Part 1

4.3K 139 11
                                    

"Naura, bersediakah bila hari ini mbak meminangmu untuk menjadi istri kedua Mas Danish?"

Aku terkejut mendengar permintaan Mbak Hana yang tiba-tiba meminangku untuk menjadi madunya. Bukankah tidak ada satu orang istri pun di dunia ini yang mengharapkan suaminya menikah lagi, kecuali bagi mereka yang sudah memantapkan hati untuk rela berbagi suami dengan wanita lain. Kutatap wajah Mbak Hana lekat-lekat. Tampak jelas ada beban kesedihan yang mendalam di sana.

Mbak Hana Khairanisa seorang istri yang sempurna! Cantik, pintar, baik dan salihah. Namun, dia tidak kunjung memiliki anak. Apakah karena alasan itu juga Mbak Hana menginginkanku untuk menjadi madunya?

"Naura!"

"Apa alasan Mbak Hana melakukan semua ini? Naura memang belum pernah menikah, tetapi setidaknya Naura bisa merasakan bagaimana pedihnya di madu. Berbagi suami dengan wanita lain itu tidak mudah, dan kenapa harus Naura yang menikah dengan Mas Danish?"

Mbak Hana menatap lekat mataku, wajah dan bibirnya pucat pasi. Dapat kupastikan kalau dia tidak sedang dalam keadaan baik. Kutangkupkan tangan di pipinya, mencoba menenangkan kekhawatirannya yang selama ini terlalu berlebihan dalam mengkhawatirkanku.

"Mbak hanya tidak ingin kamu mendapat suami yang salah, dulu ibumu sudah menitipkanmu padaku. Mas Danish itu sosok suami yang ideal, baik dan pengertian! Bersamanya, kamu akan bahagia, Ra."

Aku tersenyum. "Persepsi seseorang itu berbeda-beda, Mbak. Mungkin ideal menurut Mbak Hana, belum tentu untuk Naura. Jangan khawatir, tanpa menikah dengan Mas Danish sekalipun, Naura bisa menjaga diri, Mbak. Insyaallah Naura akan mencari pendamping hidup yang saleh. Bukankah Allah sudah menjamin, lelaki yang baik untuk wanita yang baik, lelaki yang buruk untuk wanita yang buruk, dan begitu pun sebaliknya."

"Tapi, Naura ...."

"Naura tahu, Mbak Hana ingin memberikan yang terbaik untuk Naura, tetapi tidak dengan cara seperti ini. Menikah itu masalah hati. Insyaallah Naura tidak akan salah memilih calon imam!" ucapku, mencoba meyakinkan Mbak Hana.

"Mbak mohon, Naura!"

Aku menggeleng, lalu melempar senyum kepadanya. "Naura tidak mungkin menikah dengan suami Mbak Hana. Selain tidak menyukainya, Naura juga sudah memiliki kekasih. Maaf, Naura harus kembali ke kampus."

Setelah mencium takzim tangannya, aku bersiap untuk melangkah pergi dari sana. Permintaan Mbak Hana tidak masuk di akal, dia melakukan itu tanpa alasan. Bila memang alasannya karena dia menyayangiku, tidak seharusnya dengan cara menikahkanku dengan Mas Danish, itu sama saja dengan menyakiti hatinya sendiri.

Mbak Hana langsung mencekal tanganku. "Tunggu, Naura!"

"Maaf, Mbak. Naura tidak bisa!"

Setelah mengatakan itu aku langsung menghempaskan pelan tangannya, lalu melenggang pergi. Pernikahan itu janji suci, yang tidak sembarang orang melakukannya. Bila sepasang insan menikah tanpa berlandaskan cinta, lalu di mana letak bahagianya.

"Hidup Mbak tidak akan lama lagi, Naura. Mbak hanya ingin kalian bisa saling menjaga, saat nanti Mbak sudah tiada."

Ucapan Mbak Hana berhasil membuat langkahku terhenti. Jantung ini berpacu begitu cepat, mendengar pengakuan dari seorang kakak yang selama ini selalu setia menjagaku. Lidah ini terasa kelu, adik macam apa aku ini? Sampai-sampai Mbak Hana sakit saja, aku tidak mengetahuinya!

"Katakan kalau itu bohong, Mbak!"

"Iya, Naura. Mbak tidak bisa lagi menjagamu dan Mas Danish. Kanker
rahim yang Mbak derita mencapai stadium akhir. Mbak mohon, Naura. Menikahlah dengan Mas Danish, biarkan Mbak tenang saat kematian menjemput nanti," ucap Mbak Hana seraya terduduk lemas di depanku.

Tasbih Cinta NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang