#27

87K 3.7K 123
                                    

190 vote and 10 comment for next


**

Violet terbangun karena ia tiba-tiba merasa haus, kala ia sadar, sekarang ia tengah tertidur di hotel tempat di mana pesta anniversary perusahaan Malferent dilaksanakan dan ... saat ini, ada seorang pria dengan tubuh yang cukup kekar tengah memeluknya dari belakang.

Perlahan, Violet berusaha untuk berbalik agar ia tidak membangunkan Darren. Sakit, ada bagian yang perih di sekitaran parahnya kala ia berusaha untuk bergerak. Hati Violet rasanya remuk kala membayangkan tadi ia diperlakukan seperti jalang oleh suaminya sendiri, tapi, harus ia akui ... permainan Darren memang hebat.

Violet merasa marah, tapi ia tahu menyimpan dendam pada suaminya sendiri tidak akan berujung baik. Terlebih, sekarang Darren sudah meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi, jadi Violet memutuskan untuk melupakan kejadian tadi, meski ia tahu, tidak akan mudah melakukan itu.

Sekarang, posisi Violet berhadapan dengan Darren. Mereka berdua sama-sama tak berbusana dan hanya ditutupi oleh selimut putih yang cukup tebal yang memang disediakan oleh hotel. Dengan wajah yang terlelap seperti itu, Darren tampak begitu tenang dan manis. Violet tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh wajah Darren dengan tangannya.

Pelan, Violet berusaha sebisa mungkin untuk tidak membangunkan Darren karena ia tahu, keadaan mungkin akan berubah menjadi canggung lagi bila mata biru itu terbuka sekarang.

Hangat, Violet merasa hatinya menghangat kala ia dipeluk oleh Darren seperti ini dan merasakan deruan napasnya. Tidak bisa ia pungkiri, sejahat apa pun Darren atau sebagaimanapun buruknya lelaki itu memperlakukan Violet, ia tetap tidak bisa membenci Darren.

Katakanlah dia bodoh, tapi sungguh, Violet tidak bisa mengatur perasaannya sendiri. Meski ia sudah menyimpan begitu banyak luka. Namun, perasaannya masih tidak berubah--hanya saja, sekarang cintanya sudah agak terbagi.

"I love you." Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Violet. Tanpa ia rencanakan. Entah kenapa, tiba-tiba matanya menjadi panas dan tak butuh waktu lama, Violet menangis. Ia tidak tahu alasan kenapa ia bisa menangis, ada begitu banyak hal yang menekan batinnya, sampai ia tidak tahu yang mana yang jadi penyebab utama. "Kuharap ... kita tidak akan berpisah ... setidaknya ... kuharap begitu," lirih Violet kemudian dengan suara yang sangat pelan.

**

Keesokan paginya, ketika Violet terbangun, Darren sudah berada di sampingnya sambil memandangi Violet dengan tatapan lekat. Merasa risih karena ditatap sedemikian rupa--di saat ia masih acak-acakan dan baru bangun tidur--Violet dengan segera berusaha untuk berdiri--dan rasa nyeri itu datang kembali meski tak separah semalam--, tapi, Darren menahan tubuhnya dengan cara memeluk Violet, jadi perempuan itu kembali ke posisi semula.

"Kenapa kau menahanku?" Violet bertanya dengan suara serak sambil memandangi Darren. Ia semalam tidak jadi minum meskipun ia haus. Ia tertidur setelah menangis tanpa suara kurang lebih lima menit.

Darren menggeleng. Dia semakin mendekap tubuh Violet dan meletakkan kepalanya di sela bahu dan leher Violet. "Aku hanya ... merasa bersalah."

"Soal yang kemarin?" Violet tidak membalas pelukan Darren, tapi didekap seperti ini memang terasa nyaman. Kali ini, ia tidak takut dengan Darren. Lelaki itu terasa hangat dan nyaman, sangat berbeda dengan peringainya ketika emosi kemarin.

Darren mengangguk, Violet bisa merasakan gerakannya. "Aku tidak tahu harus berapa kali aku meminta maaf, karena aku tahu kesalahanku tidak termaafkan. Aku membuat malam pertamamu menjadi mimpi buruk dan aku juga tahu kalau aku tidak bisa mengubah kembali apa yang telah terjadi."

Violet tersenyum miris. Memang benar, yang telah terjadi tidak akan bisa diubah dan kenangan malam pertamanya akan selalu Violet ingat sebagai sesuatu yang menyakitkan.

"Karenanya, aku ingin berubah. Mulai sekarang aku ingin menjadi suami yang baik. Seseorang yang layak untukmu dan aku tidak ingin lagi melakukan hal yang mungkin bisa membuatmu menangis. Aku akan menghapus semua perasaanmu untuk Marvin, karena jujur saja, aku sama sekali tidak ada niat untuk bercerai denganmu, Violetta."

Nada serius Darren membuat Violet sadar, bahwa Darren tidak main-main. Ucapan lelaki itu membuat hati Violet sebenarnya menghangat. Namun, dengan sekuat tenaga perempuan itu berusaha untuk menyembunyikan perasaannya.

Violet juga tahu dia tidak akan bisa bercerai dengan Darren karena keluarga Barson tak akan tinggal diam. Omong-omong Nyonya Adriana dan Tuan Randy tidak bisa datang ke pesta kemarin karena mereka sedang berada di luar negeri. Syukurlah, kalau sampai mereka mendapati Violet berani berciuman dengan orang lain di pesta tersebut, maka dia mungkin saja akan mendapat hukuman.

Perempuan bermata abu itu terlalu banyak melamun dan memikirkan hal lain--sampai ia tidak sadar bahwa Darren sudah tak lagi memeluknya--saat tiba-tiba sebuah kecupan mendarat dengan cepat ke bibirnya. Membuat Violet mengerjap.

"Kau memikirkan hal lain? Tidak mendengar perkataanku?" Darren bertanya. Lelaki itu tidak menggunakan nada penuh intimidasi ataupun bermaksud untuk menyinggung Violet. Dia lebih terlihat seperti orang yang kebingungan.

"Eh? Tidak. Aku hanya ... bingung dengan keadaan ini. Aku tak terbiasa," jawab Violet. "Maksudku ... sekarang ... aku merasa kita benar-benar seperti suami istri."

"Iya, mulai sekarang kita akan terlihat seperti suami istri pada umumnya dan ... kita juga akan lebih sering melakukan hubungan suami istri. Namun, kali ini aku berjanji tidak akan melakukannya dengan kasar seperti kemarin."

Pipi Violet memanas karena ia paham ke mana arah pembicaraan Darren. Terlalu intim untuk dibahas, Violet merasa malu.

"Aku juga tidak akan keberatan kalau kau hamil anakku. Aku berjanji akan menjadi papa yang baik."

Karena dengan mengandung anakku, itu akan sedikit menjamin bahwa kau hanya akan bersamaku dan tak akan beralih pada Marvin, batin Darren menambahi.

"Hamil? Aku belum memikirkannya," jawab Violet jujur. Melihat raut wajah Darren yang berubah dari bahagia menjadi datar membuat Violet sadar kalau ia mungkin saja mengecewakan lelaki itu dengan kata-katanya. "Maksudku, aku masih kuliah. Keadaan akan sulit bila aku hamil dan aku tidak ingin mengambil cuti."

"Aku mengerti ...." Darren menjawab dengan nada yang berubah. Dari antusias menjadi agak lesu. "Kurasa memang terlalu dini untuk punya anak, ya?"

Violet merasa tidak enak. Oke, dia memang terlalu lemah. Saat kemarin Darren menyakitinya saja, lelaki itu tidak langsung merasa bersalah. Namun, Violet baru salah bicara sedikit dan dia sudah merasa bersalah minta ampun.

"Tidak. Hm, baiklah. Jika kau memang mau punya ... maka aku tidak akan menolak." Violet meralat ucapannya secepat kilat. "Maksudku ... kita akan tetap melakukannya tanpa pengaman ..., tapi kalau kita tetap tidak mendapatkannya setelah semua itu ... maka kuharap kau jangan terlalu kecewa, ya?"

"Tentu saja aku tidak akan kecewa." Wajah Darren berubah menjadi cerah lagi. "Karena aku akan melakukan banyak usaha untuk mewujudkannya."

Violet baru saja mau bertanya apa maksud Darren, saat lelaki itu tiba-tiba saja berdiri dari posisinya dan menggendong Violet.

Violet menjerit terkejut--sekaligus karena ia tiba-tiba merasakan perih lagi di sekitaran pahanya, tapi tidak terlalu sakit seperti kemarin. Dia tidak siap dengan gerakan tiba-tiba itu, terlebih sekarang rasanya ia sedang melayang di udara.

"Jadi, Violetta Malferent, apa kau mau mandi berdua denganku dan membuat anak bersama-sama? Kali ini aku janji tidak akan menyakitimu lagi."

Well, memangnya Violet bisa menjawab apa lagi selain ...

iya?

Dia tidak punya pilihan lain.





**


btw jgn kira cerita ini endingnya Violet bakal fix sama Darren karena hub mereka ga ancur di sini.


percayalah, aku juga mikirin opsi ending Violet bakal sama orang lain, tapi semuanya masih dipertimbangkan :)

Marrying Mr. BASTARD! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang