Getir dan Petir

160 5 0
                                    

Rasa letih tak pernah lelah menghampiriku
Ingin menyerah dan bersimpuh di atas altar hitamku
Hancur yang tak pernah usai,luka yang semakin menganga
Derai air mata yang tak henti bersamaan turunnya hujan
Sesak yang terasa nyeri bersamaan dengan kilatan petir
Rasa takut yang kian menyelimutiku
Di balik gardeng abuku hujan dan petir solah olah sedang merayakan kesedihanku.

Tubuhku luruh sudah tertunduk memeluk lutut
Isak yang tak henti
Sekelebat bayangan kala itu hadir kembali bersamaan dengan suara petir yang menggelegar
Oh tuhan, boleh kah aku mengeluh?
Rasa nya lelah hidup sendiri
Tak ada kasih dan sandaran
Oh tuhan, kenapa harus aku?
Kenapa harus aku yang meraskan perpisahan ini? Kenapa harus aku yang tidak pernah merasakan keharmonisan keluarga? Kenapa harus aku yang jauh dari orang tua? kenapa?
Banyak pertanyaan yang memenuhi otakku
Namun seketika ritual yang selalu aku lakukan di kala hati pikiran hancur, menyadarkanku, gigitan di tangan tak terasa sakit saat di penuhi amarah, tepukan dada tak terasa keras saat emosi memburu.
Namun semua itu akan menyisa kan lembap ditubuh.
Tak apa aku hanya butuh ketenangan saat ini
Bukan? Bukan? Minuman alkohol atau sejenisnya tapi pelukan tulus.

Saat suara petir tak terdengar dan suara hujan tak berdenting
Kaki ini melangkah menuju cermin, mata sembap, hidung merah, rambut kacau, senyum sinis untuk diriku, sehancur inikah aku? Sehancur inikah aku saat teringat masa lalu?
Butuh waktu lama untuk menyelami bola mataku, kadang aku tak paham dengan diri ini,dan cermin selalu jadi alat utama untuk lebih peduli terhadap diri sendiri.
Seolah mata menjadi teman dialog, mata selalu mengatakan yang tak bisa mulut katakan,
Aku bertanya padamu apa aku kalah untuk berjuang lebih keras meraih suksesku? Aku tau kamu tak bersuara tapi kamu melihatkan apa yang kamu rasakan.

Saat aku betul betul sudah paham dan tenang, senyum sinis pupus sudah di gantikan senyum optimis
Yah, masa lalu biar lah menjadi masa yang amat menyedihkan buatku, biarkan masa lalu sudah menggerogoti kebahagianku, tanpa masalalu yang menyakitkan mungkin saat ini aku tak akan sekuat Ibu kartini dan tak akan setegar Bunga Cita Lestari.

Tepuk dada kuatkan tekad dan tetap lantunkan doa doa
Terimakasih hujan dan petir telah hadir menemaniku malam ini
Terimakasih sudah mengingatkan masa laluku
Dan terimakasih sudah menyadarkanku bahwa pelangi tak selamanya hadir saat kau turun, begitupun untukku tak selamanya kebahagian dan kesedihan bersamaku.

Selasa 25 feb 2020

💦💦💦💦

Enjoy🌼

Monolog HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang