Part 03

2.3K 166 0
                                    

Gadis yang bernama Sela itu cemberut saat kekasihnya itu memainkan ponselnya tanpa mau memedulikannya. Padahal hari ini adalah hari ulang tahunnya, namun kekasihnya itu bersikap seolah dia tak punya salah.

Sebenarnya Sela tidak akan mengharapkan apa-apa selain ucapan selamat ulang tahun dari bibir lelaki yang bernama Dika. Tepatnya Andika, kekasihnya yang sudah setahun menjalin hubungan dengannya.

Sepertinya benar dengan apa yang Sela pikirkan sekarang, kekasihnya itu memang benar-benar lupa dengan hari jadinya. Buktinya, lelaki itu bersikap seperti biasa dengan tangan yang terus-terusan memegang ponsel. Sela hanya merasa konyol saja bila tadi malam, ia sempat berharap mendapatkan kejutan dari kekasihnya atau setidaknya ucapan ulang tahun dan kado. Karena pada kenyataannya, kekasihnya itu bahkan melupakan semuanya.

Sela tahu, kekasihnya itu baru memiliki hubungan dengannya hampir setahun, namun bukan berarti dia tidak bisa mencari tahunya, bukan? Seharusnya bila kekasihnya itu memang benar-benar mencintainya, dia rela melakukan apa saja agar bisa membahagiakannya. Namun kenyataannya justru sebaliknya.

"Aku mau pulang." Sela berujar ketus yang seketika ditatap oleh kekasihnya.

"Loh kenapa kamu mau pulang?" Dika bertanya kaku, ada kegelisahan dari ekspresi wajahnya melihat Sela yang terlihat sedang tidak baik-baik saja.

"Lah kamu sendiri main hp terus." Sela memalingkan wajahnya ke arah lain sembari berharap matanya tidak menumpahkan air mata, sangking kecewanya hatinya yang terluka.

"Aku enggak main hp, Sayang." Dika mengangkat kedua tangannya seolah ingin mengatakan bila apa yang Sela tuduhkan padanya adalah kesalahan.

"Memangnya aku buta apa? Sudah jelas-jelas dari tadi kamu main hp terus. Dan sebenarnya kamu ajak aku kesini untuk apa sih? Enggak penting banget." Sela menjawab kesal, amarahnya kian memuncak meskipun wajahnya tetap cantik di mata Dika.

"Itu ... nunggu Bono ...." Dika menjawab kaku yang seketika ditatap tak percaya oleh Sela.

"Jadi, kamu ngajak aku kesini cuma mau menunggu Bono? Iya?" Sela melototkan matanya yang kian membuat Andika takut untuk menjawabnya.

"Bukan begitu, Cintaku."

"Terus apa?" sungut Sela kesal dan di saat seperti ini Dika harus pintar-pintar menenangkan Sela yang memang mudah sekali marah.

"Kamu harus tenang dulu ya, Sela. Tunggu Bono dulu. Yang sabar, banyak-banyak tawakal aja ya!" Dika mencoba menenangkan Sela namun sepertinya caranya itu salah, bisa dilihat dari bagaimana Sela menggeram marah.

"Diiiiikkkkkaaaaaa. Kamu kenapa sih kok ngeselinnya minta ampun? Kamu memang suka ya buat aku marah? Oh atau memang kamu suka aku pukul bokong kamu? Oke, sini enggak kamu," sungut Sela sembari melambaikan tangannya ke arah Dika yang menggeleng kuat sembari memundurkan tubuhnya menjauh dari Sela.

"Enggak, Sayang. Aku sudah kenyang sama pukulan kamu. Jangan marah lagi ya? Kita tunggu aja Bono!"

"Kenapa harus menunggu Bono? Memang dia penting banget ya buat kamu? Kenapa enggak kamu pacari aja dia?" Lagi-lagi Sela menjawab marah dengan bibir mengerucut yang sebenarnya sangat Dika sukai, namun sepertinya keselamatannya hari ini lebih penting dari itu.

"Masa aku sama Bono? Jelas-jelas dia enggak level sama kamu. Kamu itu adalah wanita tercantik di muka bumi ini, masa mau disaingi sama manusia laknat itu sih? Ya enggak ada yang percaya lah." Dika berusaha merayu Sela namun gadis itu masih sama, masih marah dan kesal padanya. Sebenarnya bukan karena Bono, sahabat dari kekasihnya itu yang membuat Sela semakin kesal. Namun kelupaan Dika akan ulang tahunnya itu yang membuat Sela serasa ingin mencekik leher Dika, hingga lelaki itu sadar dan memberinya selamat. Namun sayangnya kekasihnya itu masih konyol dan lebih mementingkan kedatangan sahabatnya yang sama-sama menyebalkan.

My Boss, My Ex (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang