XVII

824 79 10
                                    

Kadang luka yang diri bayangkan akan sembuh dengan sendirinya, justru akan membesar dengan perjalanan waktu yang tidak terkendali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kadang luka yang diri bayangkan akan sembuh dengan sendirinya, justru akan membesar dengan perjalanan waktu yang tidak terkendali. Bahkan juga dengan kenyataan yang diri pikir akan indah dengan sendirinya, justru harus runtuh dikala usaha dinyatakan sia-sia.

Pagi ini keadaan tidak berawan tebal, tidak juga terang, mungkin sedikit mendung. Issabella membuka lemari es yang kosong. Dulu jika lemari es kosong ia akan biasa saja, mungkin akan mengumpat. Tapi kali ini berbeda, saat ini tidak lagi akan sama.

Perbedaan jelas terlihat karena suaminya tidak akan ada waktu mengajaknya makan di luar, Zeagse tidak akan memiliki waktu seperti dulu untuk mencegahnya berkutat di dapur, atau hanya menuang selai kacang yang memiliki bau menyengat. Ada kalanya seseorang berubah ketika Tuhan memberikan kepercayaan lebih, dan hal itu mungkin salah satunya tentang membagi.

Jika dulu Zeagse akan menemani dirinya pergi membeli bahan makanan dan menyisihkan waktu satu hari, saat ini sudah berbeda, waktu luang pria itu akan diberikan pada istri keduanya. Issabella tidak bisa memaksa untuk suaminya selalu bersama dirinya, karena saat ini peran ratu bukan hanya menjadi miliknya.

“Aku lupa membeli sebotol susu. Mungkin aku akan membelinya saat pulang kerja.” Saat pintu lemari es baru saja di tutup, sebuah suara mengisi kekosongan di pagi hari. Zeagse melepaskan kalimatnya dengan suara parau khas seperti orang yang baru bangun. Tangan kekar pria ini melingkari pinggangnya. Tangan yang sudah berbagi dan tidak lagi utuh walau pelukan itu terasa erat sekali.

Apalagi semalam pria ini tidak tidur dengannya, tapi tidur di kamar istri keduanya. Pelukan ini harusnya terasa nyaman, tapi sekali lagi wanita mungil itu merasa aneh pada dirinya.

“Tidak perlu. Mungkin kau harus membelikan susu untuk Selly, bukan untuk diriku dan Hannah.” Cukup kalimat itu yang mampu wanita ini rangkai. Sebaris kata-kata yang harus dipaparkan dengan setulus mungkin. Dua minggu telah berlalu, dan dua Minggu adalah hari yang merubah segalanya menjadi tidak pada tempatnya. Zeagse mendengkus kesal, ia sengaja mempererat tangannya dan menyatukan dadanya pada punggung istrinya. Ia ingin mengabarkan bahwa dirinya telah salah melangkah, tapi sepertinya wanita mungil ini tidak akan merespon jika hal itu tersampaikan. Sialan! Memang itu kenyataannya bahwa ia tidak nyaman berbagi.

“Kau tidur pulas semalam? Apa Hannah mengeluh?”seorang ayah yang bertanya dengan nada parau mengandung perhatian yang dalam, tapi entah kenapa kalimat seperti itu terdengar seperti hanya sebuah kata, tanpa minat. Issabella tersenyum getir, wanita ini hanya terdiam saat sentuhan jemari suaminya mengusap daerah perutnya bermaksud menggoda. Anaknya tertidur pulas, yah tentu saja tertidur nikmat. Tapi kenikmatan yang dirasakan bukan tentang kehangatan tapi dalam balutan kehitaman.

“Tentu. Bagaimana denganmu dan Selly, kalian pasti saling menghangatkan semalam.” Jika saja Zeagse bisa menghancurkan salah satu diantara mereka, maka ia tidak akan ragu melakukannya untuk membalas godaan di pagi ini dan berakhir pada seks seperti biasa. Tapi pria ini tidak bisa memilih, sudah lebih dari satu malam pria itu bersama istri barunya, bagaimana mungkin Issabella bisa menikmati hal panas di pagi hari.

Between YOU and SHE (COMPLETE) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang