18. Gonna Back To Seoul?

6 2 0
                                    

       "Mmm, nado bogoshipeo."

       ". . ."

       "Aku baru saja mau turun sarapan. Oppa sudah sarapan?"

       ". . ."

       "Wow, pasti rasanya lezat. Aku tidak tahu Seok Jin oppa masak apa."

       ". . ."

       "Kampus? Ya, semua baik."

       ". . ."

       "Aku melakukannya dengan baik. Aku mencoba melakukan yang terbaik."

       ". . ."

       "Sebenarnya aku sering tidur larut. Hehehe."

       ". . ."

       "Mmm, mungkin mereka tahu, mungkin juga tidak."

       ". . ."

       "Arraseo. Aku tidur larut karena banyak tugas."

       ". . ."

       "Ya, aku akan tidur lebih awal malam ini."

       ". . ."

       "Baiklah, aku tidak akan stress."

       ". . ."

       "Yagsog." (janji)

       ". . ."

       "Ya, aku sedang turun tangga."

       ". . ."

       "Ya, aku akan mengingatnya."

       ". . ."

       "Tolong sampaikan salamku pada Hobi oppa. Jungkook oppa juga."

       ". . ."

       "Mmm, saranghae."

       Kim menuruni tangga sambil menelepon Nam Joon. Setidaknya rindunya bisa sedikit terobati. Nam Joon mengatakan banyak hal di telepon. Jangan tidur larut, jangan stress, dan yang paling penting, "bogoshipeoyo" (aku merindukanmu).
       "Nam Joon?" tebak Seok Jin sambil bersiap sarapan.
       "Eung," jawab Kim pendek.
       "Dia mengatakan sesuatu?"
       "Tidak ada yang serius."
       Seok Jin manggut manggut.
       "Kim(ssi), tadi Nam Joon hyung meneleponmu?" Jimin baru saja turun bersama Taehyung dan langsung bergabung.
       "Yoon Gi oppa mana?"
       "Sebentar lagi turun," jawab Taehyung.
       "Itu dia. Yoon Gi(ah), kemarilah," panggil Seok Jin. Yoon Gi mendekat dan langsung duduk di salah satu kursi.
       "Ayo kita pulang besok," ajak Seok Jin tiba tiba.
       "Ne??!!" semua terperanjat.
       "Khabchagi?" (tiba tiba?) Jimin masih terkejut.
       "Memangnya kenapa? Kita bisa habiskan akhir pekan di Seoul," jawab Seok Jin.
       "Injeong," (setuju) sahut Kim.
       "Kalau begitu, ayo kita pergi lusa," timpal Taehyung.
       "Keurae, khajja," ujar Yoon Gi.
       "Khajja," balas Seok Jin senang. Setelah hampir 2 bulan, akhirnya bisa pulang ke rumah juga. Mereka merindukan rumah dan saudara. Ho Seok, Nam Joon, dan Jungkook. Lagipula Seok Jin juga ingin membahas masalah Ha Na bersama seluruh anak laki laki keluarga Bangthan. Rapat seperti biasa.

                                  🎈
 
       Pagi yang indah memulai hari. Hari ini ada ujian di kampus. Kim berangkat pagi dan langsung membuka buku begitu masuk kelas. Sebenarnya semalam dia sudah belajar, tapi ia merasa sedikit trauma karena insiden persentasi beberapa minggu yang lalu. Kim mem-push dirinya sendiri untuk belajar lebih maksimal dan dapatkan nilai terbaik.
       Kali ini Kim harus dapat nilai A. Bila perlu A+. Harus jauh lebih baik daripada nilai persentasi yang lalu. Di atas mejanya sudah berserakan penuh buku, pensil, pulpen, dan stabilo.
       "Wow, kau datang lebih awal?" sapa Jaemin sambil meletakkan ranselnya.
       "Apa ini? Kau tidak belajar di rumah?" tanya Jaemin lagi. Kim tampak begitu sibuk dan serius. Jadi Jaemin pikir, Kim mungkin lupa belajar.
       "Aku? Tidak belajar di rumah?" Kim terkekeh
       "Ya ya, itu pasti tidak mungkin," Jaemin duduk di sembarang Kim, lalu belajar juga. Keduanya sibuk membaca, membolak balikkan halaman, dan mencatat sesekali. Belajar dan membaca memang makanannya orang jenius. Dua orang ini memang maniak belajar. Belajar, belajar, belajar. Membaca, membaca, membaca. Sampai pernah suatu hari, Nam Joon membelikan kacamata baca sekaligus antiradiasi untuk Kim. Mengingat kejeniusan Kim itu menurun dari oppanya.
       Beberapa saat kemudian, mulai banyak murid murid lain yang datang. Beberapa ada yang langsung belajar, dan ada juga yang malah bergosip ria. Rae In datang sambil berlari mendekati Kim. Langsung duduk di sisi sahabatnya itu dan mengeluarkan beberapa buku dari totebag-nya.
       "Semalam aku mencari ini. Tapi tidak kutemukan," ujarnya.
       "Profesor sudah jelaskan minggu lalu," jawab Kim.
       "Sepertinya aku lupa mencatat," Rae In cemberut. Bahan pelajaran untuk ujian Rae In hari ini kurang lengkap.
       "Tapi kau pasti sudah mencatat, 'kan?" Rae In menaik naikkan alisnya.
       Kim menghembuskan napas sambil memutar bola mata. Kalau sudah begini, ujung ujungnya Rae In akan pinjam catatan miliknya.
       Selang tak berapa lama kemudian, Profesor Kang memasuki kelas sambil membawa setumpuk kertas berisi soal ujian. Setelah menyapa sekedar mengucap "selamat pagi", Profesor Kang langsung membagikan kertas kertas tersebut.
       Di saat saat seperti ini, ada beberapa tipe tipe siswa. Ada yang serius berpikir, ada yang pura pura berpikir, ada juga yang asal jawab yang penting semua terisi. Semua mengerjakan dengan tenang kecuali yang tidak belajar seperti Chanyoung. Tiga puluh menit setelah ujian dimulai Chanyoung mulai gelisah. Mulai panjang leher tengok kanan kiri. Samar samar Kim mendengar Chanyoung bisik bisik meminta jawaban. Kim hanya tersenyum miring. Akhirnya dia merasakannya.

Habislah kau.

Batin Kim lalu kembali fokus pada ujian.

       40 menit.
   
       50 menit

       1 jam.

       1 jam, 15 menit.

       1 jam, 30 menit.

       1 jam, 45 menit.

       1 jam, 55 menit.
   
       Waktu mengerjakan ujian tersisa 5 menit lagi. Jaemin menyelesaikan soal terakhir dan langsung mengumpulkan kertas miliknya. Pertama. Dia yang orang pertama yang mengumpul. Kemudian disusul Kim setelahnya. Setelah memeriksa jawabannya beberapa kali, akhirnya ia memutuskan untuk langsung kumpul saja. Lalu dibelakangnya menyusul Min Hyung, Renjun, dan Jeno. Menyisakan Haechan dan Chenle yang terlihat payah di mata Jaemin.
       "Huh, rasanya aku benar benar stress tadi," gumam Rae In saat ia dan Kim baru saja duduk di kantin.
       "Apanya yang membuatmu stress?" Kim menoleh ke arahnya.
       "Entahlah. Ujian ini membuat pikiranku jadi . . . Eeeeehh," Rae In memutar bola matanya.
       "Kau tidak kesulitan?" tanyanya lagi.
       "Kesulitan? Tidak," jawab Kim enteng. Tak lama setelahnya, seorang pelayan membawakan makanan mereka berdua.
       "Ah, ayo kita bertukar otak saja," Rae In asal bicara.
       Kim terkekeh.
       "Tentu saja tidak mau."
       "Ngomong ngomong, sabtu ini kau mau kemana? Ayo pergi bersama ke suatu tempat."
       "Mianhaeyo, akhir pekan ini aku mau pulang ke Seoul."
       "Keuraeyo? Kau pasti merindukan oppa-mu di sana."
       "Mmm," Kim mengangguk sambil memasukkan nasi ke dalam mulutnya.
       "Sayang sekali."
       "Akhirnya aku bisa pulang setelah hampir 2 bulan."
       "Ya sudah, nikmati liburanmu."
       "Gomabda. Neodo." (Terima kasih. Kau juga).

                                 🎈
     
       Teriknya siang ini di musim gugur, tidak melunturkan semangat kerumunan murid murid fakultas management bussiness menunggu pengumuman hasil ujian kemarin. Ya, di luar cuaca sangat cerah siang ini. Kim, Rae In, dan murid murid lainnya sekarang sedang berdesak desakan di depan papan informasi. Nilai hasil ujian kemarin dipampang di sana. Jadi mereka berbondong bondong untuk mengecek nilai masing masing. Sudah sejak 15 menit yang lalu Kim berada di tengah orang orang ini. Sangat penting baginya untuk tahu nilai ujian kemarin, karena ia mungkin akan kehilangan beasiswa.
       Kimberly Park, A+.

Syukurlah.

Batin Kim sambil mengelus dada lega. Kim bisa mendapat nilai jauh lebih baik saat mengerjakan sendiri dibanding berkelompok seperti saat persentasi. Besok ia bisa berakhir pekan di Seoul dengan tenang.

                                 🎈

OUR HIDDEN FAMILY 2: THE THRUTH UNTOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang