24

242 56 51
                                    

"DANCOK!" Injun reflek melempar stick ps kedepan dengan penuh emosi, tak lama kemudian ia menerima tonyoran dari belakang.

"Lo mau di suruh pulang dengan dramatis lagi sama nyokap gue gara-gara mulut sampah lo?" ucapan Jeno membuat Injun diam seketika, membayangkan kejadian beberapa hari lalu disaat ia adu bacot dengan Hecan karena perdebatan yang sepele lalu berakhir tragis karena Mama Jeno datang dengan panci dan spatula.

"Ribut mulu kalo kesini? pulang nggak?" Mama Jeno memukul-mukul pantat panci dengan spatula seperti ada maling, membuat dua oknum tadi lari kebirit-birit.

Injun mengenyahkan flashback nya, "Iya anjir gue sampai bingung, sampai rumah ternyata sandal gue beda satu,"

"Kayak baru pertama kali aja," sela Hecan membuat Jeno mendelik.

"Lah iya juga ya," balas Injun dengan nyengir, memang bukan pertama kali Injun dan teman yang lain mendapat peringatan dari Mama Jeno. Jika peringatan awal dengan teriakan tidak mempan, maka Mama Jeno akan keatas untuk memperingati langsung, jika tidak mempan lagi biarlah benda melayang yang berbicara.

"Nah makanya disini itu tempat suci, Jun." ucap Jeje dengan tangan masih membelai bulu halus Angel, "Kalo lo mau adu mulut gitu mending kerumahnya Hecan, disana kan tempat berkembang biaknya jin, jin disana bakal seneng lo lakuin itu,"

"bacot siah, lebih enak lagi di rumah Jeje, ngga ada siapa siapa,"

"Siapa bilang ngga ada siapa siapa? disana ada malaikat yang setia menjaga rumah gue setiap saat untuk melindungi roh jahat seperti kalian" ucap Jeje dengan dramatisnya tangannya membentang seakan menerima cahaya ilahi dari atas. Kalo di film film pasti sudah ada cahaya dari atas yang menyorot, masalahnya bukan cahaya yang datang tapi sebuah bantal yang menimpuk kepalanya.

Jeje mengeram mengusap belakang kepalanya, "ish ganggu siraman rohani aja, siapa sih?" ia menengok ke belakang.

"Jadi kerumah Eden kagak?!" ternyata Karina yang sudah di belakang Jeje, membuat Angel yang tiduran di dekat Jeje melompat menjauh karena tau posisi dia akan di gusur oleh Karina.

Jeje memajukan mulutnya seakan menirukan ucapan Karina, "Jam berape?" tanya Jeje namun belum beranjak dari tempat tidur Jeno.

"Sekarang lah, kemarin lu bilang jangan siang siang." Karina duduk disamping Injun lalu merebut keripik kentang dari tangannya dengan tampang tanpa dosa, sedangkan Injun dengan mulut penuh melotot kearah Karina.

"Lhoo panganan ku kok mbok rebut to?" ucapnya dengan nada agak tinggi dengan logat jawa yang kental. (makanan gue kok lo rebut?)

Cewek berambut pendek itupun menoleh ke Injun, "Kenapa ngga boleh?" ucapnya dengan sewot membuat Injun dengan reflek menggelengkan kepalanya.

Injun yang mengerti Karina lagi mode senggol bacok karena teman-temannya lupa kalo hari ini menjenguk Eden yang sakit akhirnya diam saja membiarkan cewek itu menghabiskan snack nya, yah walaupun sebenarnya itu Jeno yang punya.

Jeje akhirnya menghebuskan nafas lalu meraih jaketnya, "Beli buah tangan dulu kan?"

"Iyalah masak mau tangan kosong. Gue nebeng lo ya?,"

Jeje mendecak, "Lah kayak ojek online aja gue lama lama bonceng lo terus, tapi masih mending ojek online dapat bayaran. lah gue? kagak!" omel Jeje seakan merasa menderita.

Karina melotot merasa tidak terima,"Bukannya gue sering beliin lo Boba sebagai ganti rugi?"

"Boba lo ngga ada modalnya, cari yang diskonan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PETRICHORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang