Jika banyak orang berkata melepas itu mudah, tapi mengiklaskan yang sulit. Itu kenyataan yang benar adanya. Jika ada ungkapan majas sastra klasik tentang cinta, maka kali ini Zeagse membutuhkannya. Untuk kali pertamanya pria ini membutuhkan sastra itu.
Ia sangat membutuhkan untuk didengar dan diresapi sebagai penghibur luka. Semua berlalu, detik-detik ketegangan itu berlalu. Tapi tidak dengan rasa sakit yang masih dirasakan, dan tidak bisa dihentikan. Sekeras apa pun mencoba untuk dihentikan maka sekeras itu pula hantaman kehidupan akan menimpa. Air mata di pagi yang indah sudah berlalu hanya tinggal sesuatu yang masih kelam. Pria ini sudah meletakkan beberapa botol brendi untuk mengisi kekosongan, terutama kekosongan ruang sesak di dalam dadanya.
“Menikahlah jika memang tidak ingin bercerai.” Selalu kalimat itu, kalimat yang mengundang air mata. Zeagse mengerang, mencoba membuat penolakan dalam geraman. Disisi kanannya terdapat Selly yang meminum air putih hangat. Beberapa waktu lalu wanita ini sempat pingsan dan itu membuat Issabella merasa semakin terpukul.
“Itu tidak mudah, Issabel! Aku bisa membesarkan anak itu tanpa kita harus membahas poligami!” nada itu menjadi lebih kesal, dan rasanya Zeagse ingin memukul sesuatu dengan pemikiran bodoh Issabella. Ia benci dengan dirinya, dirinya ingin menghilangkan jika memang itu bisa. Issabella menahan napas, tercekat dengan keadaan. Malam ini hanya ada mereka bertiga. Hanya ada mereka-mereka yang terlibat duka.
“Pendeta besok akan tiba. Kalian ingin menikah di gereja atau di rumah?” Sialan! Pemuda itu melempar gelas kaca itu dengan keras. Ia tidak pernah mengharapkan kesialan ini berlanjut hingga mendalam. Ia tidak pernah ingin bertemu pendeta lagi, tidak untuk dirinya dan melibatkan wanita lain! Kedua wanita ini tercekat dikala pria itu menarik napas kesal, ada wajah frustasi yang tersirat namun tidak dijelaskan.
“Bisakah kau berhenti membahas itu! Kau tahu benar menikah tanpa cinta itu dosa, Issabel! Kau wanita yang memegang teguh sebuah agama, dan kau paham mengenai pemaksaan dalam pernikahan itu menyakitkan. Berhentilah egois!” seakan luka yang terbuka kembali disayat dan disiram air cuka, terasa sangat menyiksa. Issabella menahan sekali lagi air mata yang akan mengalir saat hantaman suara suaminya terdengar keras. Pembicaraan yang konyol penuh kemunafikan ini rasanya lama sekali untuk berakhir. Wanita ini mengangkat tangannya dan memberikan satu usapan lembut di wajah suaminya yang muram. Usapan lembut itu seperti sengaja dilakukan untuk memberikan ketenangan atas luka yang dialami pemuda itu.
Usapan yang terasa sangat hangat, sapuan yang membawa angin surga. Zeagse menahan napas detik, mencoba mengerti maksud usapan.
“Aku tidak membencimu jika pun kau menikah lagi. Aku tahu kau mengharapkan seorang putra. Dan kau juga tahu sampai detik ini aku belum bisa hamil lagi. Aku rela kau berbagi. Percayalah..” Hal apa yang harus dilakukan untuk kata-kata itu yang terlepas? Katakan pada pemuda ini, hal apa yang pantas untuk diloloskan dari bibirnya. Rasanya Zeagse ingin bertanya pada angin atau apa pun, bahkan ia ingin bertanya pada dinding untuk mengerti jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between YOU and SHE (COMPLETE) √
RomanceSejak awal bertemu dengan pria arogan dan bajingan itu, Issabella Loissef tidak mengerti apa yang terjadi. Wanita ini dengan mudah begitu saja jatuh dalam pelukan bajingan itu, lalu setelah beberapa waktu dinikahi tiba-tiba ia akan diceraikan?! Dia...