"Aku gak memaksa kamu harus ikut. Ini hanya bukti janjiku kalo aku akan selalu memperhatikanmu loh. Sudah kuputuskan mulai hari ini aku akan menjadi temanmu." ucapnya lirih. Aku hanya berdecik dan merasa bahwa yang dia katakan itu hanya basa-basi semata. "Hei, aku gak butuh bantuanmu. Lagipula tanpamu aku bisa sendiri ke kantor. Sunny ada di kamarku dan dia juga bawa mobil. Jadi aku bisa menumpang dengan dia." hah.. baru tau rasa dia.
"Mmm...Maaf Talia sebenarnya aku belum cerita ya kalo banku ada yang pecah, aku sudah ijin sih kemarin sama Mr. Bob kalo aku telat hari ini. Makannya aku nginap di tempatmu karna banku pecah di jalan semalam. Untungnya dekat sama tempatmu jadi aku bisa nginap disini. Kayaknya kamu harus bareng Mike deh.."sahut Sunny yang sudah memandangi kami sejak tadi. Astaga, apa-apaan ini. Aku sudah menolaknya dan si Sunny ini kenapa gak bilang dari tadi sih. Pantasan dia malas bangun toh. Jadi aku cemana? Uda bulan ini aku gak ada penghasilan, masa gajiku bakal dipotong lagi gara-gar terlambat? Tidak...tidak... lebih baik aku nyari angkot saja daripada sama si Bangsat ini.
Aku segera berlari ke kamar kostku dan membuka aplikasi Gojek untuk memesan tukang ojek dengan harapan bisa cepat-cepat ke kantor. Mike si Bangsat itu masih sabar menunggu di bawah. Aku tidak peduli. Lebih baik aku jalan daripada sama dia tuh.
Maaf pesanan kami penuh. Pengemudi sedang kosong. Tunggu beberapa saat lagi. Haa.. kenapa di situasi begini harus sulit juga? Semuanyaberjalan tidak baik diasaat sedang genting. Selalu saja. Aku sedang sibuk dengan ponselku sampai aku turun dari tangga dan sekali lagi aku bernasib sial. Kuayunkan kakiku dengan cepat dan tak peduli dengan kanan dan kiri lagi. Lalu di ujung anak tangga ada bungkus Roti gandum entah punya siapa. Otomatis highillsku licin saat bergesekan dan Buarrrr....suara yang besar sekali. Seperti kejatuhan durian di siang hari. Seisi kost heboh mendengar badanku jatuh. Dan yang pertama menemukanku adalah Mike si Bangsat.
Dia hampir menangis menahan tawa melihat aku sudah tergeletak di lantai. Aku akan menanggung malu besar jika seisi rumah melihatku seperti ini. Tidak ada jalan lain lagi. "Temanku...tolong aku! Bawa aku dari sini. Aku gak mau seisi rumah melihatku seperti ini. Bisa-bisa aku malu seumur hidup. Kumohon...." kupandang dia dengan penuh harap. "Panggil aku sayang, aku akan melakukan apapun untukmu", haa kan dia memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan lagi. "Ini bukan waktunya bercanda bangsat cepatlah bantu aku" disituasi seperti ini dia masih menggodaku, kurang ajar.
"Oh ya dan jangan panggil aku bangsat lagi. Cepat aku masih menunggu kamu panggil aku sayang" paksaannya membuatku getir dengan pasrah aku memenuhi kemauannya "Sayang, tolong aku!" dengan muka memelas tapi panas dalam hati. Segera dia mengggendongku dan membawaku dari tempat itu. Aku tak bisa menolak lagi di situasi begini aku harus menurut. Sekali lagi, dia mendapatkanku dengan mudah seperti ini.
"Kayanya suara itu dari sini deh..." terdengar sahutan dari dalam kostku ternyata dalam waktu singkat seisi rumah kostku sudah berada di tempatku jatuh pasca Mike membawaku dari sana. Untungnya aku sudah disini. Eh, masih dipangkuannya. Lama sekali dia membawaku. Beberapa orang di jalan melirik kami. Malunya, ini seperti adegan di film-film. Ketika sang wanita jatuh lalu si pria kan menggendongnya dengan mesra. Wanita kan melirik wajah pria dari bawah bahwa pegangan pria itu sangat erat, melihat dagunya yang ditumbuhi bulu-bulu halus, meraskan aroma parfum di baju si pria. Ih, halusinasiku mulai liar. Pergi...pergi... Mike membukakan pintunya hanya dengan remote control di tangannya. Widihhh...canggih banget. Emang orang kaya apa yang gak bisa yakan. Diletakkannya aku dengan perlahan di kursi mobil. Dan kami melaju dengan cepat.
Selama di mobil kami tidak banyak bicara dan aku sibuk menggoyanggoyang badanku berharap nyeri di badanku cepat pulih akibat jatuh tadi. Kami sampai di sebuah lampu merah. "Tidak perlu ke dokter?" dia membuka percakapan. "Oh, tidak. Aku baik-baik saja. Tapi makasih ya. Kamu sudah menolongku. Kalau gak karna kamu aku bisa malu besar tadi. Aku makasih makasih banyak."
Dia hanya diam dan fokus pada jalan dan tak memperhatikanku. Uh...nyesal bialng makasih. Dianya gak peduli gitu.
Kami sudah sampai di kantor. Jam sudah menunjukkan 07.25. Mike memang pembalap ya, dia bisa melaju dari kost kurang lebih 15 menit padahal aku naik motor saja hampir 25 menit (Si Lambat). Keren sekali. Aku membuka pintu mobilku dan dia memanggilku "Talia." Kupalingkan mukaku dan bibirnya langsung saja menangkap bibirku. Hanya selang beberapa detik kejadian itu tapi mukaku langsung merah. "Ini buat yang tadi. Kau harus bayar loh." pekiknya membuatku diam lagi. Tapi anehnya aku tak menolak biarlah untuk bantuannya tadi. Lalu dia melintas pergi.
"Mbak Talia punya pacar baru ya. Diantar pake mobil sport lagi. Keren..." sambut pak Gio saat membuka pintu untukku. Pak Gio satpam yang bertugas di ruang tunggu nasabah. "Nggak ko cuma teman" seperti katanya cuma teman. "Iya TTM gitu kan mbak... mukanya masih merah loh" godanya lagi. "Ih.. Pak Gio sok tau deh. Dia cuma teman." aku melangkah sesegara mungkin daripada menjawab ocehan Pak Gio ini ditambah badanku masih menahan sakit yang tadi.
Briefing seperti biasanya dan karyawan kembali pada posisinya masing-masing. Dan seperti biasa aku harus mencari nasabah prioritas yang mau menanamkan modalnya di Bank kami. Rasanya sulit banget karna aku sudah menghubungi semua orang. Sekarang siapa lagi yang bisa kujadikan nasabah baruku? Rasanya berat sekali.
"Ms. Talia, ini ada daftar nomor nasabah yang kamu minta." panggilan Feby si CS imut membangunkan lamunanku. "Terimakasih." Aku tersenyum membalasnya. Yaps...ini mungkin sangat membantu. Aku bisa mendapatkan nasabah lamaku lagi.
Aku masih ingat bagaimana sulitnya kau mencari nasabah baru dulu. Beradu panas dan dingin. Menentang pendapat umum bahwa seorang sales itu sangat sulit dan peluang sedikit dan itu memang benar. Tapi kesulitan itu membuatku kuat sampai sekarang. Aku bisa seperti ini. Hmm...nenek baik itu. Pandanganku langsung menangkap sebuah nama yang tertulis di dafta. "Halo..."langsung ada sahutan di seberang. "Halo, nek. Ini aku Talia yang dulu loh..." aku berusaha membuat dia mengingat diriku dan ternyata dia sangat ingat kepadaku.
Hampir satu jam kami berbincang-bincang mengenai kehidupan sehari-hari. Tentang cucunya yang masuk Harvard University, tentang anaknya yang sudah menjadi kepala dewan dan cucunya yang lain akan menikah dan lain lagi sampai dia kecapean saking banyak kisah yang sudah lewat dan ceritaku hanya cerita membosankan seperti bagaimana aku sekarang. Irinya... di saat dia sudah kehabisan cerita, aku langsung memasukkan trik Salesku seperti biasa. Nenek langsung tau saja. Spontan dia bilang dia akan menghubungi keponakannya yang seorang pengusaha yang mungkin tertarik dengan tawaranku. Nenek berjanji akan mempertemukan kami lusa nanti. Aku senang sekali mendengarnya.
Langit sudah berwarna jingga dan kami bisa pulang. Berkas-berkas sudah kubereskan dan waktunya pulang. Kukayuh sepeda motorku dan aku melaju dengan kecepatan sedang. Tapi aku tidak melintas lagi dari jalan biasa. Siapa tahu si Mike Bangsat itu merencanakan hal aneh lagi. Sampai di kost ku langsung mandi dan kost sangat berantakan. Uh... ini ulah si Sunny. Emang gadis ini gak bisa ya beresin tempat makannya atau tempat tidurnya sikit. Emang dasar orang kaya. Manja sih biasa.
Tok...tok..tok.. suara ketukan pintu seseorang. Kubukakan pintu segera dan sosok pria yang tak asing menungguku dengan badan tingginya...
>>>BERSAMBUNG>>>
![](https://img.wattpad.com/cover/213409227-288-k469411.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
From ONS to Making Love (COMPLETE)
Short StoryDeskripsi tentangmu: Awalnya aku membencimu karena hari itu. Kamu membuat duniaku hancur seketika. Kau mengingatkanku pada kenangan lama yang menyakitkan juga. Tapi kau bilang kau tak akan melepaskanku. Seakan-akan aku ini adalah milikmu. Kau perlak...