8

75 28 12
                                    

Jika tidak tau hasil yang akan diterima mengapa banyak yang menyerah sebelum mencoba?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jika tidak tau hasil yang akan diterima mengapa banyak yang menyerah sebelum mencoba?

~ireneeely~

Selama perjalanan Eden dan Jeje memilih bungkam tak ada percakapan diantaranya. Jeje yang diam karena tidak tau harus bagaimana dan Eden yang diam karena mengatur detak jantungnya.

Jeje bergerak kikuk menoleh ke belakang, "Mm.. Eden?" Eden yang kaget dengan panggilan tiba-tiba Jeje gelagapan. "Eh iya kak?"

"Loe udah makan?"

"Belum kak, kenapa?"

"Kalo kita mampir makan dulu gpp? Gue laper."

"Iya kak gpp."

"Mau makan apa?"

"Terserah aja kak."

"Oke."

Jeje menarik gas melewati perumahan Eden menuju perumahan Jeje. Ia berhenti di warung penjual ketoprak depan perumahan. 'ah ini yang dibilang Kirana' batin Eden.

Eden turun dari motor Jeje dibantu uluran tangan Jeje. Eden memberikan jaket yang ia pake tadi ke Jeje.

"Pake dulu gpp. Nanti juga masih jalan lagi."

"Iya kak."

Jeje berjalan lebih dulu. Namun tiba-tiba berhenti membuat Eden yang mengikuti nya menabrak punggung Jeje. "Eh sorry ngerem dadakan. Loe pedes apa nggak?" Jeje berbalik menanyai Eden. "Ngga pedes kak." Eden menatap Jeje yang menganggukan kepala tanda mengerti.

Jeje berjalan ke penjual, Eden mencari tempat duduk yang agak mojok."Mang ketoprak 2. Yang satu seperti biasa buat saya yang satu ndak pedes." Mamang yang diajak bicara Jeje seakan mengerti. "Siap Je." Mengacungkan jempolnya.

Jeje berjalan kearah Eden lalu duduk didepan Eden. Warung ini memang kecil namun pembelinya rame. Namun rata-rata dibawa pulang atau dibungkus jadi yang makan disini hanya beberapa.

"Kakak nanti mau ke kafe nya Bang Ryan?"

Jeje menoleh kearah Eden yang menatapnya. Lalu menganggukkan kepala tanda ia akan kesana.

Eden tersenyum samar agar tidak kelihatan Jeje. "Boleh nebeng lagi?" Jeje melihatnya dengan kening berkerut.

"Boleh." Jeje tersenyum."minta nomor loe aja nanti kalo mau jemput gue kabarin." Jeje menyerahkan hape nya.

PETRICHORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang