6. Rumor

10 3 0
                                    

       "Bagaimana kau bisa pindah kelas dengan mudah?" Kim memulai pembicaraan saat ia dan Jaemin tengah berjalan menuju ruang Profesor Kang.
       "Tentu saja bisa," jawab Jaemin singkat sambil terkekeh.
       "Bagaimana?"
       "Ya begitu." Jawaban yang menyebalkan.
       Kim mendengus.
       "Kenapa kau pindah ke kelas Profesor Kang? Bukankah sudah bagus di kelas Profesor Han?"
       "Kan tadi aku sudah bilang, aku mengalah pada seorang junior."
       "Bohong."
       "Aku serius," Jaemin menatap Kim yang tersenyum miring. Padahal Kim tahu itu bukan alasan mengapa Jaemin tiba tiba pindah kelas.
       "Kenapa tersenyum begitu?" Jaemin memandangi Kim yang masih smirk.
       "Tidak ada," jawab Kim.
       "Bohong. Apa yang kau pikirkan?"
       "Tidak ada."
       "Ayolah. Katakan, apa yang kau pikirkan tentang aku."
       "Kan tadi aku sudah bilang, tidak ada."
       "Astaga, kau malah membalikkan kata kataku." Mendengar itu, Kim malah tertawa. Ini adalah hobi Kim. Jika ada yang menyudutkannya, Kim juga pasti balas menyudutkannya.
       Akhirnya Jaemin juga tertawa setelah melihat Kim tertawa.

                                   🎈

        Profesor Han baru saja meninggalkan kelas. Begitu kelas selesai, Chan Bin hendak ke perpustakaan untuk menyelesaikan sedikit tugas yang sebelumnya sempat tertunda. Semuanya harus selesai hari ini juga. Masih ada banyak kegiatan Chan Bin di luar kuliah. Jadi kalau tidak selesai hari ini, maka akan menumpuk nanti. Kalau sudah begitu, dia akan jadi tambah pusing.
        Tapi jujur saja, untuk tugas kali ini Chan Bin tidak bisa konsentrasi. Sebenarnya suasana perpustakaan tidak begitu ramai. Biasanya Chan Bin akan merasa tenang jika mengerjakan tugas sendirian. Saat dalam perjalanan menuju perpus, Chan Bin sempat melihat Kim sedang berjalan bersisian dengan seorang laki laki yang ia kenal.
       Tentu saja kenal. Chan Bin dan Jaemin satu angkatan. Yang membuat Chan Bin heran adalah bagaimana dia mengenal Kim dan tadi mereka jalan berdua. Apa yang membuat Jaemin tiba tiba saja pindah dari kelas Profesor Han? Padahal setiap orang mendambakannya.
       Rasa tidak suka dan tidak mengerti membuat pikiran Chan Bin terasa buyar. Dua pertanyaan tadi terus saja berputar putar di benaknya. Pasti ada sesuatu antara mereka berdua. Tapi Chan Bin tidak tahu apa itu.

                                   🎈

       Waktu istirahat adalah saat saat yang paling pas untuk makan di kantin. Kelas pertama Profesor Kang benar benar membuat tegang. Setelah ini, Jang Ha Na sudah berencana makan camilan sepuasnya. Sungguh, dia merasa sangat stress karena Profesor Kang tampangnya sangat menyeramkan.
       Ha Na juga merupakan salah satu dari sekian orang yang akhirnya mendaftar di kelas Profesor Kang, lantaran kelas Profesor Han sudah tidak ada kuota lagi.
       Siang ini, Ha Na melihat seorang perempuan yang ia tahu itu adalah teman sekelasnya. Walaupun mereka tidak saling kenal, entah mengapa ia merasa simpatik pada gadis itu. Yang pagi ini menjadi pusat perhatiannya ketika ada seorang senior yang baru saja pindah kelas, dan tiba tiba duduk di samping gadis itu.
       Dan baru saja Ha Na melihat gadis itu kembali bersama dengan senior. Membawa beberapa buku dan tampak berbincang akrab. Bagaimana bisa gadis itu mengenal seorang senior di hari pertama kuliahnya? Dan dari sekian banyak orang di kelas, kenapa sang senior harus meminta bantuan gadis itu? Dari yang Ha Na ketahui, teman teman dekatnya semua ada di kelas yang sama. Kenapa harus gadis itu?
       Kalau dia tidak salah ingat, namanya itu Kimberly. Ya, Kimberly Park. Seperti itu Profesor Kang menyebutkan namanya ketika mengabsen di kelas. Dia nampak biasa saja. Tapi menurutnya sedikit "aneh" melihat itu. Setidaknya butuh waktu beberapa minggu atau bulan untuk menyesuaikan diri.
       Tapi kemudian Ha Na berpikir, ia tidak perlu sangat memperhatikan mereka. Lagipula Ha Na tidak mengenal gadis bernama Kim itu. Tidak tahu kalau besok atau lusa. Tidak menutup kemungkinan karena mereka sekelas.

                                   🎈

       Setelah semua buku diletakkan di meja Profesor Kang, Jaemin berniat langsung ke kantin. Saat bertanya, rupanya Kim hendak langsung ke kantin karena Rae In sudah menunggu.
       "Bagus. Kalau begitu kita pergi bersama saja," kata Jaemin.
       "Ah, Jaemin(ssi) aku sudah cukup merasa kurang nyaman saat tadi kau tiba tiba duduk di sampingku. Kalau kita jalan bersama, pasti banyak orang yang menatap kita dengan aneh," jawab Kim.
       "Kenapa kau memikirkan apa yang orang lain pikirkan? Tadi kita juga berjalan bersama, kan?"
       "Itu berbeda. Aku tidak tahu dimana ruangan Profesor Kang. Jadi aku mengikutimu."
       "Ya ampun, kau buat aku malu dengan menolak begitu. Semua mungkin berpikir kita aneh, tapi mereka tidak tahu bahwa sebenarnya kita sudah lama saling kenal."
       "Iya, tapi . . . "
       "Ah, sudahlah," Jaemin memotong pembicaraan Kim dan langsung menarik tangannya menuju kantin.

                                   🎈

       Orang orang di sepanjang jalan seolah memperhatikan Jaemin yang menarik tangan Kim. Seperti itulah yang Kim pikirkan hingga membuatnya gusar. Sumpah, Kim benar benar sangat malu. Tapi bagaimana lagi, Jaemin yang justru tidak tahu malu. Dia benar benar tidak peduli orang yang melihatnya akan menganggap apa.
       Sampai di kantin, mereka kemudian memesan makanan. Itu juga bersama. Tapi saat memilih tempat duduk, barulah mereka berpisah. Rae In sudah menunggu Kim di kursi belakang, sedangkan teman teman Jaemin, Min Hyung dan yang lain juga sudah menunggunya di kursi depan.
       "Apa kau menunggu cukup lama?" tanya Kim seraya meletakkan nampan makanannya, lalu duduk berhadapan dengan Rae In.
       "Ya, tidak juga," jawab Rae In sambil menatap makanan di depannya yang belum ia sentuh karena masih menunggu Kim.
       "Mari makaaan," mereka berseru, kemudian mulai melahap makanan masing masing.
       "Ngomong ngomong, tadi aku melihat Jaemin sunbae langsung duduk di sampingmu. Apa menurutmu itu tidak aneh? Dia juga tiba tiba pindah kelas, 'kan?" tanya Rae In sambil mengunyah.
       "Ya, aku merasa aneh. Dia cukup terkenal. Saat dia melakukan itu, orang pasti akan langsung memperhatikannya. Aku tidak suka terlibat yang seperti itu."
       "Hei, kalian saling kenal sejak lama, 'kan?"
       "Eung. Waeyo?"
       "Apa mungkin dia pindah kelas karena karena ingin sekelas denganmu?"
       "Yang benar saja. Lagipula kenapa bicarakan orang lain saat sedang makan?"
       "Ya ya, aku minta maaf."

                                   🎈
     
       "Yak, bagaimana kau bisa pindah kelas, hah?" Min Hyung langsung menanyai Jaemin yang baru saja bergabung dan hendak duduk.
       "Tidak bagaimana mana. Aku 'kan sudah bilang, aku mengalah pada junior," jawab Jaemin santai.
       "Tentu saja tidak mungkin. Kelas Profesor Han adalah yang terbaik. Kenapa kau melepaskannya untuk seorang junior?"
       "Kau selalu ingin masuk kelas Profesor Han. Kita semua tahu itu. Jadi apa yang membuatmu sampai melakukan itu?" timpal Renjun.
       "Tidak ada. Sungguh hanya itu."
       "Mungkin saja kau melihat nama junior itu, siapa namanya? Kim, ya Kim. Kau melihat namanya di daftar kelas Profesor Kang. Karena itulah kau ingin pindah ke kelas Profesor Kang juga," tebak Haechan.

       Uhuk Uhuuk . . . .
       Jaemin tiba tiba tersedak nasi.
       "Kau tersedak. Wah, sepertinya memang benar seperti itu," Chenle membuat segalanya jadi semakin menyudutkan Jaemin.
       "Kau sungguh ingin sekelas dengan gadis itu?" Min Hyung penasaran.
       "Jangan jangan kau menyukainya," tambah Haechan.
       "Chinhaeyo?" sambung Renjun.
       "Aah, geumanhae. Kenapa kita membicarakan ini? Tidak ada yang seperti itu," sangkal Jaemin.
       "Kau yakin?" goda Chenle.
       "Aku bilang, berhenti," Jaemin menatap Chenle dengan mata elang.
       "Ne," Chenle menunduk.

                                   🎈

      

OUR HIDDEN FAMILY 2: THE THRUTH UNTOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang