menyimpan misteri 'siapakah kamu' sendirian. menebak-nebak pada setiap orang yang lewat. mencintai deru angin, debu di udara, dan teriknya matahari. mencintai hal-hal sederhana sejak memahami kemewahan sungguhan adalah kemewahan yang kamu nikmati.
ada yang protes tatkala kubilang aku ingin membelai rambutmu; ah, dia belum tentu kamu bukan? apa salahku bermanis ria dengan puisi-puisiku sendiri. ah, iya, iya, sekarang aku tengah membela diri. tidak tahu kalau besok, mungkin kamu kah yang akan membela aku?
beragam tebakan datang silih berganti mengajukan namanya sebagai calon jawaban. aku dan kacamataku terbaha-bahak melihat kekonyolanku sendiri, berpikir bahwa mungkin kamu kini sedang di pasar justru, tawar-menawar dengan penjual ikan. atau mungkin kamu tengah menyisir rambutmu, merapikan diri karena kau juga sedang jatuh cinta.
semua prosaku selalu tentangmu. tidak habis. sisanya hanyalah abainya aku untuk bersikap manis di dunia nyata, dan abainya aku untuk benar-benar mengidentifikasimu lebih baik.
siapa pun kamu: maaf karena terlalu sering tecebur ke danau-danau antah berantah, membasahi diri dengan rasa-rasa yang beragam dan dengan jenis danau beragam pula. niat hati sekali menyelam minum air, tak taunya aku seringkali lemas.
jadilah kita sebuah prosa yang bertukar pikiran
hingga satu dari kita lebih dulu tenggelam ke perairan
dan bertemu lagi di dunia yang berlainanMuara Teweh, 2 April 2018
![](https://img.wattpad.com/cover/214361833-288-k832700.jpg)
YOU ARE READING
Aksara Takdir
PuisiMenerjemahkan patah hati, kegelisahan, dan ketidakpastian ke dalam puisi.