9. Tugas Kelompok

8 4 0
                                    

       "Selamat siang, semua. Kita lanjutkan pembahasan yang lalu," seperti itulah Profesor Kang menyapa muridnya di kelas. Wajah datar dan kacamata membuatnya terlihat killer.
       Hanya sapaan singkat. Lalu pelajaran menuju ke titik serius. Profesor Kang memang orang yang tegas. Caranya menerangkan juga tidak begitu muluk. Hanya saja dia memang jarang tersenyum.
       "Sst . . . . sstt . . . . Jaemin."
       Jaemin celingukan. Siapa yang baru saja memanggilnya?
       "Hei, disini," panggil Kim lirih.
       "Eung? Wae?" Jaemin menoleh.
       "Buku," bisik Kim sambil menunjuk bukunya yang ada di depan Jaemin.
       "Buku?"
       "Ya."
       "Boleh kubawa pulang nanti?"
       "Ya."
       Jaemin diam diam memberikan buku super tebal milik Kim. Hati hati, jangan sampai Profesor menyadarinya. Sesekali Profesor Kang menulis grafik di papan tulis. Dia tidak hanya menjelaskan dengan cepat tapi juga menulis di papan sampai papannya penuh. Beberapa mahasiswa bahkan tidak tahu mana yang hendak dicatat lebih dulu.
       Kim menggunakan buku tebal warisan Seok Jin berdua dengan Rae In. Dia melihat Profesor Kang juga memakai buku itu. Jadi mereka menyimak penjelasan Profesor Kang dan mencocokkannya dengan penjelasan di buku. Sesekali ia juga melingkari beberapa poin penting di bukunya dengan pensil. Juga mencatat sedikit penjelasan Profesor Kang, yang kebetulan tidak tercantum di bukunya. Karena Profesor Kang tidak hanya menggunakan 1 buku saja. Saat hendak menulis, Kim merasa ada seseorang yang tiba tiba duduk di sampingnya.
       "Mwoanangeoya?" (apa yang kau lakukan?) tanya Kim.
       "Aku juga ingin memakai bukunya. Aku bergabung tidak apa apakan?" ujar Jaemin.
       "Hah, terserah," Kim memutar bola mata. Kemudian memindahkan bukunya di tengah. Agar dia, Jaemin, dan Rae In bisa sama sama melihatnya.
       "Wah wah, lihat dia," gumam Haechan sambil menatap Jaemin yang tampak serius memperhatikan, menyimak, dan mencatat. Dan refleks ia menyikut Renjun.
       "Ah, hentikan. Profesor melihatmu nanti. Kau bisa tamat," sahut Renjun.
       "Apa ini jurusnya?"
       "Sudahlah, kenapa kau selalu memikirkan wanita? Fokus saja dengan pelajarannya," jawab Renjun.
       Haechan geleng geleng kepala melihat Jaemin yang sudah pindah tempat duduk di sebelah Kim. Lalu ia kembali memegang pulpen dan memperhatikan Profesor yang sedang menjelaskan.
       Kelas pun berakhir dengan pembagian kelompok untuk tugas makalah. Kim satu kelompok dengan Rae In dan Chanyoung, Jaemin dengan Chenle dan Hana, Min Hyung dengan si berisik Renjun dan Haechan. Karena jumlah seluruh murid di dalam kelas ada 31, maka ada 1 kelompok yang anggotanya 4 orang. Tersisa Jeno sendiri, sehingga Jaemin mengambilnya masuk di kelompok.
       Chanyeong masuk di kelompok Kim meskipun auranya kurang meyakinkan. Dia tampak tidak serius dan jarang berbicara. Selama pelajaran, ia seperti kosong. Tubuhnya di sini tapi pikirannya entah kemana. Meski begitu, Kim mencoba untuk merangkulnya dalam tugas kelompok ini. Agar seluruh anggota berpartisipasi dengan baik.
      
                                  🎈
     
       21.00 Kim masih stay di depan laptop. Dengan buku yang berserakan di atas meja. Juga dengan kacamata dan sekotak obat tetes mata. Jemarinya terus menekan tuts dan menuangkan semua yang dia pikirkan dengan bantuan buku catatan, dan internet. Sesekali ia berhenti saat mulai buntu. Andaikan buku tebal itu tidak dipinjam Jaemin, Kim sudah menulis materi hingga beberapa lembar.
      
Kim: Jaemin(ssi)

Kim: Bisa tolong kembalikan bukuku
          besok?

                                   🎈

       Dengan kekuatan seribu tangan, Jaemin mengerjakan tugas kelompok dan merangkum juga. Buku yang ia pinjam dari Kim siang tadi harus segera dirangkum. Meskipun sedikit stress karena tugas makalah dikumpul 3 hari ke depan, tapi Jaemin tetap mencoba menyelesaikan keduanya. Kesibukan seperti ini sudah biasa ia lakukan sejak SMA. Jadi dia optimis, segelanya pasti bisa rampung. Selama ini dia memang selalu selesai tepat waktu.
      Bukunya terlalu tebal. Jadi Jaemin langsung memotretnya saja dengan ponsel. Sambil mengetik makalah, ia juga langsung mencetak foto foto tersebut di atas kertas HVS daripada mencatatnya. Lalu nanti akan ia satukan menjadi buku. Lembar demi lembar keluar dari mesin cetak di dekat meja belajarnya. Selama itu Jaemin tidak berhenti mengetik. Buku itu benar benar membantu.

OUR HIDDEN FAMILY 2: THE THRUTH UNTOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang