15. Terlalu kekanakan

8 3 0
                                    

       Bel berbunyi semenit yang lalu. Kim melangkah gontai menuju kelas setelah menyendiri tadi. Mau bagaimana juga semua ini tetap harus dihadapi. Hal yang lebih buruk mungkin bisa saja terjadi saat pertengahan atau menjelang akhir kuliah.
       Sebelum masuk kelas, Kim terlebih dulu mengambil buku di loker. Setelah bukunya diambil, ia kembali menutup lokernya dan hendak menuju kelas. Tapi baru saja selangkah, Ha Na tiba tiba berdiri di depannya dan menghalangi jalan Kim.
       "Mwoanangeoya?" tanyanya dengan tatapan sinis.
       "Mworago?" Kim bingung dengan pertanyaan Ha Na.
       "Aku yang bertanya."
       "Kalau begitu harusnya kau bisa lihat apa yang kulakukan," jawab Kim santai.
       "Jawab saja!"
       "Kau ingin aku memberi jawaban apa?"
       Ha Na menghela napas.
       "Dengar, aku tidak suka melihatmu," ujarnya.
       "Keuraesseo?" Kim tertawa kecil.
       "Aku tidak suka kau terus dekat dengan Jaemin sunbae. Kenapa kau mengganggu kami belajar kemarin? Kau terus mengiriminya pesan dan meneleponnya juga. Aku juga melihat kalian duduk berdua tadi. Hentikan semua itu. Aku tidak suka melihatnya!"
        "Jadi kau cemburu? Apa itu yang ingin kau katakan? Kau terlalu kekanak kanakan," cibir Kim.
        "Kau . . . Aku juga melihatmu bersama Chan Bin sunbae bulan lalu. Apa kau berniat mendekati semua senior yang ada di sini?!" beberapa murid mulai memperhatikan mereka berdua karena Ha Na sedikit berteriak.
       "Kenapa aku harus menurutimu? Kau tidak tahu apapun tentang aku dan Jaemin, juga tentang aku dan Chan Bin. Urus saja urusanmu," Kim mengabaikan Ha Na dan pergi meninggalkannya. Lagipula itu tidak penting baginya.
       Di sisi lain Jaemin baru saja kembali dari ruang senior. Ia menuju kelas bersama Min Hyung, Renjun, Haechan, dan Chenle. Ia baru menyadari terjadi keributan antara Kim dan Ha Na ketika Chenle menepuk bahunya sambil menunjuk ke arah 2 gadis yang sedang terlibat cek cok. Lalu segera Jaemin pergi menghampiri keduanya.
       "Aku belum selesai," Ha Na menarik tangan Kim sehingga Kim tidak bisa pergi. Kim menatapnya tajam.

Aku sungguh tidak ingin membanting tubuhmu.

Batin Kim sabar. Karena moodnya kurang baik, ia malas berurusan dengan orang lain.
       "Apalagi yang mau kau katakan?"
       "Jangan pernah tunjukkan kedekatan kalian lagi," jawab Ha Na dengan percaya diri. Tanpa sadar Jaemin sudah berdiri di belakangnya.
       Menyadari kedatangan Jaemin, Kim justru tersenyum miring.
       "Aku mengirim pesan dan meneleponnya karena kami memang ada urusan," Kim tetap menjawab dengan santai.
       "Kau ini . . . " Ha Na sepertinya hendak mengomel lagi, tapi Jaemin buru buru mencolek bahunya. Ha Na menoleh ke belakang dan seketika raut wajahnya berubah pucat pasi.
       "Kenapa?" tanya Jaemin dengan wajah datar. Terlihat misterius.
       "Sunbaenim."
       "Kau pikir kau melakukan hal yang benar dengan mengatakan semua itu? Aku sangat malu mendengarnya. Aku juga baru tahu kalau rupanya kau belum dewasa. Kau membuatku kecewa. Aku tidak suka melihat yang kau lakukan dan katakan," ujar Jaemin.
        "Tapi sunbae . . . "
       "Minta maaf atau aku membawamu pada Profesor Kang?" ancam Jaemin.
       Ha Na tetap diam dengan wajah yang tampak sangat kesal.
       "Ayo lakukan," paksa Jaemin.
       "Mian."
       "Lakukan dengan benar!"
       "Chaeseonghamnida," ucap Ha Na sambil membungkuk hormat di depan Kim.
       "Bagus. Semuanya kembali ke kelas. Profesor Kang akan masuk sebentar lagi," ujar Jaemin mengarahkan murid lain agar masuk ke kelas. Kerumunan kerumunan tadi langsung bubar setelah Jaemin memerintahnya.
       Jaemin langsung mengambil tempat duduk tepat di samping Kim. Sebenarnya memang sengaja.
       "Yak."
       "Mm?" Kim menoleh.
       "Kenapa tadi kau hanya senyum seperti itu? Harusnya kau lawan dia. Bela dirimu sendiri. Kau juga harus pandai berdebat selain Taekwondo," bisik Jaemin.
       "Aku tidak melakukannya karena suasana hatiku sedang buruk. Aku tidak ingin melakukan apapun," jawab Kim.
       "Lain kali kau harus lebih tegas."
       "Keurae. Terima kasih sudah menghentikannya tadi."
       "Ya, sama sama," Jaemin tersenyum.
       Melihat Kim yang masih juga dekat dengan Jaemin, Ha Na semakin terbakar. Wajahnya benar benar cemberut sambil menoleh ke belakang.

Dia melakukannya lagi. Keterlaluan.

Katanya dalam hati.

                                 🎈

       Awan di langit mulai terlihat gelap. Cahaya sore yang temaram seiring dengan beberapa lampu gedung dan jalanan yang semakin terang. Suara jangkrik mulai mengiringi senja. Sesekali burung burung terbang bersama kawanannya menuju ke sarang.
       Jimin merasa resah lantaran Kim belum pulang juga. Biasanya ia berada di kamar di jam jam begini. Tapi sore ini berbeda. Ia berada di luar rumah sedang menyiram tanaman dengan selang. Ya, sambil menunggu Kim dan Seok Jin pulang. Hanya diam menunggu di dalam tidak membantu Jimin untuk tenang.
       "Mwoanangeoya?" Taehyung melintas dan melihat apa yang sedang Jimin kerjakan. Dia tersenyum geli melihat Jimin menyiram tanaman saat hari menjelang malam.
       "Jeoyeong," (diam) jawab Jimin tidak peduli.
       "Siapa yang menyiram tanaman jam begini?"
       "Pergi."
       "Gwaenchanhaeyo?" ujar Taehyung dengan nada menggoda.
       "Aku bilang pergi!" Jimin geram dan menyemprot Taehyung dengan air. Taehyung berjingkat jingkat menghindari percikan air lalu segera kabur sebelum dia basah kuyup sambil cekikikan. Jimin sudah terbiasa dengan ejekan Taehyung. Karena itu dia bisa sabar sampai sekarang.
       Gerbang depan rumah tiba tiba terbuka saat Jimin sedang asik mengemprot air ke tanaman. Seorang gadis bersama lelaki tampak masuk dari sana. Si lelaki kemudian berhenti di pekarangan sedangkan gadisnya langsung masuk ke dalam rumah. Setelah melihat itu, Jimin langsung mematikan air.
       "Musseunirinya?" tanya Jimin sambil berdiri tepat di samping lelaki itu.
       Lelaki itu menoleh dan terjingkat.
       "Kkamchagiya," (kau mengejutkanku) gumam Jaemin.
       "Hyung, sejak kapan kau berdiri di situ?" tanyanya.
       "Sejak kau datang," jawab Jimin.
       "Kenapa dengan Kim?" tanya Jimin. Karena tadi Kim tidak terlihat baik. Wajahnya kelihatan sangat letih.
       "Tidak terjadi apa apa. Hanya saja tadi ada sedikit masalah di kampus."
       "Masalah? Masalah apa?" Jimin malah terlihat tegang.
       "Aku ingin berkata jujur, tapi sepertinya akan lebih baik jika Kim mengatakannya langsung padamu. Coba hyung bicara padanya nanti."
       "Keurae, aku memang ingin menanyainya. Terima kasih sudah mengantarnya pulang," Jimin menepuk bahu Jaemin.
       "Sama sama. Aku akan pulang ke rumah."
       "Ngomong ngomong, kalian pulang naik bus?"
       "Ne, keureosseumnida."
       "Kalau begitu berhati hatilah."
       "Ghamsamnida," Jaemin membungkuk hormat lalu pergi meninggalkan rumah Kim. Jimin juga langsung masuk ke dalam rumah sepeninggalan Jaemin.

                                🎈

OUR HIDDEN FAMILY 2: THE THRUTH UNTOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang