3. Have Lunch

17 4 0
                                    

       Lagi lagi mereka berakhir di lapangan. Senior meminta seluruh junior agar berkumpul di lapangan. Sejak kemarin, mereka jadi akrab dengan lapangan.
       Kurang lebih ada sekitar 5 orang senior yang stand by di sana. Sebenarnya ada 6. Satu lagi adalah Jaemin, satu satunya senior yang Kim kenal. Tidak. Chan Bin juga senior. Dan Kim juga mengenalnya.
       Ya, lumayan lama para senior memberikan arahan tentang segala hal yang akan para junior lalui. Memilih kelas tambahan, caranya mendaftar, dan lain lain. Sampai pada akhirnya, seorang senior mendatanginya dan menanyakan nama.
       "Hei! Siapa namamu?" tanyanya dengan pengeras suara.
       "Ye? Kimberly imnida," jawab Kim lirih.
       "Apa kau . . . "
       "Hyung!" panggil Jaemin. Sehingga senior tadi urung bertanya sesuatu pada Kim.
       "Ada yang ingin kukatakan," ujar Jaemin sambil melirik ke arah Kim.
       "Mwo?"
       "Ikut denganku," ajak Jaemin.
       Lalu tak lama kemudian, senior lainnya mempersilahkan para junior untuk bubar.

Kenapa dia? Kenapa dia diam? Dia melihatku, 'kan tadi? Kemarin dia ramah. Apa karena ada banyak teman temannya?

Batin Kim. Bertanya tanya, kenapa Jaemin tidak menyapanya. Lupakan. Lagipula Kim hanya junior.

                                   🎈

       "Aish, mwoya?" Min Hyung menepis tangan Jaemin yang menggenggamnya.
       "Apa yang mau kau katakan, hah?" lanjutnya.
       "Hyung, apa kau tahu siapa gadis tadi?" ujar Jaemin.
       "Mana aku tahu. Kau ini mengganggu sekali."
       "Hyung, dia itu adiknya Jin hyung."
       "MWO??!!!!" Min Hyung terbelalak. Begitu juga dengan Renjun, Jeno, dan Chenle yang rupanya menguping.
       "Chichaeyo?" Min Hyung masih tidak percaya.
       "Eung. Chinchae," jawab Jaemin.
       "Wuah, ippudae (cantiknya)," gumam Chenle.

       Pletak
       "Aa!"
       Jaemin menoyor kepala Chenle, lalu dia mengaduh kesakitan.
       "Yak, neo eotteokhae ara?" (Hei, bagaimana kau tahu?) Renjun penasaran.
       "Aku tahu karena Jin hyung datang ke rumah untuk menjemputnya. Ayahku sengaja membawanya ke rumah saat ia diculik Ayahnya sendiri," jelas Jaemin.
       "Mwo? Diculik Ayahnya? Mana mungkin?" Min Hyung tidak mengerti.
       "Akan panjang jika kuceritakan. Kalian pun tidak akan percaya."
       "Bagaimana kau bisa tahu begitu banyak?" tanya Jeno.
       "Aku tidak tahu banyak. Tapi Ayahku yang menangani kasusnya."
       "Pantas saja," lirih Chenle.
       "Jin hyung itu, yang pernah menjadi dosen undangan waktu itu, 'kan?" Jeno memastikan.
       "Iya. Yang itu."
       "Ini luar biasa," Renjun terkagum.
       "Wah, Jaemin kau benar benar sudah menyelamatku," ujar Min Hyung.

       "Jika tidak, kau akan tamat. Oppanya ada 7, dan dia adalah kesayangan. Jika kau ketahuan mendekatinya . . ." Jaemin berhenti. Lalu mengisyaratkan seolah tangannya memotong kepalanya sendiri. Bermakna, Min Hyung akan berakhir karena oppa oppanya Kim.
       "Tidak. Aku tidak akan mendekatinya. Aku bahkan tidak akan meliriknya," Min Hyung angkat tangan.
       "Ngomong ngomong, kau sudah mengenalnya?" Chenle penasaran.
       Jaemin tersenyum misterius.
       "Hei, kau tahu 'kan, kalau ada senior lain yang tahu kalian berdua saling kenal, gadis itu mungkin akan dibully oleh para senior lainnya," ujar Renjun.
       "Eung, maljhayo," (iya, benar) Jeno membenarkan.
       "Ya, aku juga berpikir begitu," jawab Jaemin.
       "Hyung, kau pasti bisa mencegah itu," Chenle menyikut Min Hyung.
       "Kau 'kan ketua senior," bujuk Chenle.
       "Kenapa jadi aku?" Min Hyung tidak terima.
       Semua menatapnya tajam.
       "Ya ya, baiklah. Akan kucoba," Min Hyung akhirnya menyerah. Untunglah Kim adiknya Seok Jin. Kalau tidak . . .
Tidak perlu seperti ini.

OUR HIDDEN FAMILY 2: THE THRUTH UNTOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang