan. Violet benar-benar melupakan kekhawatirannya tentang bagaimana pendapat orang lain bila melihatnya berduaan dengan Marvin. Perempuan itu juga tidak peduli soal Darren--karena toh suaminya itu juga tak peduli dengannya. Bersama Marvin, Violet merasa dirinya berada di tempat lain.

Tempat di mana ia bisa menjadi dirinya sendiri. Tempat yang membuatnya merasa nyaman dan tenang. Ia merasa dijaga dan dilindungi. Meski ia meragukan keseriusan Marvin, tapi ... setidaknya ia bisa berbahagia untuk sejenak bila ia bersama lelaki ini.

Marvin tersenyum. Matanya itu begitu indah, terlebih ketika tersorot lampu. Violet yakin, ada begitu banyak wanita yang iri padanya karena berhasil berdansa dengan pria ini. Lelaki yang pandai memperlakukan wanita, dia bisa membuat Violet meleleh dengan setiap kata yang ia keluarkan. Karena itu ... dia berbahaya, tapi ... Violet mulai tak bisa lepas darinya.

Lelaki bermata abu itu mengeratkan pelukannya pada pinggul Violet. Semakin menarik perempuan itu mendekat hingga tak ada lagi jarak yang mengikis mereka. Jantung Violet berdebar seribu kali lebih kencang ketika ia merasakan deruan napas Marvin yang terasa di tengkuknya.

"Bolehkah aku?" Marvin bertanya sambil memandangi bibir Violet dengan tatapan dalam.

Violet membeku. Otaknya tiba-tiba tidak bisa bekerja dengan baik. Mungkin karena jantungnya berdebar dengan begitu keras, jadi darahnya terlalu cepat mengalir. Entahlah, Violet bahkan tidak tahu apa yang ia pikirkan. Perempuan itu benar-benar merasa mati rasa.

Merasa tidak ada penolakan yang keluar dari mulut Violet meski dia terkejut, Marvin memberanikan diri untuk mendekatkan wajahnya. Perlahan dan perlahan.

Marrying Mr. BASTARD! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang