1. Welcome To Kaist University, Daejeon

81 3 0
                                    

       Pagi hari disambut dengan hangatnya sinar matahari menjelang musim gugur. Hawa dingin yang terkadang masih berhembus saat musim semi, kini tidak lagi terasa. Ucapkan selamat tinggal pada sweater, syal, dan jaket tebal.
       Bersamaan dengan menjelang musim gugur, penerimaan mahasiswa baru juga digelar di beberapa universitas. Dengan serentetan prosedur yang harus ditempuh oleh para calon mahasiswa. Mulai dari pendaftaran, tes, pengenalan lingkungan, hingga benar benar resmi menjadi seorang mahasiswa.
       Biasanya disaat saat seperti ini, para senior yang paling sibuk kesana kemari. Mengurus dan mengarahkan para junior saat pengenalan lingkungan. Belum lagi mereka mereka yang sedikit bandel sampai senior harus berteriak menggunakan pengeras suara. Karena kalau belum begitu, mereka tidak ada yang mau bergerak.
       Ruang senior biasa selalu ramai saat penerimaan mahasiswa baru. Hilir mudik kesana kemari dengan urusan masing masing. Kertas kertas bertumpuk di meja para sekertaris yang sibuk mengetik di laptop masing masing.
       Dan siapa yang sangka, ternyata anak Bang Sihyuk yang seorang pengacara kondang juga menimba ilmu di Kaist. Tidak heran, karena Kaist merupakan salah satu universitas terbaik di Korea. Berbeda dengan Ayahnya, Jaemin seorang mahasiswa managemant bussiness dan sudah memasuki tahun kedua. Meja yang paling banyak dipenuhi tumpukan kertas dan tempelan Sticky Notes dimana mana, itu adalah mejanya.
       Sejak baru tiba di kampus pagi tadi, Jaemin sama sekali tidak beranjak dari tempat duduknya. Terlalu banyak pekerjaan karena calon junior yang mendaftar juga banyak. Dari penjuru Korea bahkan. Tugas seperti itu biasanya didominasi oleh perempuan. Tapi karena otak Jaemin seperti komputer dan pandai mendeskripsikan sesuatu, maka ketua senior melimpahkan tugas tersebut kepadanya. Dan beginilah jadinya. Jaemin terjebak karena pekerjaan itu.
        Kertas yang puluhan tumpuk itu sudah pasti membuat dia pusing. Sampai dia melakukan kesalahan beberapa kali. Min Hyung juga mengontrolnya setiap beberapa menit sekali. Apa ini sudah selesai? Tolong kau kerjakan ini juga, tolong tambahkan ini, tidak perlu sertakan ini, buat saja seperti ini, jangan lupa dikoreksi, bla bla bla otak Jaemin seperti mau pecah. Kalau saja dia bukan ketua senior, Jaemin pasti tidak akan mematuhinya.
       Sebenarnya Jaemin sudah memegang tugas ini sejak tahun lalu. Tapi tidak tahu kenapa, tahun ini rasanya semakin berat dari pada tahun lalu. Sampai rasanya berkunang kunang melihat tulisan tulisan itu. Kecil, dan banyak.
       Tapi tiba tiba saja ada yang menarik. Ada 1 diantara ribuan nama mahasiswa yang tercantum di arsip kampus. Saat membacanya, Jaemin tampak sangat terkejut dan melotot. Tapi setelah itu matanya jadi mendadak segar, padahal sebelumnya ia merasa kantuk. Nama siapa itu?
       Kimberly Park.
       "Sst, waeyo?" tanya Min Hyung saat melihat perubahan ekspresi Jaemin. Dari stress, lalu tiba tiba tersenyum. Padahal tadi dia mengeluh, lelah.
       "Aniya, hyung," bohong Jaemin, sambil tersenyum kecil dan mengotrol emosi, juga ekspresinya. Sepertinya Min Hyung memperhatikan raut wajah Jaemin sedari tadi.
        "Kau sudah makan siang?" tanya Min Hyung sambil menutup laptop, lalu beranjak dari tempat duduk.
       "Ajig. Aku sedang menunggu Haechan atau Renjun. Kami akan bergantian," jawab Jaemin.
       "Ya ya, kerja bagus. Eung, itu mereka datang."
       Haechan dan Renjun kebetulan datang bersama. Mereka baru saja makan siang setelah turun langsung mengkordinir para junior.
       "Kenapa junior sekarang sangat menyebalkan? Ini kampus penuh disiplin. Memalukan sekali kalau mahasiswanya seperti ini," keluh Haechan yang nampaknya stress setelah mengurus para junior.
       "Kau sudah makan siang, kan?" tanya Jaemin.
       "Eung. Kau mau gantian?" ujar Renjun.
       "Ya, tolong gantikan aku."
       "Tapi junior perempuannya cantik cantik," sahut Jeno. Tiba tiba masuk sambil menggendong tas.
       Jaemin, Haechan, dan Renjun terkekeh.
       "Omong kosong," Jaemin beranjak meninggalkan kursinya, kemudian Renjun mengambil alih pekerjaan.
       "Tolong gantian, ya," ujar Jaemin sebelum benar benar meninggalkan ruang senior.
       "Nee," jawab Renjun. Lalu Jaemin meninggalkan ruangan bersama Min Hyung.
       "Hyung, eodigasseoyo?!" panggil Jeno setengah berteriak.
       "Kalian mau makan siang?!" tambahnya.
       "Eung," jawab Jaemin seraya terus berjalan sambil merangkul bahu Min Hyung, tanpa menoleh ke belakang.
       "Ikut!" Jeno Segera berlari menyusul.
       "Ppaliwa!!" jawab Jaemin.

OUR HIDDEN FAMILY 2: THE THRUTH UNTOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang